Terjebak dalam kesalahpahaman di masa lalu, menyebabkan Lauren dan Ethan seperti tengah bermain kejar-kejaran di beberapa tahun hidup mereka. Lauren yang mengira dirinya begitu dibenci Ethan, dan Ethan yang sedari dulu hingga kini tak mengerti akan perasaannya terhadap Lauren. Berbagai macam cara Lauren usahakan untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu, namun berbagai macam cara pula Ethan menghindari itu semua. Hingga sampai pada kejadian-kejadian yang membuat kedua orang itu akhirnya saling mengetahui kebenaran akan kesalahpahaman mereka selama ini.
“Lo bakal balik kan?” Ethan Arkananta.
“Ke mana pun gue pergi, gue bakal tetap balik ke lo.” Lauren Winata.
Bagaimana lika-liku kisah kejar-kejaran Lauren dan Ethan? Apakah pada akhirnya mereka akan bersama? Apakah ada kisah lain yang mengiringi kisah kejar-kejaran mereka?
Mari ikuti cerita ini untuk menjawab rasa penasaran kalian. Selamat membaca dan menikmati. Jangan lupa subscribe untuk tahu setiap kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Jaeyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Bertemu dalam Ketidaksengajaan
Cuaca yang cerah mungkin sering diharapkan oleh orang-orang setiap harinya, terlebih lagi jika hari itu adalah hari penting bagi beberapa orang. Tapi bagaimana jika cuaca cerah yang diharapkan ternyata terlampau sangat cerah, bisa dibilang pada hari itu cahaya matahari bisa saja membakar kulit saking semangatnya matahari bertugas menyinari bumi. Teriknya cahaya matahari mengakibatkan suhu hingga mencapai 35°C, membuat siapa saja yang kini tengah berada di jalan akan tersiksa akibat panasnya cuaca.
Hal ini juga dirasakan oleh Lauren yang baru saja menapakkan kakinya di lantai kampus. Meski pun dia berangkat kuliah menggunakan mobil bersama Geo, tetap saja dia turut merasakan suhu yang baginya sangat tidak normal. Bahkan dia harus mengikat rambut bagian depannya akibat keringat yang terus bercucuran, dan sekarang rambutnya membentuk kunciran apple hair. Jika dibayangkan penampilan Lauren sangatlah menggemaskan.
Mungkin saja saat ini Lauren berpenampilan layaknya gadis tomboi seperti biasa dia lakukan, yaitu mengenakan kemeja lengan pendek oversize dengan celana kulot jeans nya. Tetapi hal itu sama sekali tidak mengurangi kadar keimutan dari seorang gadis tersebut.
"Aaaaaa, Laurenku kiyowok banget sih."
Kalimat itu yang pertama Lauren dengar saat memasuki kelasnya, dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Niken. Gadis itu memang punya kebiasaan akan menyambut kedatangan sahabat-sahabatnya dengan begitu heboh, termasuk juga untuk Lauren.
"Harus banget gitu, lo teriakin gue begitu," keluh Lauren sambil mendaratkan bokongnya ke kursi di samping Niken. "Dan stop panggil gue kiyowok, Ken. Gue nggak mau image gue hancur, cuma gara-gara lo keseringan panggil gue begitu."
Niken menggelengkan kepalanya kuat, lalu kedua tangannya bergerak mencubit kedua pipi Lauren. "Image lo bener cewek tomboi, tapi salahkan lo yang punya muka kiyowok begini," sambil berucap demikian Niken menusuk kedua telunjuknya ke pipi gadis tersebut. "Terlebih lagi kedua lesung pipi ini, lo nggak bisa nyembunyiin dari wajah lo Ren. Kiyowooooook banget."
Habis sudah wajah Lauren jika sudah di tangan Niken, selain hobi memanggilnya dengan panggilan kiyowok, gadis itu memang sangat menyukai lesung pipi yang Lauren miliki. Sampai-sampai Niken pernah menanyakan tutorial bagaimana cara mendapatkan kedua lesung pipi itu kepada Lauren. Sangat aneh bukan? Andaikan Lauren bisa, sudah lama dia ingin memberikan lesung pipinya ini kepada Niken. Agar image yang selama ini dia bangun tidak terganggu akibat lesung pipinya itu.
Bayangkan saja seorang Lauren yang berpenampilan tomboi, namun memiliki wajah mulus seperti bayi. Pipinya yang sedikit chubby itu akan memunculkan lesung pipi jika dia sedang senyum, tertawa atau bahkan hanya sebatas sedang mengunyah makanan. Ditambah lagi kedua matanya, jika dia senyum sedikit saja kedua mata itu akan ikut tersenyum, sebutan lainnya adalah eye smile. Kembali saja bayangkan, jika Lauren tersenyum atau tertawa dan kedua cirinya khasnya itu muncul secara bersamaan di wajahnya? Bukankah itu sangat menggemaskan?
"Udah puas ngacak-ngacak muka gue?"
Mendengar pertanyaan itu, Niken seketika cengengesan. Sebelum menarik tangannya, dia terlebih dahulu mengusap-usap kedua pipi Lauren yang sedikit kemerahan akibat ulahnya. Tak lupa, tangannya bergerak menyentuh apple hairnya Lauren. Benar-benar sangat menggemaskan pikirnya.
Kreet
Baru saja selesai dengan Niken, Lauren malah dikagetkan dengan kursinya yang sedikit tergeser ke depan. Saat dia menoleh ke belakang, Yara pelakunya hanya mengedikkan kedua bahunya acuh tak acuh.
"Drafting tube lo mana?"
