"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Psiko
Hari ini Leya merasa bosan, setelah pulang dari sekolah dia tidak pergi ke mana mana. Bahkan Nia dan yang lain ingin main ke tempatnya tapi di larang oleh Damian.
Leya menghela nafas gusar, dia benar benar bosan sekarang. Gadis itu terpikir untuk kabur menemui Ama dan Ria, ah dia akan menghubungi teman nya itu untuk bertemu di tengah tengah.
Leya menunggu malam saja, dia takut Damian tiba tiba kembali sore ini. Jadi, dia akan pergi malam.
Sekarang sudah pukul 20:00, tapi Damian tidak pergi ke tempat nya, ah Leya merasa bosan dan memutuskan untuk keluar! Gadis itu berjalan melewati ramai nya kota.
Dia berjalan kaki sendirian, untung saja jalanan sangat ramai. Hingga Leya melewati sebuah jalan gelap, ah dia takut tapi dia tidak enak meminta jemput oleh teman nya.
"Tolong" suara seorang perempuan yang tampak mulai melemah.
Leya melipatkan kedua tangan nya takut. Namun, dia harus memeriksa siapa itu, suara wanita ini seperti sangat dekat, Leya berjalan menuju rumah kosong.
Leya menutup mulutnya erat melihat pemandangan di hadapannya ini, dia rasanya ingin muntah saat ini! Tubuh nya bergetar dan mulai melangkah mundur, sialnya suara langkah nya terdengar.
"Siapa?" teriak seseorang.
Dengan cepat Leya berlari, dia sangat ketakutan sekarang. Apakah benar yang dia lihat tadi? Seorang telah melakukan kejahatan.
Leya melihat kebelakang nya, pria itu terus mengejarnya. Leya tidak terlalu jelas melihat wajah pria itu, dia terus berlari untuk menyelamatkan dirinya.
Namun sayang sekali, dia sudah memilih jalan yang salah! Dia tidak mendapati satu pun rumah sekarang.
"Untuk apa berlari, hm?" pria itu mendekat membuat tubuh Leya bergetar.
"Leya Leya gak liat apa apa!" Leya berjongkok menutup wajah nya takut.
"Oh nama mu Leya, sayang sekali nama indah ini harus berada di pemakaman besok." pria itu menyeringai mendekati Leya.
Sekarang untuk bernafas saja Leya kesusahan, dia mencoba menatap pria itu. Cukup kaget, pria itu adalah teman kelas nya.
"Vano?" cicit Leya pelan.
"Ternyata kamu, siswi baru." kekeh pria itu.
"Kenapa kamu melakukan itu?" Leya menatap takut pria itu, dia sungguh menyesal sudah keluar! Lihat lah sekarang bagaimana keadaan nya.
"Sangat di sayangkan, aku tidak berniat membunuh' mu. Namun, matamu ini sudah melihat semuanya, bagaimana kalau aku membuangnya?" tanya Vano dengan nada pelan, dia berjongkok di hadapan Leya.
"L-leya gak bermaksud, Le-"
"Hentikan, katakan apa saja yang kamu lihat?"
"Leya lihat kamu m-menusuk perutnya, memoton-"
"Sudahlah." Vano memotong ucapan Leya, setelah itu dia pergi begitu saja.
Leya menghela nafasnya, gadis itu langsung beranjak untuk pergi. Dia berlari kembali ke apartemen nya, dia berniat untuk tidak masuk sekolah beberapa hari.
Leya mendapatkan pesan dari Damian. Pria itu mengatakan jika dia tidak akan menemui Leya untuk beberapa hari kedepannya karna pria itu sangat sibuk dengan pekerjaan nya.
Leya kembali menghela nafasnya, dia sangat membutuhkan Damian sekarang. Namun, pria itu malah akan pergi.
Leya tidak berniat membalas pesan Damian, dia pergi mencuci tangan dan kakinya dan mulai memejamkan mata nya. Namun kejadian yang dia lihat tadi selalu membuat nya terbayang bayang.
"Leya mau tidur!" teriak Leya frustasi.
Gadis itu menangis kecil, dia bahkan tidak bisa tidur sekarang. Ketakutan nya semakin menjadi, dia merasa semua yang dia lihat selalu membekas di dalam ingatannya.
Hari hari telah berlalu, beberapa hari ini Leya menonaktifkan handphone nya, dia selalu berada di apartemen, berusaha menghilangkan hal yang dia lihat malam kemarin.
Leya sudah frustasi, bahkan dia tidak beranjak dari tempat tidur nya, selain untuk makan dan. Setelah makan pun dia kembali ke kamar, dia benar benar takut. Rasanya dia ingin muntah mengingat malam kemarin.
Tiba tiba saja seseorang datang, bel itu membuat Leya risih! Dengan berat hati dia berdiri dan membuka pintu.
"Vano!" kaget Leya langsung menutup pintu itu langsung.
