Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Beberapa jam kemudian, selesai sarapan dan bersiap siap, Rio melangkah keluar dari rumah Sarah untuk pulang ke rumahnya sebab dia masih mengenakan seragam sma nya. “klik,” Sarah mengunci pintu rumahnya,
“Loh lo ikut ?” tanya Rio.
“Yap, gue ikut,” jawab Sarah ceria.
“Hmm ya udah, ga adil kalau cuman gue doang yang berkunjung ke rumah lo, ayo lah,” ujar Rio.
“Ga usah itung itungan napa, yuk,” ujar Sarah yang menggandeng lengan Rio.
“Oi kenapa lo gandeng gue ?” tanya Rio yang kaget sambil menarik lepas lengannya.
“Hehe kenapa ? malu ya gandengan ?” tanya Sarah yang memaksa menggandeng lengan Rio.
“Bukan gitu, kenapa lo tiba tiba nempel ama gue, di dalam rumah lo juga gitu, lo duduk nempel banget ama gue sambil makan donat,” jawab Rio.
“Hehe terserah gue, di tempel cewe cakep kaya gue gini harusnya lo bersyukur tau,” ledek Sarah.
“Haaah...kata cewe tukang gigit tangan orang trus tidur gitu aja sampe pagi sampe gue ga bisa bergerak,” balas Rio.
“Grrrrr jangan di ungkit napa,” ujar Sarah cemberut sambil melepaskan gandengan nya.
Keduanya berjalan sampai ke rumah Rio, namun ketika mau masuk ke dalam rumah, mereka melihat ada seseorang berdiri di depan pagar rumah Rio dan ada sebuah mobil terparkir di belakang orang itu. Ketika orang itu melihat Rio dan Sarah dari kejauhan, dia langsung berlari menghampiri Rio dan Sarah. Rio mengenali orang yang ternyata paman Rio dari pihak keluarga ayahnya.
“Rio,” ujarnya.
“Ada apa om ? kenapa paman datang ke rumah ?” tanya Rio.
“Ikut aku cepat,” ajak paman tergesa gesa.
“Ada apa om ? (menoleh melihat Sarah dan melemparkan kunci rumahnya kepada Sarah) lo masuk duluan,” ujar Rio.
“Hup...iya,” balas Sarah yang menangkap kunci rumah Rio.
Rio langsung berjalan ke mobil bersama dengan pamannya, sementara Sarah berjalan masuk ke dalam rumah Rio. Setelah di dalam mobil,
“Ada apa sih om ?” tanya Rio bingung.
“Om harap kamu tenang dan dengar baik baik,” jawab paman sambil memegang setirnya.
“Iya ada apa ?” tanya Rio semakin bingung.
“Papa dan mama kamu.....menghilang bersama pesawat yang mereka tumpangi sejak dua hari lalu ketika mereka mau pulang,” jawab paman.
“Hah...kenapa om tidak mengabari ku sebelumnya ?” tanya Rio.
“Aku sendiri baru tahu hari ini dan aku mencoba menelpon mu dari tadi tapi tidak masuk,” jawab paman.
Rio langsung mengambil smartphonenya dan ternyata smartphone nya mati karena kehabisan baterai. Rio terdiam menoleh melihat paman nya yang sedang menatap nya.
“Jadi sekarang gimana om ? aku harus mencari papa dan mama kemana ?” tanya Rio panik.
“Tim sar dari negara tempat orang tua kamu berada sedang melakukan pencarian, untuk sementara kita tunggu dulu berita kelanjutannya, tapi om minta kamu siap menerima kemungkinan terburuk dan jangan khawatir, om dan keluarga om siap membantu kamu,” ujar paman.
Rio terdiam dan menunduk, saat ini dia tidak bisa berbuat apa apa setelah mendengar berita yang di sampaikan pamannya, kemudian paman memperlihatkan pesan dari pihak penerbangan yang isinya menyampaikan berita hilangnya kakak nya dan ayah Rio bersama dengan istrinya atau ibu dari Rio. Setelah membaca pesannya, Rio mengembalikan smartphone paman nya dan diam dengan kepala tertunduk, paman memegang pundaknya,
“Om tahu kamu khawatir, cobalah untuk tenang dan berdoa supaya mereka selamat ketika di temukan,” ujar paman.
