Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Pagi menjelang...
Di kediaman Oma Sasmita.
Nathan nampak santai di salah satu sudut pendopo rumah sang Oma sembari menikmati rokoknya. Sedangkan tak jauh dari tempatnya berada, Didi, sang supir, nampak sibuk membersihkan kaca mobil mewah milik keluarga Sasmita itu menggunakan sebuah kanebo di tangannya.
"Di...." Ucap Nathan membuat Didi menoleh.
"Saya, Tuan!" Jawab Didi disana.
Nathan menghisap rokoknya.
"Di sini ada diskotik nggak sih? Atau bar gitu?" Tanya Nathan.
Didi terkekeh. "Disini mah, mana ada, Tuan!" Ucapnya.
Namun sepersekian detik kemudian pria itu nampak menghentikan aktivitasnya. Pria itu kemudian berfikir sejenak.
"Tapi kalau di kota sepertinya ada, Tuan! Tapi agak jauh! Memakan waktu kalau ke sana! Nanti Oma bisa curiga! Lagian kan kalau tempat seperti itu bukanya malam kalau disini, Tuan!" Ucap Didi.
Nathan tak menjawab. Tolonglah! Ia bosan di rumah terus!
"Tapi kalau Tuan butuh hiburan, saya punya rekomendasi tempat bagus, Tuan!" Ucap Didi kemudian. Membuat Nathan menoleh ke arahnya.
"Di sini ada tempat karaoke, Tuan! Bagus tempatnya! Alkohol ada. LC nya juga! Cantik cantik!" Ucap Didi merekomendasikan tempat maksiat.
Nathan tak menjawab. Ia nampak kembali menyesap benda bernikotin kesukaannya.
"Kalau Tuan mau, saya bisa antar, Tuan! Saya kenal sama 'Maminya'. Kalau Tuan berminat, kita bisa atur jadwal. Biar disediakan anak buahnya yang paling top...!" Ucap Didi sembari mengangkat satu jempol tangannya di akhir kalimat.
Nathan masih tak bergeming. Sebenarnya ia kurang tertarik. Tapi ya gimana, ya. Jadi anak rumahan terlalu membosankan. Ia butuh hiburan.
Nathan kembali menghisap rokoknya. Tiba tiba....
Fokus matanya beralih. Kini tertuju pada sesosok wanita cantik berseragam pelayan yang muncul dari balik pintu gerbang rumah bermodel jawa klasik itu dengan sebuah kantong kresek di tangannya.
Sorot mata sayu namun tajam Nathan nampak makin menajam kala melihat objek cantik namun terlihat menyebalkan itu.
Ya, itu Rengganis. Si pembantu si*lan yang sudah berani beraninya cari muka di depan Oma Sasmita.
Nathan menatap benci ke arah gadis yang usianya dua tahun lebih tua darinya itu. Ada dendam di dalam hati pemuda yang memang dikenal urakan dan arogan itu. Laki laki itu sepertinya ingin membuat perhitungan dengan Rengganis. Kemarin wanita itu sudah berani mengadu tentang peristiwa di pasar pada Oma. Bisa saja setelah ini ia akan mengadu mengenai alkohol yang diam diam Nathan konsumsi.
Ini tidak bisa dibiarkan! Wanita itu harus dibungkam sebelum bicara yang macam macam.
"Darimana, Nis?" Sapa Didi pada putri Ibu Yuni itu.
Rengganis menoleh. Ia nampak tersenyum ke arah supir tersebut. "Dari apotik, Mas. Beliin obat buat Oma," ucapnya ramah sembari menampilkan senyuman manis nan lembut khas dirinya.
"Oma sakit?" Tanya Didi malah belum tahu.
"Katanya tadi kurang enak badan. Habis sarapan langsung istirahat di kamar," jawab Rengganis.
Didi nampak manggut manggut. Sedangkan Rengganis kembali menampilkan senyuman manisnya. Wanita itu melirik sekilas ke arah Nathan. Pria itu terlihat menatap sangar ke arah dirinya. Matanya terlihat begitu menyeramkan. Sebuah senyuman smirk terbentuk dari bibirnya. Membuat Rengganis jadi merasa kurang nyaman karenanya.
Wanita itu mencoba untuk tak peduli. Ia memilih untuk menundukkan kepalanya kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
Gadis muda itu lantas berjalan menuju dapur. Seperti biasa, kondisi rumah itu cukup sepi. Oma Sasmita yang sedang kurang enak badan kini tengah berada di dalam kamarnya. Nyonya Melani, sedang mengajar tari di sanggar tari milik keluarga, sedangkan suaminya, Tuan Wiguna, kini tengah berada di pabrik pengolahan snack dan makanan ringan yang menjadi salah satu ladang bisnis milik keluarga Sasmita selain perkebunan kopi, sanggar tari dan seni, serta masih banyak lagi usaha milik keluarga besar salah satu orang terpandang di kota itu.