Gadis itu mengernyitkan dahinya. Drafting tube? Kenapa Yara tiba-tiba menanyakan hal itu kepadanya? Bukankah seminggu yang lalu dia sudah mengembalikan drafting tube milik Yara yang memang sempat dia pinjam. Kenapa dia menanyakannya lagi? Toh, sekarang dia juga sudah membawa drafting tube miliknya.
"Udah kita duga, Ra," Eliza ikut berbicara seraya terkekeh kecil menatap Yara.
Situasi ini semakin membuat Lauren kebingungan, ada apa ini?
"Lo lupa? Hari ini kita harus ngumpul tugas gambar nirmana ke pak Dani?"
Seperti tersambar petir di siang bolong, Lauren tak dapat bergerak di tempat. Kedua matanya sudah hampir keluar dari kerangka wajahnya, ditambah lagi degup jantungnya sudah tidak karuan.
"What the fu-"
"Eeet, engga boleh ngomong kasar Lauren," seru Eliza cepat sebelum sahabatnya itu benar-benar kalimat yang sangat tidak dia sukai.
"Pinjam motor lo, Ra. Gue harus balik ke rumah," Lauren tiba-tiba bangkit dari kursinya tanpa memperhatikan sekitarnya lagi. Meski pun saat ini dia menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya, dia tak peduli. Asalkan dia harus segera kembali ke rumah dan selamat dari pengumpulan tugas kepada dosen yang terkenal killer itu.
"Jangan bilang drafting tube lo ketinggalan di rumah?!"
"Ya menurut lo? Gue bilang harus balik ke rumah, artinya benda itu ketinggalannya di rumah."
"Bangke lo Ren, bangke. Kenapa harus sampai kelupaan sama tugas, sih."
"Bukannya kelupaan anying. Gue cuma nggak inget buat bawa drafting tube nya doang".
"Sama aja, bangsat."
"Ish, daripada lo ngomel-ngomel. Mending cepetan ih kunci motor lo sini, entar keburu pak Dani masuk".
"Sabar ngapa anying, nih gue juga lagi nyariin kunci motor gue."
RIP telinga Eliza yang berada di dekat kedua orang tersebut. Dengan volume yang tinggi, mereka terus menerus melempar kata kasar dengan mulusnya.
"Nih," dengan cepat Yara menyerahkan kunci motornya kepada Lauren. "Emang masih sempat?"
"Sempat, nggak sempat. Gue harus pulang," jawab Lauren seraya berlari ke pintu kelas. Namun sebelum benar-benar pergi, dia menoleh sebentar. "Kalo pak Dani masuk, bilang gue izin ke toilet sakit perut."
"Aman," sahut Yara dengan acungan jempolnya.
Setelah itu Lauren pun berlari sekencang-kencangnya agar bisa segera sampai ke parkiran, seraya merutuki kecerobohannya sendiri. Kenapa hal ini bisa terjadi? Padahal biasanya dia tidak pernah melupakan yang namanya tugas, karena dia sendiri sangat memprioritaskan hal tersebut. Bagaimana pun kelakuannya di luar sana, Lauren tetap akan memprioritaskan kuliahnya.
Gadis itu terus berlari walaupun sedang menuruni tangga, nampaknya dia tak takut terjatuh dari tangga. Hal itu memang pasti, sebab saat ini dia lebih takut tidak sempat mengumpulkan tugasnya daripada terjatuh dari tangga.
Bugh
Hingga saatnya Lauren sampai di anak tangga terakhir, dia yang tak memperhatikan langkahnya lagi tak sengaja bertabrakan dengan seseorang dari arah berlawanan. Alhasil buku dan peralatan lainnya yang tengah dibawa orang tersebut jatuh berserakan di lantai.
"Sial! Lagi panik-paniknya kenapa segala ada kejadian begini sih," umpat Lauren dalam hati. Karena tak ingin membuang-buang waktu, dengan cepat dia mengambil barang-barang yang berserakan itu. "Maaf banget ya, gue nggak sengaja. Maaf banget, soalnya gue buru-buru."
Lauren hanya berbicara sendiri seraya mengambil barang-barang tersebut, sedangkan sang pemilik hanya berdiri diam tanpa berniat sedikit pun. Gadis itu dibuat bingung olehnya. Memang benar ini kesalahannya yang telah menabrak orang itu, tetapi kenapa responnya harus seperti itu. Apakah dia benar-benar marah pikir Lauren?
"Ini. Sekali lagi gue minta ma-" ucapan gadis itu mengambang, tak dapat melanjutkan kalimatnya lagi.
Ethan. Rupanya orang yang tak sengaja ditabraknya itu adalah Ethan, laki-laki yang selalu menatapnya tajam tak suka. Pantas saja dia tak merespon tindakan dan ucapan maaf Lauren. Seketika gadis itu kembali merutuki perbuatannya dan kini jantungnya semakin berdegup kencang karena ini pertama kalinya dia berdiri di dekat Nathan setelah sekian lamanya.
Tanpa merespon ucapan gadis di hadapannya itu, Ethan segera mengambil barang miliknya dengan kasar. Tanpa diketahui kecuali dirinya sendiri, saat ini sebenarnya Ethan juga mengalami hal yang sama. Setelah sekian lama tak berdiri di dekat Lauren, jantungnya tiba-tiba berdetak tak karuan. Dia ingin tak peduli, tetapi secara bersamaan dia juga bingung akan hal itu.
Karena tak ingin berlama-lama berada di dekat Lauren, Ethan pun memutuskan melenggang pergi tanpa berkata sepatah kata pun kepada gadis tersebut. Sedangkan Lauren hanya bisa menatap lurus ke arah punggung yang semakin menjauh pergi dari hadapannya itu.