"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Dimana letak kesalahannya?
Di resto, para karyawannya Rimon terkejut melihat kedatangan Keiya ke resto pagi-pagi sekali. Mereka yang hendak mengusir Keiya pun merasa tidak enak, karena karyawan resto tidak boleh mengusir pelanggan apapun yang terjadi.
"Anu, maaf ya dik. Tapi resto kami belum buka, tolong datang sekitaran 30 menit lagi ya," rayu salah satu pekerja.
Keiya menggelengkan kepalanya, dia berkata "Yaya akan menunggu disini."
Karyawan itu pun merasa bingung, dia tidak tahu harus melakukan apa. Alhasil, dia membiarkan Keiya menunggu di meja. Dan tak lama kemudian, Rimon pun datang dengan mobil kerennya terparkir di garasi samping resto.
Melihat Rimon sudah datang, dengan cepat karyawan itu berlari menghampiri Rimon di depan.
"Ketua! Eh maksudnya boss, seorang siswa SMP yang sering kau temui itu kini berada di resto. Pagi-pagi sekali dia sudah datang, dia rela menunggu padahal resto belum dibuka. Apa dia ada urusan dengan mu ketua?" lapor si karyawan.
"Apa kau serius?" tanya Rimon terkejut.
Dia mempercepat langkah kakinya, dan melihat Keiya sudah berada di dalam restonya sambil membaca buku yang ada disana.
"Hei!" panggil Rimon yang membuat orang-orang yang ada di resto semuanya menoleh di arahnya yang berteriak memanggil Keiya.
"Kak Rimon!" Keiya kegirangan begitu melihat Rimon menghampiri nya.
"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau tidak pergi ke sekolah? Tidak semua orang bersantai hanya untuk mengurusi mu, kemari! Biar ku antar kau ke sekolah! Astaga, apa yang kau lakukan dan kenapa kau selalu menyusahkan banyak orang? Bagaimana dengan keluargamu di rumah?" Rimon mengomel pagi-pagi.
Rimon menarik tangan Keiya dan berniat mengantarnya ke sekolah karena saat itu Keiya sudah memakai pakaian sekolah dan juga tas kecil yang dia bawa.
"Tu-tunggu!" Keiya mempertahankan dirinya agar tidak terseret oleh tarikan tangan Rimon yang kuat.
Rimon menoleh, "kenapa?"
"Yaya tidak mau pergi ke sekolah! Yaya hanya ingin bersamamu hari ini saja, Yaya..." tiba-tiba Keiya menangis.
"Apa?" Rimon kebingungan.
Melihat wajah Keiya yang cantik, rambutnya yang hitam tebal, dan bibir pink yang terlihat lembut itu tiba-tiba membuat Rimon menjadi bernafsu. Rimon merasa ada yang salah dengan dirinya.
Pria berumur 25 tahun lebih itu tidak bisa menahan diri nya, lagi-lagi dia menarik tangan Keiya. Tapi kali ini ia mengajaknya ke ruang belakang resto, semua karyawan yang melihatnya seperti itu pun tidak ada yang berani berkomentar. Karena mereka tidak tahu, sebenarnya ada hubungan apa Keiya dengan Rimon saat itu.
"K-kak?" Keiya ketakutan. Dia yang tidak terbiasa berjalan pun merasa sangat lelah begitu Rimon menariknya dan mengikuti langkah kakinya yang besar di depan.
BRAK!
Sesampainya di toilet, Rimon tiba-tiba langsung mengunci pintu toilet yang membuat Keiya makin panik. Tubuh Rimon makin lama makin merapat dengan tubuh Keiya yang sudah terpojokkan di tembok toilet.
"Kak Rimon! A-apa yang akan kau lakukan? Hei-"
CUP!
Tiba-tiba Rimon melayangkan ciumannya di bibir Keiya. Ciuman pertama Keiya kini telah diambil oleh Rimon, meski Rimon adalah orang yang Keiya sukai, tapi dia tidak terima dengan apa yang tiba-tiba Rimon lakukan kepadanya.
Keiya berontak, ia mendorong, memukul, bahkan mencubit Rimon yang seperti sedang di rasuki iblis birahi. Kelembutan bibir Keiya yang Rimon rasakan, membuatnya semakin menggila. Dia mengunci tangan Keiya agar tidak bisa berontak.
Rimon benar-benar melumat bibir gadis 15 tahun itu habis-habisan. Pertukaran air liur pun tak bisa di hindarkan, Keiya lemas, lengan Rimon sangat kuat menopang berat tubuh Keiya yang hanya setengah dari berat badannya.
