Deal, Kita Menikah!

Agam yang begitu kesal mencoba untuk lebih bersabar, dengan ikut duduk di samping adiknya. "Sebentar lagi kau akan menikah, kapan akan memutuskan hubungan dengan mereka?"

"Sudah kulakukan," jawab Cleo dengan singkat.

"Sudah? Tapi kenapa mereka datang kemari?"

"Mereka itu tidak terima aku putuskan, dan aku rasa wajar saja karena aku adalah wanita yang cantik dan sexy. Jadi mereka tidak mau kehilangan diriku," jawab Cleo dengan bangga, hingga membuat Agam menghela napasnya dengan kasar.

"Sudahlah, berbicara denganmu hanya akan membuat kepala ku sakit," Agam hendak berdiri, namun lengannya di tarik paksa untuk duduk kembali oleh adiknya. "Apa lagi?" tanya Agam dengan suara beratnya.

"Aku ingin bertanya sesuatu, boleh?"

Agam menganggukkan kepalanya.

"Alex bilang Kenan memiliki seorang Ibu dan seorang adik, tapi ketika aku datang ke mansion nya tidak melihat sama sekali foto keluarga Meyer? Dan disana pun aku tidak melihat siapa pun selain Bram, memangnya Ibu dan adiknya kemana?" tanya Cleo sembari mengingat kejadian tiga hari yang lalu saat berkunjung ke mansion calon suaminya.

"Ck, mana aku tahu!" jawab Agam dengan sedikit kesal. Karena tadinya dia pikir Cleo akan bertanya sesuatu yang penting, tapi ternyata hanya bertanya tentang Ibu dan adik Kenan.

"Tunggu A!" Cleo kembali menahan kakaknya yang hendak pergi. "Siapa nama adiknya Kenan? Kau tahu tidak?"

Agam mengerutkan keningnya, dia tampak berpikir sesaat sembari mengingat-ingat siapa nama adik Kenan Meyer. "Aku lupa namanya, kau bisa tanya pada Alex atau bertanya langsung pada Kenan." Jawab Agam sembari berjalan keluar dari kamar adiknya.

"A...!"

"Apalagi?" sentak Agam, karena sejak tadi Cleo selalu menahan langkahnya.

"Tidak ada, aku hanya ingin bilang tutup pintunya!" Ucap Cleo dengan senyum lebar dibibirnya.

"Kau itu...!" Agam kembali melangkahkan kakinya, namun saat sampai di dekat pintu ia membalik badan karena teringat pada sesuatu. "Tadi Kenan menghubungiku, dia bilang ponselmu tidak aktif dan—" Agam terdiam tidak meneruskan perkataannya, saat melihat Cleo dengan cepat mengambil ponselnya lalu mengisyaratkan dirinya untuk keluar. "Adik yang kurang ajar," Agam menutup pintu kamar tersebut.

Sementara itu Cleo yang masih berada di dalam kamarnya, sedang berusaha menghubungi Bram asisten pribadi calon suaminya. Karena sampai detik ini dirinya tidak mengetahui nomer ponsel Kenan. Lucu sekali bukan? Mereka akan menikah tapi sampai detik ini Cleo tidak tahu nomer ponsel calon suaminya.

"Ayo angkat!" gumam Cleo dengan tidak sabaran.

"Halo..."

"Bram, aku ingin bicara dengan Kenan. Berikan ponsel mu padanya!" ucap Cleo tanpa basa-basi, setelah sambungan teleponnya diangkat oleh pria itu.

"Tuan Kenan, dia..." Bram menatap pada tuan Kenan yang ada disampingnya, meminta persetujuan pada tuannya itu yang sejak tadi mendengar percakapan mereka karena ponselnya di loudspeaker. "Beliau tidak sedang bersamaku," ucap Bram dengan berbohong saat melihat tuan Kenan meng-gelengkan kepala.

"Kau jangan berbohong, aku tahu dia ada di sampingmu! Karena baunya sampai tercium di sini."

"Apa?"

Bram dan Kenan saling menatap dengan wajah yang terkejut, dan Bram yang merasa penasaran apa benar tuannya itu bau sampai mengendus.

"Bram, apa yang kau lakukan!" Kenan berdiri dari kursi kerjanya.

"Nah, itu suara Kenan! Cepat kau berikan ponselmu!"

"Sial! Aku dikerjai olehnya." Gumam Bram dalam hati, sembari menelan salivanya dengan susah payah saat melihat sorot tajam milik Kenan Meyer. "Tuan tidak mau berbicara dengan Anda, Nona."

"What?" pekik Cleo dengan sangat kesal. "Berani sekali pria itu menolak berbicara denganku?" gumamnya dalam hati sembari menahan kekesalannya. "Dengar Bram! Sampaikan pada Tuan Kenan Meyer, aku akan membatalkan pernikahannya! Jika dalam lima menit pria itu tidak menghubungiku dengan ponselnya sendiri." Cleo langsung menutup ponsel tersebut, lalu mulai berhitung. Dan tak sampai dalam satu menit ponselnya berdering dengan nomer yang tidak dikenal. "Kena kau Kenan Meyer." Ucap Cleo dengan senyum penuh kemenangan.