“Aku mengerti om,” balas Rio.
Paman melihat keluar jendela depan, dia melihat Sarah yang memakai kaus dan celana pendek, berdiri di depan pagar melihat ke arah mobil. Paman tersenyum ketika melihat Sarah yang nampak khawatir,
“Sudah, kamu turun dulu, nanti om kabari lagi, tolong jangan sampai smartphone mu mati, om khawatir kamu kenapa napa sampai om ngebut kesini,” ujar paman.
“Iya om, aku mengerti,” balas Rio.
Rio turun dari mobil dan paman melambaikan tangannya kemudian mobil berjalan maju, ketika melewati pagar Rio, paman membuka kaca jendelanya dan berbicara pada Sarah yang berdiri di depan pagar,
“Tolong jaga Rio ya, jangan sampai dia sendirian,” ujar paman.
“I..iya,” balas Sarah yang bingung.
Paman melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan rumah Rio. Sarah menoleh melihat Rio yang berjalan gontai ke arah pagar, dia langsung menghampiri Rio,
“Ada apa ? tadi siapa ?” tanya Sarah.
“Di dalam aja gue ceritain, masuk dulu,” jawab Rio.
Rio membuka pintu menggunakan kunci yang di kembalikan oleh Sarah, dia mengajak Sarah masuk ke dalam. Setelah itu, Sarah duduk di sofa ruang tengah sementara Rio naik ke atas untuk berganti pakaian. Sarah melihat ruang tengah rumah Rio di penuhi barang barang antik berupa vas, patung patung di sudut ruangan dan topeng topeng pribumi yang di gantung di dinding walau rapi dan bersih. Dia melihat sekeliling ruang tengah, kemudian dia berdiri melihat lemari lemari pajangan kuno yang berisi patung patung kecil, batu batu akik, senjata tradisional dan boneka boneka pajangan jaman dahulu.
Ketika dia melihat dinding di atas televisi, dia melihat sebuah foto kanvas keluarga milik keluarga Rio, terlihat ayah dan ibu Rio yang masih muda bersama Rio yang mungkin masih berusia 7 atau 8 tahun mengenakan pakaian tradisional. Sarah melihat Rio yang masih kecil terlihat kurus, kecil dan pucat dengan mata berkantung walau tidak terlalu kelihatan. Setelah itu dia berbalik untuk duduk kembali di sofa, namun ketika dia menoleh, dia melihat sebuah buku di meja tepat di sebelah televisi, dia menjulurkan kepalanya dan membaca judul buku itu,
“Buku tentang malaikat ?” tanya Sarah dalam hati.
“Oh buku itu buku mama gue,” jawab Rio yang sudah berada di belakang Sarah.
“Hiii...jangan ngagetin gue,” ujar Sarah yang tanpa sengaja melontarkan buku itu ke atas.
“Tap,” Rio menangkap buku itu dan kembali menaruhnya di meja, setelah itu Sarah berjalan kembali duduk di sofa,
“Yang hobi koleksi barang antik siapa ?” tanya Sarah.
“Bokap gue, dia suka di kasih oleh oleh dari rekanan nya di luar negeri dan luar kota, kadang kadang dia beli juga sih,” jawab Rio sambil mengambil dua kaleng minuman dari kulkas.
“Oh gitu, kalau nyokap lo ?” tanya Sarah.
“Nyokap doyan baca buku buku aneh kayak yang lo ambil tadi,” jawab Rio sambil duduk dan memberikan sekaleng minuman dingin kepada Sarah.
“Gitu ya, buku tadi tentang malaikat,” ujar Sarah.
“Yah...nyokap gue sama kayak lo, kebanyakan ngayal, masa dia bilang dia keturunan malaikat jatuh makanya dia mempelajari silsilah keluarganya, dia kadang bercerita ama gue, tapi ya dia sayang gue sih, makanya gue ga terlalu menggubris hobi nya,” balas Rio.
