Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebelas?
Berliner Dom atau Katedral Berlin, menjadi saksi bisu bersatu nya dua anak manusia yang terikat dalam sebuah pernikahan yang suci yang mendapatkan Berkat dari Tuhan. Terletak di Museumsinsel, di wilayah Mitte, pemberkatan pernikahan King Griffin Avanoisk Cassano dengan Veroya Eiko Vogt pun tengah berlangsung.
Pemberkatan berjalan dengan lancar, Griffin dan Veroya sama-sama dengan tegas dan lantang mengucap janji suci pernikahan mereka dengan disaksikan oleh Romo dan seluruh anggota keluarga. Tidak terlihat sama sekali dari keduanya jika pernikahan ini dilakukan atas dasar meraih keuntungan masing-masing.
Griffin nampak terlihat menatap Veroya penuh kasih dan kekaguman. Ada getaran cinta di mata Griffin untuk sang istri meski Veroya ini sedikit ragu apakah mata Griffin menunjukkan sebuah kejujuran atau hanya sebuah drama saja. Meski begitu, Veroya menikmati bagaimana cara Griffin memperlakukannya sebagai seorang istri.
" Mempelai pria, dipersilahkan untuk mencium mempelai wanita. "
Riuh suara keluarga yang hadir di tempat ini menyambut ucapan dari romo barusan. Mereka bersorak, mengompori Griffin untuk segera mencium Veroya di depan mereka semua.
" Cium.. Cium.. Cium.. "
" Langsung saja, Griffin!! Sudah sah ini.. " teriak Fayre yang paling keras terdengar di telinga mempelai.
" Ck.. " Griffin melirik sinis kakak kembarnya. Tidak tahu malu sekali, seorang wanita dari keluarga terpandang sampai berteriak seperti di hutan saja.
Veroya menikmati wajah kesal Griffin. Jarang sekali suaminya ini memperlihatkan emosi di wajahnya selain datar dan marah. Senyum pun, rasanya sangat sulit sekali. Settingan Griffin memang selalu dalam mode datar atau mode singa lapar.
Veroya yang menyadari jika pikirannya sudah kemana-mana hanya terkekeh saja. Memancing Griffin untuk menatap ke arah wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya.
Istri...
Suami...
Ada sebuah euforia dalam hati Veroya menyambut status barunya saat ini. Hatinya meletup-letup senang, seperti ada kembang api yang meledak menghiasinya.
" Jangan protes dan nikmati saja!! "
Belum sempat Veroya menanggapi ucapan Griffin, bibirnya sudah langsung diserang oleh Griffin dengan brutal. Ciuman Griffin terkesan sangat menuntut, bahkan beberapa kali Griffin menggigit bibir bawah milik Veroya hingga kemudian melesatkan lidahnya untuk mengeksplor bagian dalam mulut Veroya.
Sempat kelabakan karena serangan dadakan Griffin, namun beberapa saat kemudian Veroya secara brutal ikut mengimbangi Griffin. Keduanya bertarung lidah di depan semua orang yang menatap tak percaya pada dua mempelai ini.
" Wah... Mereka lupa daratan. " celetuk Mountain, putra Gaffi yang mulutnya tidak punya berfilter itu.
" Hoi... Ingat dimana kalian!! Nanti saja lanjut di kamar.. " teriak Mountain yang kemudian mengundang semua orang yang hadir di sana tertawa ngakak.
Griffin seolah tersadar hingga langsung memutus ciumannya dengan Veroya. Padahal Veroya sedang menikmati ciuman pertamanya dengan Griffin ini.
' Sialan si Mountain ini.. ' batinnya kesal sekali.
" Ekhemmm.. " Griffin berdehem guna mengurangi rasa canggung dan malunya. Dalam batin, Griffin merutuki dirinya yang lepas kendali. Padahal, bukan seperti ini keinginannya. Imagenya pasti langsung terjun bebas karena peristiwa ini.
" Hahahaha.... Dulu aja sok nolak, sekarang malah nyosor.. " mulut Mountain memang tak ada duanya. Menurun dari sang daddy.
" Kau benar, Mount... Dulu saja dia paling malas jika dibahas soal Ve.. Tapi sekarang, kok langsung pro, ya.. " Fayre sama gilanya dengan Mountain.
Wajah Griffin langsung merah padam mendengar godaan dari keluarganya. Rasanya, sungguh Griffin ingin menenggelamkan dirinya di dasar laut saja. Malu sekali, sampai menatap orang-orang bahkan istri sendiri Griffin tidak sanggup.