"Puah! Yaya tidak bisa bernafas... Umhhh," Rimon tidak memberikan jeda untuk ciumannya yang brutal.
Gadis itu menangis, ia tidak tahu apa yang salah dengan Rimon. Dia berlagak layaknya seekor bebek yang sedang makan, benar-benar di kokop. Rahang Keiya terasa sakit, tapi Rimon masih kuat bertahan.
"Ra-rahangnya Yaya sakit... Huummh" Keiya merengek.
Rimon tersadar dan menghentikan ciumannya yang membuat Keiya lemas. Benang-benang liur terbentang jelas begitu bibir mereka saling berpisah. Tapi bukannya berhenti, Rimon malah lanjut menjilati bibir Keiya yang basah.
"Shtttt, tenanglah sayang..." Rimon memeluk sambil mengelus-elus rambut Keiya yang halus.
"Sakit..." kata Keiya sambil menangis.
"Iya-iya, maafkan aku ya..."
Di balik pintu, Ika terlihat sangat syok dengan apa yang di dengarnya. Boss koki yang dia kagumi itu ternyata adalah seorang bajingan pedofilia. Dari sudut pandang Ika, dia menduga Rimon sedang melakukan hal yang tidak senonoh dengan seorang anak perempuan berumur 15 tahun.
Walau itu benar, tapi kebenarannya tidak berlebihan seperti yang Ika pikirkan. Saat kunci pintu toilet terdengar akan segera di buka, Ika bergegas ke depan agar tidak ketahuan menguping kegiatan Rimon bersama Keiya di toilet resto.
...----------------...
Setelah semuanya selesai, kecanggungan mulai terasa. Keiya yang awalnya banyak bicara kini terus terdiam menundukkan kepalanya. Rimon yang sudah benar-benar tersadar akan kerasukan nya, kini terlihat menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan.
Entah darimana datangnya nafsu itu, syukurlah Rimon keburu tersadar sebelum melakukan hal yang lebih jauh. Dengan lembut Rimon menggandeng tangan Keiya keluar dari toilet.
"K-kau baik-baik saja?" tanya Rimon.
"I-iya..." sahut Keiya.
"Sini, biar ku antar kau ke sekolah. Ini sudah siang," Rimon membawa Keiya ke mobilnya. Ika dan karyawan lain terlihat mulai berbisik-bisik tentang kelakuan Rimon bersama anak kecil yang entah ditelantarkan oleh orang tuanya atau bagaimana.
"Tu-tunggu kak! S-sebenarnya..." Keiya terbata-bata.
"Ada apa?" tanya Rimon.
"Sebenarnya... Keiya kabur dari rumah,"
"Apa?!"
...----------------...
Di sisi lain, kini Hiden sudah sampai di rumah sakit. Asistennya datang menjemput nya di depan, mereka langsung bergegas menuju ruang operasi yang sudah dimulai oleh dokter senior lain.
Dengan cepat Hiden memakai perlengkapan operasi, dia melihat operasi yang baru dimulai dengan sangat baik. Hiden tertegun saat melihat siapa orang yang akan ia operasi, pasien tersebut adalah Kirie.
Tangan Hiden gemetar saat mulai melukai kulit bawah perut pacarnya itu. Dokter lain merasa heran begitu melihat Hiden gemetar seperti itu saat melakukan operasi. Karena itu akan membahayakan nyawa pasien, dokter senior langsung mengambil alih.
"Ada apa denganmu dokter Hiden? Fokuslah!" bentak seniornya.
Hiden menganggukkan kepalanya, dia menarik nafas dalam-dalam, dia mencoba menghilangkan pikiran tentang siapa pasien yang sedang ia tangani.
Setelah menghilangkan semua pikiran-pikiran yang menganggu nya, Hiden menyesuaikan tugasnya dengan baik. Bayi seukuran kuda laut kecil, kulitnya hitam seperti habis hangus terbakar api. Entah racun hebat apa yang Hiden berikan kepada Kirie hingga bayinya seperti itu.
Hiden menatap bayi yang sudah tak bernafas itu, tatapannya sayu, dia memalingkan wajahnya di samping. Setelah semuanya selesai, Hiden langsung keluar dari ruang operasi tanpa ikut membereskan peralatan yang di gunakan.
Semua dokter dan asisten dokter disana merasa heran dengan gelagat aneh dokter Hiden sejak awal melihat pasien yang akan dioperasi nya. Apakah ada hubungan sesuatu antara pasien dengan dokter Hiden?