Awalnya hidup Matilda utuh dengan keluarga yang harmonis, setelah kejadian tidak mengenakkan yang menimpa Matilda di sekolahnya. membuat kedua orang tua Matilda bercerai, disitulah Matilda berubah menjadi gadis nakal yang selalu buat onar disekolah.
Pindah ke sekolah baru bertemu dengan Apit, seorang mantan sekaligus orang yang membuat orang tua nya bercerai.
bagaimana jadinya kalau mereka bertemu dan menjalin hubungan percintaan nya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 - Dilamar
"Will you marry me"
Sebuah kalimat berbahasa inggris tiba-tiba keluar dari mulut seorang pemuda yang baru saja keluar dari ruangan bioskop.
Semua orang di sekitar saat melihat dan mendengar ucapan pemuda itu — langsung memperhatikan mereka karena menarik perhatian.
Ya, mereka penasaran dengan jawaban dari seorang gadis yang sedang menutup rahang dengan kedua telapak tangan dan kedua mata seperti bola pingpong.
Matilda menormalkan kembali gestur syok nya, langsung mengambil cincin itu dengan senyuman merekah.
Tepuk tangan seisi ruangan bioskop tiba-tiba bergemuruh, menyambut hari kebahagiaan cowok yang sedang menyatakan lamaran untuk sebuah pernikahan.
"So sweet"
"Mau dong digituin tiba-tiba"
"Langgeng ya kalian"
"Selamat menikah"
Matilda langsung menoleh ke orang yang berbicara, lalu menjawab ucapannya yang terakhir.
"Bapak kau menikah" Ketus Matilda.
"Argh skip ceweknya tomboy, galak huuu"
Matilda langsung dibawa apit ke taman mall untuk melanjutkan kencan nya.
Mereka mengobrol hal serius mengenai pemberian cincin itu.
"Pit, lu ga becanda kan yang barusan?"
"Iya, gue serius sayang lagi pula bokap lu juga kan sudah baikan sama gue"
"Iya sih, cuma ya gue ga enak sama Frisca, mungkin saja dia masih ada rasa sama lu"
Apit menggeleng kepala dan meyakinkan Matilda "Gak mungkin sih kalau masih ada rasa, dia sendiri kan sekarang sudah ada yang punya"
"Jadi gimana lu terima gak jadi istri sah gue nanti?" Sambung Apit berbicara.
Matilda menerima lamaran itu dengan anggukan kepala dan tersenyum "Iya gue terima, nanti lu bilang ke orang tua gue ya, siapa tau mereka gak memberi restu, lu bakal sakit sendiri"
Apit menjitak pelan kepala Matilda "Jangan doain yang buruk oon"
"Hehe maaf" Kata Matilda mengacungkan dua digit jari peace sambil nyengir.
"Hm — sesuai janji gue, sebelum kita pulang ayo beli pakaian dan makeup yang cocok buat kecantikan lu" Ajak Apit meraih pergelangan tangan Matilda.
Sampai di dalam matahari departemen store.
Matilda masuk, berjalan sambil di rangkul Apit, Matilda dengan mata berbinar memilih baju sesuai keinginan.
Bahkan Apit ikut membantu memilih ketika Matilda kebingungan dengan baju yang akan di belinya, semuanya bagus dan menarik untuk di beli gadis itu.
"Yang ini yang paling cocok sih" Kata Apit sambil mengangkat baju itu sedikit tinggi.
Matilda menoleh "Yaudah gue ambil itu beb" Pinta Matilda.
"Mau lagi gak?" Kata Apit.
Matilda langsung mengangguk kepala, menerima tawaran itu dengan sangat bangga, setelah dari outlet pakaian, mereka beralih ke outlet penjualan makeup.
Berbelanja dan menghabiskan uang untuk orang tersayang, bukan masalah yang harus di pikiran lebih bagi Apit.
Kasih sayang untuk Matilda begitu besar, sampai dia rela merogoh uang yang terbilang tidak sedikit dan tidak terlalu banyak.
Bagi Apit, membuat Matilda bahagia dan tersenyum manis kepada nya adalah harta yang paling berharga di hidup nya ketimbang selembar uang kertas.
"Bawain" Kata Matilda setelah semua keinginan di turutin oleh Apit.
Apit mengambil dan menenteng banyak paperbag berisi pakaian dan perlengkapan makeup.
Mereka akan kembali ke apartemen, kerena sudah lelah menghabiskan waktu untuk mengisi hari weekend.