Ini baru mulut Mountain dan Fayre, masih untung tidak ada si orc kecil. Monster yang selalu bisa membuat kepala Griffin jadi botak. Siapa lagi kalau bukan Sigmund, adik tirinya yang berhalangan hadir karena mengikuti ujian di kampus tempatnya menimba ilmu.
Coba kalau mulut rombeng ketiga orang ini disatukan, harga diri Griffin pastinya sudah terjun bebas ke inti bumi. Malunya itu lho, sampai puluhan tahun kedepan akan tetap membekas.
" Kita bisa lanjut nanti dikamar saja, King. " bisik Veroya malu-malu. Suaminya ini, ternyata agresif juga.
" Diam kau.. " Griffin melengos. Veroya terkikik geli senang menggoda suaminya.
Setelah acara pemberkatan yang sempat terjadi kehebohan itu berakhir, Griffin dan Veroya langsung memasuki mobil yang akan membawa mereka ke tempat acara pesta diadakan. Letaknya tak jauh, hanya membutuhkan beberapa menit saja dari posisi mereka sekarang.
Pesta megah nan mewah yang diadakan di outdoor, tengah menanti kehadiran raja dan ratu pestanya. Masih ada waktu beberapa jam sampai pesta berlangsung, yang mana hal ini akan dimanfaatkan oleh semua orang termasuk mempelai untuk bersiap.
*
*
Di sebuah ruangan yang disediakan khusus untuk mempelai, Griffin tengah membantu Veroya untuk membuka gaun pengantinnya. Cukup sulit juga, tapi akhirnya berhasil meski memerlukan waktu cukup lama.
" Kata orang, pria itu punya bakat alami untuk melepas pakaian wanita nya. Kenapa kau tidak memiliki bakat itu sih, King? " Veroya terlihat kesal. Mulutnya memang tak berhenti mengomel lantaran Griffin lama sekali membantunya melepas gaun pernikahan yang dia gunakan.
" Kalimat aneh macam apa itu? Dari siapa kau dengar hal aneh itu? " Griffin geleng kepala. Istri ajaibnya ini ada saja.
" Dari orang-orang lah. " Veroya menjawab sekenanya.
" Orang mana lagi? Tidak ada hal seperti itu. " Griffin tak ambil pusing dengan kerandoman sang istri. Dirinya memilih untuk segera membersihkan diri. Waktunya tidak banyak karena dua jam lagi, pesta pernikahan mereka akan diadakan.
Secara bergantian mereka membersihkan diri. Keduanya kompak mengenakan bathrope setelah membersihkan diri karena malas mengobrak-abrik koper mereka untuk mengambil baju. Yang mana nantinya baju itu juga akan diganti dengan pakaian yang disiapkan untuk acara pesta pernikahan mereka.
Keduanya memilih duduk dan memainkan ponsel mereka. Jika Griffin duduk di sofa makan Veroya memilih duduk di ranjang. Mereka asyik dengan kegiatan masing-masing, tidak terlihat sama sekali keromantisan dari pasangan ini. Memang mereka sejak dulu ya seperti ini. Masih syukur sekarang mereka tidak berdebat.
Tok.. Tok..
Pintu ruang pengantin ini diketuk. Griffin lekas beranjak untuk membukakan pintu. Ternyata salah seorang dari MUA yang merias istrinya datang untuk mengantarkan dress dan juga tuxedo yang akan dikenakan pengantin di pesta nanti.
" Kami akan datang setengah jam lagi, tuan muda. Silahkan manfaatkan waktu yang ada. " wanita ini terlihat tersenyum malu-malu.
Griffin memutar bola matanya malas, " Hm.. " pintu pun langsung ditutup.
Griffin paham maksud senyuman dari wanita tadi. Manfaatkan waktu pasti yang dimaksud adalah untuk bermesraan dengan istrinya. Tapi mana bisa mereka bermesraan, duduk berdua tanpa ada perdebatan adalah sebuah hal langka.
Ciuman di altar tadi, anggap saja Griffin khilaf karena situasi dan kondisi yang sangat mendukung. Kalau dia dalam keadaan sadar sesadar-sadarnya yang beginilah mereka. Asyik dengan aktifitas sendiri-sendiri.
" Oh ya King.. Mama Ceena bertanya pada ku kau ingin memiliki berapa anak? Mama Ceena ingin kita tidak menunda momongan. Kalau bisa sekali bikin langsung dapat kembar lima seperti granny. "
BYURRRR...
Griffin langsung menyemburkan cairan yang hampir saja mengaliri tenggorokannya yang kering.
" Katakan saja, kita akan program sebelas anak.. Biar mama puas.. "
Uhuk.. Uhuk...
Gantian Veroya kini tersedak ludahnya sendiri. Matanya menatap tak percaya ke arah Griffin. Sebelas katanya?? Yang bener saja..