Aku Revina.
Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.
Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.
Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?
Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?
Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.
Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Besok paginya. Aku mendapati Stevi sedang duduk di balkon menatap kosong luar rumahku. Aku hanya bisa menghela nafasku melihat kegalauan yang sedang di alami Stevi.
Dia tidak ingin makan dan tidak ingin bicara. Aku kasihan melihat dia seperti ini,aku tidak tega melihatnya. Entah harus bagaimana lagi aku membujuknya agar bisa melupakan David.
Suara mobil terdengar berhenti di depan rumah ku. Itu pasti Kanza,Dara dan Tristan. Semalam aku menghubungi mereka jika Stevi di rumah ku menginap dan tidak henti-hentinya menangis.
Mereka bertiga langsung masuk ke dalam rumah ku ketika Pak Rudi dan Bi Inah mempersilhkan mereka masuk. Dengan cepat mereka bertiga langsung masuk ke dalam kamarku.
“Gimana perkembangan nya?” Tanya Dara.
“Ga ada perkembangan” jawab ku.
Kita berempat menonton Stevi di dalam kamar ku. Kita benar-benar sangat sedih melihat dia yang begitu galau karena di tinggalkan David.
“Bisa-bisa dia gila beneran kalo kaya gini Rev” ucap Kanza.
Aku memikirkan apa yang di katakan Kanza,begitu mengerikan jika terjadi sesuatu kepadanya hanya karena cinta bodohnya.
“Iya lo bener” ucap ku.
“Dar. Lo ikut gue” pinta ku.
“Lo berdua tetep awasin dia,jaga jaga takutnya dia lompat dari balkon gue. Gue ga mau rumah gue viral dimana mana”
“Lo mau kemana ?” Tanya Tristan.
“Gue mau nyari biang nya. Ayo Dar”
“Hah? Oke” ucap Dara dengan bingung namun ikut saja apa yang aku pinta.
Aku meraih ponsel dan dompet ku di atas meja lalu berjalan cepat menuju parkiran mobil,dan masuk ke dalam mobil ku.
“Mau kemana kita ?” Tanya Dara dengan ikut terburu buru seperti ku,dia memasang sestbelt dengan panik.
“Kita samperin si David”
“Hah? Kemana ?” Tanya Dara.
Aku tak menjawab nya,dan terus memarikan mobilku keluar dari garasi. Sudah lama sekali sepertinya mobil ini tidak keluar kandang setelah kejadian kecelakaan beberapa bulan lalu saat aku belajar menyetir dengan David.
Aku melajukan mobil dengan cepat menuju tujuan ku,yaitu tempat gym dimana David berada di hari selasa.
Kita sampai di tempat gym. Aku dan Dara langsung keluar dari mobil. Dara tidak bisa menyembunyikan wajah bingungnya,dia bingung kenapa aku bisa tahu dimana David berada. Dia tidak tahu jika aku dulu pernah menemani David gym di tempat ini,dan David memberitahukan jadwal rutin latihan nya.
David pasti sudah bisa melihat aku datang di balik jendela one vision nya. Dari luar tampak seperti kaca jendela memantul,namun dari dalam kaca itu tembus pandang. David membuka pintu gym ketika melihat aku datang dengan Dara. Aku berjalan lebih cepat dari Dara dan aku masuk ke dalam gym lebih dulu. David memakai singlet yang bisa memperlihatkan kedua ketiak nya,dan juga memakai boxer berwarna hitam. Tubuh dia tampak lebih atletis sekarang. Dia memiliki perawakan yang ideal dengan wajah tampan seperti orang Rusia.
David menahan Dara dengan satu tangan nya. Dia mengisyaratkan untuk Dara tunggu di luar
Aku tak menolah ke belakang,aku pura-pura tidak tahu jika Dara tidak masuk. David menutup kembali pintu itu dan membiarkan Dara menunggu di luar. David mengajak ku berbicara di ruang ganti nya.
“Ada apa ? Kalo kamu mau bahas hubungan aku sama Stevi,kamu buang buang waktu”
“Iya. Emang aku juga males buat dateng kesini untuk nemuin kamu. Tapi aku udah muak sama tangisan Stevi di rumahku. Dia terus-terusan histeris nangisin kamu,bahkan semalaman dia ga tidur,dia juga ga mau makan,ga mau di ajak ngobrol. Aku udah stres ngadepin dia”
“Ya telepon aja orang rumah nya,bilang suruh jemput dia, biar kamu dia ga repotin kamu lagi”
“Dia ga mau pulang. Dia ga mau Mami nya tau masalah ini”
“Kenapa?”