Sampai Matilda mendadak berhenti di tempat kosong yang tak jauh dari parkiran.
"Serius lu sebaik ini sama gue pit?" Kata Matilda
"Ya dong, kekasih hati siapa dulu" Kata Apit
Matilda tersenyum, kemudian berjinjit untuk mengalungkan kedua tangan tepat di leher Apit — bertatapan dengan wajah serius "Gue suka sama cowok yang selalu pegang omongan nya, dan gue paling benci sama cowok yang selalu pegang janjinya tapi tidak memberi bukti"
Apit tersenyum setelah mendengar perkataan nya Matilda, langsung memeluk lalu menjawab perkataannya "Karena gue sudah ada janji buat bahagia kan lu, sebagai penebus dosa gue di masa lalu"
"Ya gue tau lu sudah membuktikan janji lu ke gue, sekarang gue bahagia bersama lu walau wajah lu kaya Limbad" Gumam Matilda semakin mengeratkan pelukannya.
"Gue juga bahagia dengan sifat lu yang blak-blakan tapi jujur, dari pada kalem tapi munafik di belakang" Jawab Apit.
"Eh, sindiran lu buat siapa?" Kata Matilda
"Bukan untuk siapa-siapa sayang" Jawab Apit.
Disana, di rumah yang terbilang mewah, tiba-tiba saja telinga Frisca mendenging sangat keras.
Sampai membuatnya yang lagi bersantai membaca novel di ponsel mengusap kasar kedua telinga nya.
**
Di sebuah apartemen mewah, Apit mengumpulkan kedua orang tua untuk membicarakan hal serius tentang pertunangan nya.
"Papah, Mamah dan Om Burhan. Maaf dadakan dan menyita waktu kalian, Apit sudah memantapkan hati Apit untuk menikahi Matilda" Kata Apit.
"Serius kamu nak?" Kata Pak Erik.
"Terus Pit?" Kata Pak Burhan penasaran.
"Apa ini sebuah lamaran untuk anak kandung mamah pit?" Kata Bu Riana.
"Iya mah, maaf yang sebesar-besarnya kalau Apit mau melamar anak gadis mamah yang sebetulnya dia adalah saudara tiri Apit"
Bu Riana tersenyum "Kalau untuk kebahagiaan Matilda, mamah bakal setuju kamu menikahi anak gadis mamah" Katanya.
"Matilda" Sahut Pak Burhan.
Matilda terhentak lalu menoleh "Iya pah"
"Sekali lagi maafin papah yang dulu telah mengurung kamu untuk berhubungan dengan Apit, sekarang papah akan melepas kamu dan merestui kamu sebagai calon istri dari anak nya Pak Erik" Kata Pak Burhan.
"Hah, seriusan um" Kata Apit membeo.
Pak Burhan mengangguk dan tersenyum tulus.
"Dari papah sendiri setuju, papah sangat menghargai niat baik kamu, papah mau kamu menikah sehabis lulus sekolah dan langsung kerja di perusahaan papah" Kata Pak Erik.
Apit langsung memberikan acungan jempol ke papahnya "Siap"
Matilda rasanya ingin berteriak, entah itu senang ataupun kesal karena secara tiba-tiba ada seseorang pria yang mampu menembus dinding kokoh hati nya Matilda yang sudah dia tutup rapat-rapat setelah kedua orang tua nya bercerai.
Melihat kedua orang tuanya telah menyatu dan berbaikan adalah hal yang paling dia rindukan, walaupun mereka sudah bukan suami istri.
Bersamaan dengan Apit, orang yang telah dia tinggal jauh pas lagi sayang-sayang nya.
Apit memberikan cincin itu langsung ke jari manisnya Matilda. Dilanjut Matilda yang memasukan cincin ke dalam jari manisnya Apit.
"Untuk acara pernikahan nanti akan dilaksanakan 4 bulan dari sekarang setelah menerima ijazah dari sekolah" Kata Pak Erik.
"Oke Pah"
"Oke um"
Kedua pasangan sejoli itu menjawab kompak.
Acara pertunangan nya secara dadakan dan juga tanpa acara syukuran, namun itu tidak membebani pikiran Matilda.
Dia langsung menelpon seluruh keluarga besar yang ada di luar jakarta selatan untuk mengabarkan soal pertunangan dan hari pernikahan nya.
Begitu pun dengan Apit yang disuruh ayahnya untuk mengabarkan semua keluarga besar tentang berita pertunangan nya.
JADE ( Who Stole My Virginity )