Rengganis tiba di dapur. Sayuk sayuk ia mendengar suara sang ibu yang tengah membersihkan kolam ikan di halaman belakang rumah itu.
Wanita cantik itu kemudian mulai mengeluarkan obat yang ia beli dari dalam kantong plastik yang sejak tadi dibawanya. Gadis itu kemudian mengambil sebuah gelas kaca di sana, lalu mengisinya dengan air putih yang nantinya akan ia antarkan ke kamar Oma Sasmita untuk membantu wanita tua itu meminum obatnya.
Selesai. Rengganis meletakkan segelas air putih dan obat itu di atas nakas. Wanita itu kemudian berbalik badan, hendak menuju kamar Sang Oma. Namun tiba tiba....
Buuugghh.....
"Aaaakkhh....!"
Rengganis memekik kaget. Gelas di atas nampan terguling, meskipun tak sampai jatuh ke lantai. Membuat air di dalamnya pun tumpah hingga sebagian mengenai bajunya dan baju seorang pria yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.
Ya, Rengganis kaget. Nathan tiba tiba sudah berada di belakangnya entah sejak kapan. Membuat wanita yang tidak menyadari keberadaan pria angkuh itupun tanpa sengaja menabrak badannya.
"Ada apa, Nis?" Tanya Bu Yuni dari belakang rumah kala mendengar teriakan sang putri.
Rengganis yang masih dalam kondisi kaget itu mendongak, menatap ke arah Nathan. Laki laki itu nampak menatapnya tajam sembari meletakkan jari telunjuknya di bibirnya yang merah. Seolah meminta wanita itu untuk diam dan tak mengadu.
Rengganis membuka mulutnya.
"Aa...eng...enggak, Buk! Ada...kucing! Tiba tiba datang, bikin kaget!" Jawab Rengganis berbohong. Membuat Nathan mengangkat satu sudut bibirnya mendengar ucapan wanita itu.
Bu Yuni sudah tak menjawab. Pertanda percaya dengan jawaban sang putri.
"Tuan...." Ucap wanita itu. Terdengar pelan, dan sedikit bergetar karena kaget. Atau juga takut. Karena Nathan terlihat cukup mengerikan kali ini.
Laki laki itu tak menjawab. Ia nampak menarik satu sudut bibirnya sembari memiringkan kepalanya. Fokus matanya tak beralih dari gadis lugu di hadapannya.
"Tu...Tuan ngapain di sini?" Tanya Rengganis lagi. Namun lagi lagi, Nathan tak bergeming.
Rengganis yang merasakan gelagat kurang enak dari sang tuan muda itupun lantas berjalan mundur tanpa merubah arah pandang nya. Jantungnya berdebar lebih cepat. Nathan mengayunkan kakinya, maju selangkah demi selangkah seolah mengikuti kemanapun Rengganis pergi.
"Tuan....."
Duugghhh....
Rengganis menghentikan langkahnya. Ia sudah mentok. Pinggulnya sudah membentur meja dapur. Sedangkan Nathan tak beranjak dari posisinya. Membuat wanita itupun kini tak mampu kemana mana.
Nathan mengangkat satu sudut bibirnya.
"Mau kemana?" Tanya Nathan lembut dan pelan, namun terdengar mengerikan di telinga Rengganis. Wanita itu pun nampak meremas pinggiran nampan yang bawanya.
"Tuan mau ngapain?" Tanyanya gemetar.
Nathan nampak memiringkan kepalanya. Tangannya tergerak, menyentuh bibir wanita itu dan mengusap usapnya lembut. Membuat Rengganis pun makin mematung karenanya.
"Bibir lo yang tipis ini ternyata berisik juga, ya..." Ucap laki laki itu.
Rengganis nampak menyipitkan matanya. Seolah ingin mencerna maksud ucapan laki laki di hadapannya itu.
"Udah gue duga, gaya sok polos lo itu cuma kedok. Tapi kenyataannya, lo tuh emang busuk!" Ucap Nathan. "Munafik!" Tambahnya membuat Rengganis makin tak mengerti. Nathan berucap pelan dan lembut, namun terasa begitu nyelekit dan menusuk.
"Saya salah apa?" Tanya Rengganis masih tak paham arah pembicaraan Nathan.
Nathan berdecih sambil membuang muka. Ia kemudian kembali menatap wajah cantik itu dengan remeh dan angkuhnya. Tangannya kembali tergerak, membelai pipi pembantu cantik berusia dua puluh empat tahun tersebut.
"Pinter banget sih aktingnya? Berbakat banget jadi penjilat!" Ucap Nathan.
Rengganis menggelengkan kepalanya samar.
"Oke, sekarang ceritain ke gue! Apa aja yang udah lo aduin ke Oma tentang gue?!" Tanya Nathan.
Rengganis menyipitkan matanya.