Leya ngos ngosan, dia teringat kembali malam itu. Rasa takut nya membuat dia tidak bisa bergerak bahkan untuk mengeluarkan satu kata pun dia tidak bisa. Bagaimana bisa pria itu tau apartemen nya?
"Aku hanya datang untuk menjenguk mu." Vano mengirimkan pesan ke WhatsApp Leya.
Leya semakin kaget mendapat kan semua ini, karna frustasi dia membuka pintu dan memperlihatkan Vano sedang membawa sebuah box yang seperti nya berisikan kue.
"K-kamu mau apa?" tanya Leya gugup.
Sedangkan pria itu melenggang masuk, membuat Leya ketakutan. Namun sekuat tenaga dia memberanikan diri
"Aku rasa kamu mencoba menghindar, karna malam itu?" Vano menatap nya tampa ekspresi apa pun.
"G-gak, Leya cuma ga enak badan."
"Tampa keterangan?"
"Leya gak sempat."
Tangan pria itu beralih memegang dahi Leya yang memang cukup panas.
"Kenapa tidak ke dokter?"
"Leya gakpapa, cuma gak bisa tidur beberapa hari ini makanya jadi seperti ini."
"Psikolog terbuka." ucap Vano menarik pergelangan tangan Leya, Leya tidak tau kemana pria itu akan membawa nya.
Leya sudah pasrah sekarang, lagi pula dia tidak bisa meminta tolong pada siapa pun. Namun ternyata Vano membawa nya ke sebuah psikolog.
Leya di bimbing dengan seorang wanita, Leya mencoba mengikuti perkataan wanita itu. Sedangkan Vano? Dia pergi keluar entah kemana.
"Dokter." panggil Leya pelan.
"Panggil kak saja ya, jangan terlalu berlebihan." ucap wanita itu terkekeh pelan
"Kak, Leya merasa banyak hal menganggu di pikiran Leya. Setiap Leya ingin memejamkan mata, Leya selalu terbayang yang pernah Leya lihat."
"Contoh kejadian nya?"
"Eh, kecelakaan. Leya takut darah." cicitnya pelan, Leya tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
Leya mulai menenangkan dirinya, Leya berharap dia bisa melupakan hal ini. Wanita itu mencoba membuat Leya tertidur.
Hingga sekitar 1 jam, Leya terbangun. Wanita itu tersenyum kecil."Kamu sudah bangun?"
"Leya ketiduran ya?"
"Tidak apa apa, kamu kurang tidur kan belakangan ini."
"Em makasih ya kak."
"Coba lakukan hal yang menyenangkan, jangan mengurung diri sendiri. Hal itu berdampak pada pikiran mu juga." ucap wanita itu, dan memberikan Leya beberapa obat.
Leya tersenyum ramah dan mengambil obat itu, namun dia sedikit bingung bagaimana membayarnya.
"Kamu memikirkan bayaran nya? Tidak perlu ya, teman mu tadi sudah membayarnya."
Leya tersenyum kikuk lalu keluar, dia melihat vano yang sudah berada di sana. Ah jika melihat pria itu, Leya akan terus mengingat hal yang terjadi.
"Aku peringatkan, lupakan kejadian itu dalam minggu ini! Dan jika besok atau dua hari kedepan kamu tidak masuk sekolah, aku tidak segan segan melakukan cara yang sama pada wanita malam itu." bisik Vano membuat Leya bergidik ngeri.
"Leya?" panggil seseorang
Leya menoleh.
"Bagaimana kalian?" bingung Ama
Vano yang tidak peduli langsung pergi begitu saja, namun pria itu tetap menunggu Leya di mobil.
"Leya cuma konsultasi sedikit."
"Jadi ini alasan Lo gak masuk sekolah? Kok Lo ga cerita sama kita sih? Lo anggap kita temen gak?" kesal Ama
"Leya gak mau nyusahin kalian. Leya udah gakpapa." ucap Leya tersenyum melihat kan beberapa obat nya.
"Kamu kenapa di sini?" tanya Leya.
"Gue nganterin makanan buat kakak gue, dia payah kalau gak dk antarin gak bakal ingat makan." jelas Ama.
"Yaudah gue antar pulang yuk" Ajak Ama
Notif di ponsel Leya membuat gadis itu menolak ajakan Ama, melihat gelagat aneh Leya membuat Ama merasa curiga.
"Cepat kemobil, jika orang tau hal ini bukan hanya kamu, tapi mereka akan merasakan akibat nya!"
Notif itu lah yang membuat Leya menolak ajakan Ama, dia pamit pada Ama lalu langsung melenggang pergi dengan cepat Leya masuk ke dalam mobil Vano.
"Jangan ganggu Leya." cicit Leya.
"Menurut mu, aku akan mendengar kan perkataan mu itu?"
Leya memalingkan wajahnya, dia kira Damian sudah yang paling menyeramkan! Ternyata Vano lebih menakutkan, padahal di sekolah pria itu seorang yang pendiam. Ternyata dia psiko.