Mendengar ucapan Rio, Sarah langsung diam, dia berdiri dan berjalan ke meja tempat buku itu berada, dia mengambil bukunya dan mulai membacanya, ternyata isinya adalah cerita mengenai malaikat yang di sebut sebagai sons of god dan bertugas mengawasi manusia, suatu ketika mereka tertarik dengan anak anak perempuan manusia, kemudian mereka membangkang terhadap pencipta mereka dan di juluki malaikat jatuh hanya demi menikahi anak anak perempuan manusia, keturunan mereka dinamakan nephilim, makhluk misterius berwujud manusia raksasa yang memiliki kekuatan luar biasa.
Sarah menoleh melihat Rio yang sedang duduk di sofa dan memperhatikan tubuh Rio yang terlihat kekar sampai kaus yang di pakai nya nampak kekecilan, dia kembali menoleh melihat foto kanvas Rio yang berada di dinding. Sarah berjalan ke arah meja makan dan membuka buku catatan milih Rio, dia melihat nomor 20 sampai 30 berisi keinginan Rio untuk bermain basket, sepak bola dan olah raga lainnya termasuk belajar bela diri. Sarah langsung tersenyum,
“Hehe tidak salah lagi, gue sekarang tahu dia itu apa, tubuh kekar dan besarnya itu bukan karena hal hal ini,” ujar Sarah dalam hati sambil berjalan kembali ke sofa.
“Oi kenapa lo cengengesan ?” tanya Rio sambil duduk ketika melihat Sarah yang datang dengan tersenyum senyum sendiri.
“Ah enggak,” jawab Sarah sambil berjalan ke arah sofa dan kembali duduk.
Sarah mengambil kalengnya di meja, dia duduk di sofa kemudian bergeser menempel kepada Rio yang kaget dan terlihat risih tapi tidak menyingkirkan Sarah,
“Trus tadi yang dateng siapa ?” tanya Sarah.
“Om gue, adik dari papa, dia khawatir ama gue karena telepon gue ga bisa di hubungi, semalem batere gue habis,” jawab Rio.
“Oh gitu, tapi kok kayaknya serius banget ?” tanya Sarah.
“Dia mau ngabarin gue, bokap nyokap gue hilang bersama pesawat yang mereka tumpangi untuk pulang kesini, tim sar sedang mencari pesawatnya,” jawab Rio.
Mendengar ucapan Rio, Sarah langsung melingkarkan lengannya ke leher Rio dan merebahkan kepala Rio ke dadanya sambil merangkul lehernya.
“Yang sabar ya, doain aja mereka bisa pulang dengan selamat,” ujar Sarah.
Rio yang kaget dan berniat kembali duduk dengan tegak akhirnya tidak bergerak, dia memejamkan matanya di dada Sarah dan kedua tangannya memeluk pinggang Sarah.
“Iya, makasih ya, udah gue duga lo orangnya ga seperti yang temen lo bilang,” balas Rio.
“Oh emang Yuli tadi bilang apa ? gue ga denger,” ujar Sarah pura pura sambil melepaskan pelukannya.
Rio menceritakan ucapan Yuli dan bagaimana dia menanggapinya, Sarah langsung mendekap lengan Rio dengan erat,
“Makasih udah belain gue,” ujar Sarah.
“Ya, lagian masa iya ada anak tega bunuh bapaknya, walau di berita banyak sih, tapi yang di berita itu ga normal,” balas Rio.
“Hehe bener, lagian kan gue juga manusia, sama kayak lo hehe,” ujar Sarah.
“Akhirnya berenti ngayal,” ujar Rio.
“Yah abisnya lo ga seneng kan kalau gue ngayal,” balas Sarah.
“Emang, kayak nyokap gue, tapi ya gue udah biasa juga sih, jadi ga terlalu pusing soal begituan,” balas Rio.
“Walau baru sehari kenal lo, gue kayaknya udah ga bisa lepas nih dari lo, gawat juga nih, tapi gue seneng hehe,” ujar Sarah perlahan.
“Hah ? apa ?” tanya Rio.
“Enggak, hehehe,” jawab Sarah sambil mendekap Rio dan terlihat sangat bahagia.