"Aduin? Aduin apa? Saya nggak pernah ngadu apapun tentang Tuan sama Oma!" Ucap wanita itu.
Nathan berdecih lagi sembari membuang muka. Ia nampak tertawa sumbang mendengar pembelaan Rengganis. Lalu tiba tiba ...
Seeeetttt....
Nathan kembali menoleh ke arah Rengganis. Wajah yang semula masih terlihat santai itu lenyap. Berganti wajah buas penuh kebencian. Tangan kekarnya kini bahkan mencengkeram dagu runcing Rengganis. Membuat bibir merah muda gadis itu pun kini nampak membentuk bibir tweety.
"Heh! Berhenti berlagak polos di depan gue!" Ucapnya. "Lu pikir gue nggak tahu kalau lo udah ngadu soal gue yang ninggalin lo di pasar ke Oma, heh?!" Ucap Nathan yang mulai habis kesabaran.
Rengganis mengernyitkan dahinya. Ia nampak menggelengkan kepalanya samar.
Nathan menyeringai. Ia makin menguatkan cengkeraman tangannya atas rahang Rengganis. Ia bahkan nampak mendekatkan wajahnya pada wajah Rengganis.
"Lu berani banget main main sama gue! Lu nggak tahu siapa gue?" Tanya Nathan.
Rengganis menggelengkan kepalanya.
"Tuan salah paham! Saya nggak pernah ngadu apapun sama Oma!" Ucap Rengganis.
Nathan berdecih lagi.
"Masih aja akting lu ya?" Tanya Nathan muak.
Seeeetttt...
Nathan makin memperkuat cengkeramannya, lalu berucap dengan gigi mengetat tepat di hadapan wajah Rengganis. Membuat wanita itupun reflek memejamkan matanya.
"Lu pikir gue percaya sama lo, heh?!!"
"Lu udah berani ngusik gue! Jadi jangan salahin gue kalau gue mulai tertarik ngeladenin permainan lo!" Ucapnya mengerikan.
"Lo nggak tahu sedang berurusan sama siapa!"
Rengganis nampak semakin bergetar. Laki laki itu makin terlihat menakutkan. Rengganis mencoba berontak namun Nathan seolah enggan untuk melepaskannya.
Nathan kembali menggerakkan kepalanya. Kini ia mendekatkan bibirnya ke telinga Rengganis tanpa melepaskan cengkeraman tangannya atas rahang wanita cantik itu.
"Gue tandain lo mulai hari ini! Gue akan balas semua perbuatan lo yang kampungan itu!" Bisiknya.
"Satu yang lo musti tahu. Gue nggak pernah setengah setengah kalau balas dendam!" Ucapnya. "Jadi siap siap aja. Karena setelah ini, lo mungkin akan nangis darah karena gue!"
Seeeetttt....
Pyaaaaaaarrr......
Nathan mendorong tubuh Rengganis sembari menampik nampak di tangan nya. Membuat benda itu pun jatuh dan pecah berserakan di lantai.
Jantung Rengganis berdebar dengan sangat cepat. Nathan menampilkan seringai iblisnya. Ia puas melihat Rengganis ketakutan.
"Nis!" Suara itu berhasil membuat Nathan dan Rengganis menoleh. Dilihatnya di sana, Bu Yuni datang dengan tergopoh-gopoh dari halaman belakang.
Bu Yuni terdiam. Ia menatap pecahan gelas, Rengganis, dan Nathan secara bergantian dengan sorot mata menyelidik.
"Ada apa ini?" Tanya wanita paruh baya itu.
Rengganis nampak gelagapan. Ia menatap sang ibu dan Nathan yang masih dalam mode menyeramkan itu secara bergantian.
Nathan mengangkat satu sudut bibirnya. Ia kemudian menoleh ke arah Bu Yuni yang bingung, lalu pergi meninggalkan tempat itu tanpa merasa bersalah.
Rengganis diam. Mencoba menetralkan detak jantungnya yang masih tak karuan.
Astaga, ada apa ini? Kenapa Nathan tiba tiba menuduhnya mengadu pada Oma? Padahal sepatan katapun ia tak pernah menceritakan kejelekan Nathan pada Oma Sasmita. Ada apa ini sebenarnya?!
mohon maaf untuk judul satu ini kalau jarang banget up. tapi akan tetap di lanjut kok sampai end.
kalau memang teman teman males nunggu update an bab, boleh dibaca nanti kalau udah end. tapi kalau mau menunggu juga g apa apa.
mohon maaf ya teman teman atas ketidak nyamanan nya. sekarang author lagi nyari" tempat menulis yang mungkin lebih layak.
sekali lagi mohon maaf atas ketidak nyamanan nya🙏🏻
masih penasaran, apa bener orang yang ditabrak Nathan adalah Bagas, kekasihnya Rengganis? 😏
Lanjutttt thour💪💪💪