“Mami nya keras,dia pasti akan di marahin abis-abisan kalo tau dia nangis kaya gitu karna di putusin cowo”
“Terus aku harus gimana ?”
“Aku ga mau tau,buat Stevi tenang dan ajak dia pulang”
“Aku ga mau. Aku udah putusin Stevi kemarin”
“Vid. Aku ga mau sampe dia nekad bunuh diri di rumah aku,dan rumah aku jadi terkenal karena hal bodoh itu. Kamu juga pasti akan keseret kalo sampe itu terjadi”
David menertawajan gertakan ku.
“Emang ampe segitunya ya?” Ledek nya.
Aku mendekati David berdiri begitu dekat di hadapan nya dan menatap nya dengan wajah serius.
“Kamu ga pernah liat garis-garis di tangan kirinya ? Dia pernah hampir bunuh diri hanya karena dia putus sama mantan nya dulu. Dan kalau sampai sekarang itu terjadi lagi,aku akan pastikan beritanya tersebar di media,dan nama kamu bisa tercantum jelas disana” ucap ku dengan wajah yang serius mengancam nya.
David tampak ragu dengan ucapan ku. Namun sepertinya dia sedang mengingat sesuatu. Wajah nya mulai panik lalu akhirnya dia bergegas berganti pakaian dan mengambil barang-barang nya di loker. Dia sudah mengganti baju dengan baju oversize putih dan celana cargo hijau pudar. Dia juga memakai topi yang menambah ketampanan nya semakin terlihat. Aku baru sadar jika David semakin tampan jika kita jarang bertemu seperti ini.
Aku dan David berjalan menuju parkiran. Namun sebelum membuka pintu gym David melihat Dara yang sudah duduk di kursi samping kemudi mobilku.
“Siapa yang nyetir mobil?”
“Aku”
“Bukan nya kamu masih trauma?”
“Trauma ku tiba-tiba ilang gitu aja” ucap ku sinis sambil mendahuluinya menuju mobil ku.
David membawa mobil nya sendiri.
“Dia ikut?” Tanya Dara dengan masih saja bingung.
“Iya” jawab ku singkat. Lalu mobil kami beruntun melaju kembali kerumah ku.
Saat di lampu merah,aku menghubungi Bi Inah dan Pak Rudi meminta mereka bersikap seolah olah tidak mengenal David saat dia datang kerumah.
Kita sampai di rumah ku. David terlihat begitu malas sekali untuk kembali masuk ke dalam rumah yang dulu sering dia singgahi.
“Lo masuk dulu” pinta ku kepada Dara.
Dara hanya mengikuti perintahku. Aku menghampiri David yang masih berdiri di samping mobil nya.
“Bersikap seolah ini adalah kali pertama kamu kesini” pinta ku dengan serius.
David hanya diam. Lalu dia berjalan mengekor di belakang ku menuju kamarku.
Tentu David tidak akan aneh masuk ke dalam rumah ku,karena disinilah kami selalu menghabiskan waktu berdua untuk sekedar bermain dengan Micky dan Nicko.
Ketika masuk ke dalam kamar. Dara,Kanza dan Tristan terkejut melihat kedatangan David di belakang ku. Mereka semua membulatkan mata dan terpatung.
“Sorry” David berjalan melewati ketiga teman ku dan menghampiri Stevi yang masih saja diam di tempatnya dengan menatap kosong kedepan.
David mengusap bahu Stevi. Sesaat Stevi tidak sadar siapa yang sudah memegang bahunya,namun saat pandangan nya jelas Stevi pun terkejut. Dia langsung berdiri dan memeluk erat David. David dengan ragu-ragu membalas pelukan nya.
Aku sangat mual sekali melihat kemesraan mereka,dan aku langsung memalingkan wajahku.
“Udah yu,kasih mereka waktu berdua dulu buat selesein semuanya” pinta ku kepada semua teman-teman ku.
“Yu” jawab semua nya.
Kita keluar dari kamar ku dan menuju pantry untuk mencari cemilan disana.
“Lo kok bisa tau David disana ?” Tanya Dara yang masih saja penasaran.
Aku mengunyah cemilan ku sambil berusaha mencari alasan untuk menjawab pertanyaan mereka.
“Gue pernah inget waktu itu ngobrol sama David kalo dia nge gym disana setiap hari selasa kalo ga salah”
“Emang iya dia pernah ngomong kaya gitu?” Tambah Kanza.
“Iya pernah. Gue juga lupa lupa inget sih,yang penting David pernah cerita tentang gym itu”
“Iya sih gue juga beberapa kali liat dia posting di tempt gym itu” ucap Dara mengingat hal yang akan menyelamatkan ku dari tatapan heran Dara dan Tristan.
“Nah iya. Kalo ga salah gue juga liat di Instagram nya deh” ujar ku berdalih.
“Kok dia tiba-tiba mau sih Rev?” Tanya Kanza.
“Gue jelasin semua nya sama dia. Gue kasih tau juga sama dia yang masalah Stevi pernah mau bunuh diri,gue bilang sama dia itu karna Stevi putus cinta”
“Yang luka garis2 di tangan kiri nya itu?” Tanya Tristan.
“Tapi bukannya itu gara-gata berantem sama orang tuanya ya” ucap Tristan mengingatkan.
“Ya udah ssstt gue bilang nya itu karna dia putus cinta,ya biar si David takut aja dengernya”
“Haha iya sih” timpal Dara.
“Pinter juga lo ya,jadi kan si David takut kalo Stevi bunuh diri” lanjutnya.
Aku langsung meneguk minuman dingin yang sudah aku tuangkan.
Tidak lama Stevi dan David turun dari tangga. Kami berempat menatap mereka dengan kikuk. Stevi menggenggam erat tangan David dengan wajah yang sudah kembali ceria.
“Thank ya Rev. Lo udah datengin David kesini,ga nyangka sih lo se peduli ini sama gue” ujar Stevi. Lalu dia memeluk ku.
Aku melirik David sebentar lalu kembali memalingkan wajah ku.
“Lo jangan sedih sedih lagi ya,gue ga mau lo stres”
“Haha ngga Rev,obat gue udah kembali kok,gue ga akan nangis2 lagi malam ini”
Tiba-tiba terdengar suara lonceng kecil menghampiri kami. Itu Nicko,dia langsung menghampiri David dan mengelus elus tubuh nya di kaki David.
“Hallo Nicko” sapa Stevi.
“Kok dia kayanya langsung suka sama bau kamu” ujar Stevi.
David menggendong Nicko,dan Nicko langsung begitu saja terlihat nyaman ada di pelukan David. Dia terus saja mengeluarkan suara seperti mendengkur,untuk menandakan jika kucing itu sayang kepada David. Yang bisa menyadari itu hanya aku dan David,yang lain nya hanya mengira jika David bisa gampang di sukai binatang.
“Aaahhh lucu banget. Oh iya. Micky kemana kok ga pernah keliatan?” Tanya Dara.
Aku melirik David sebentar,dan David menatap ku dengan seolah puas sekali ada yang menanyakan Micky yang sekarang sudah di tempat David.
“Micky.. ada dirumah sodara gue. Gue kewalahan buat ngurus dua kucing”
“Oohhh. Kenapa ga kasih gue aja sih” rengek Kanza.
Lagi-lagi aku harus menambah kebohongan ku untuk mencari jawaban nya.
“Iya. Sodara gue suka banget kucing”
Lalu mereka tidak lagi bertanya. David terlihat tersenyum menertawakan ke kikukan ku.
“Gue mau pulang sekarang ya,nyokap gue udah khawatir. Gue mau pulang di anter David”
Kami berempat mengangguk.
“Oke. Lo juga harus istirahat ya,kasian muka lo lelah banget”
“Iya Rev,nyampe rumah gue langsung istirahat”
“Mandi dulu,bau ntar kasur lo kasian” ujar Tristan memecah kesedihan kami.
Kami tertawa bersama.
“Iya iya. Gue mandi dulu terus istirahat. Ya udah thank banget ya buat kalian terus selalu ada buat gue”
Kami berlima menggenggam tangan satu sama lain sehingga membuat lingkaran. Ini adalah ikrar janji yang selalu kami lakukan setiap kali satu dari kami di terpa masalah.
“Harus berbagi kesedihan maupun kebahagiaan satu sama lain,ga ada rahasia ga ada yang di sembunyikan,semua untuk satu dan satu untuk semua” ucap kami bersama sama.
Aku begitu malu sekali mengatakan janji persahabatan kami di hadapan David. Karena semuanya tidak seperti apa yang di lihat David. David terlihat sedikit tersenyum kembali mendengar aku mengatakan semua itu. Dia meledek ku.
“Sini” pinta ku mengambil alih Nicko.
“Kita pulang ya”
“Oke”
“Bye semua”
“Bye Stevi bye David”
David tidak berbicara sedikitpun kepada kami. Dia hanya meninggalkan senyum dan pergi dengan Stevi.