NovelToon NovelToon
Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Suamiku Tak Mau Menyentuhku Lagi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:213.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Budy alifah

Rumah tangga Nada Almahira bersama sang suami Pandu Baskara yang harmonis berubah menjadi panas ketika ibu mertua Nada datang.

Semua yang dilakukan Nada selalu salah di mata sang mertua. Pandu selalu tutup mata, dia tidak pernah membela istrinya.

Setelah kelahiran putrinya, rumah tangga mereka semakin memanas. Hingga Nada ingin menyerah.

Akankah rumah tangga mereka langgeng? Atau justru akan berakhir di pengadilan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Budy alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Percaya, aku pikir cuma berdua kan harusnya aku ikut," kata Nada dengan tersenyum.

Pandu menghela napas panjang, dia pikir Nada mulai menuduh dirinya yang tidak-tidak.

"Aku pikir kamu tidak percaya," Pandu memegang kedua tangannya.

"O,iya, terima kasih ya Mas. Hari ini aku juga senang lho." Nada menatap Pandu dengan wajah berseri.

"O,iya? Apa yang buat kamu bahagia?" Pandu penasaran.

Nada melepaskan tangan suaminya, ia kemudian menunjukan hasil belanja dia hari ini.

"Kamu belanja semua barang ini?" Pandu mendelik, pasti uang yang dikeluarkan tidak sedikit.

Pertemuan dengan Eva harus dibayar mahal olehnya. Nada aji mumpung, saat dipegangi kartu kredit sendiri dia memakainya dengan luar biasa.

"Iya, aku beli bukan buat aku aja kok. Ada punyamu sama Shanum juga," katanya sembari membuka hasil belanjaannya.

Nada menambah rutinitas yaitu memakai skin care, dia ingin kembali ke dua tahun silam. Merawat dirinya kembali, sehingga suaminya tidak tergoda dengan perempuan lain.

Nada juga memakai baju tidur yang pendek, dengan harapan memanjakan suaminya. Sehingga dia mau menggauli dirinya lagi.

"Kamu pakai baju sependek ini apa tidak dingin?" tanya Pandu saat melihat istrinya berpakaian seksi.

Nada tercengang mendengar komentar sang suami, dia pikir akan mendapatkan pujian cantik, seksi atau yang lainya ternyata jauh dari ekspetasinya.

"Apa kamu tidak merasakan sesuatu?" tanya Nada sembari merebahkan tubuhnya di samping Pandu.

"Aku merasa sangat lelah seharian main sama Shanum, aku tidur dulu." Pandu memiringkan tubuhnya membelakangi Nada, ia mengabaikannya lagi.

Usaha yang sia-sia Nada merasa jika suaminya memang sudah bosan. Sampai dia sudah berpakaian seperti itu saja tidak tergoda.

Nada tidak kehabisan akal setelah kegagalan semalam, dia mencoba melayaninya dengan hal lain. Dia menyiapkan sarapan untuk suaminya, semenjak makian dari mertuanya dia mencoba belajar memasak kepada pembantunya.

"Kamu masak?" tanya Pandu melihat istrinya memakai celemek di tubuhnya.

"Iya, sesekali mau masakin kamu," katanya sembari mengambilkan nasi ke piring Pandu.

"Yakin ini bisa dimakan?" Pandu menatap sang istri lalu menatap hasil masakan Nada dengan wajah tidak yakin.

"Bisa kok, Bik Minah sudah mencobanya," kata Nada, senyum dibibirnya memudar. Ekspetasinya kembali dipatahkan oleh Pandu.

Nada pikir, dia akan mendapatkan pujian dari Pandu dengan usahanya.

"Coba dulu, kalau tidak enak nanti dibuang saja," ujar Nada dia mengambil nasi dan lauk untuknya sendiri. Moodnya selaku dihancurkan oleh orang yang paling dicintainya.

"Kalau tidak bisa masak jangan sok-sokan masak. Main buang makanan saja, kamu pikir bali pakai daun!" sambar Wina yang sedang berjalan menuju meja makan.

Nada terbelalak, ibu mertuanya masih di rumahnya. Dia bilang kemarin sudah pamitan.

"Ibu benar, kamu tidak perlu masak kan sudah ada Bik Minah," kata Pandu. Sedikitpun dia tidak menghargai istrinya.

"Nanti mengeluh lagi, capek ini itu," sahut Wina.

Wanita paruh baya itu tidak ada hentinya memberikan tekanan kepada menantunya.

Kedua mata Nada sudah berkaca-kaca, tapi dia sekuat mungkin menahan agar tidak meneteskan air matanya di depan mertua dan suaminya.

"Mau ibu buatkan sesuatu?" tanya Wina kepada Pandu. Suaranya sangat lembut dan manis.

Nada berdiri, lalu membawa mangkok berisikan hasil masakannya.

"Nada, mau dibawa ke mana itu sayur dan lauknya?" seru Wina.

Nada mengabaikan seruan ibu mertuanya, dia terus melangkahkan kakinya ke halaman rumah.

"Pak, belum sarapan kan?" tanya Nada kepada satpam yang bekerja di rumahnya.

"Belum, Mbak," jawabnya Pak Satpam.

"Makan dulu Pak, saya masak banyak soalnya ajak yang lain juga ya," kata Nada dengan senyuman manis.

Pagi ini Nada bukan melayani suaminya, melainkan pekerjanya yang mau menerima dan menghargai masakannya.

"Nada, kamu mau bawa ke mana nasinya?" tanya Wina gemas saat Nada mengangkat wadah nasinya.

"Ini masakan Nada, takutnya nanti mama sama Mas Pandu sakit kalau makan," ujarnya sembari berjalan keluar.

"Ibu sih, marah kan Nada," Pandu beranjak mengikuti Nada ke halaman depan.

Nada senang melihat pekerja di rumahnya sangat menikmati hasil masakannya. Mereka bersyukur mendapatkan sarapan hasil tangan bosnya.

"Kamu, kenapa kasih mereka?" tanya Pandu saat berdiri sejajar dengan Nada.

"Bukanya kamu takut makan masakanku, minta saja buatkan sama ibu," sindirnya.

"Mbak Nada terima kasih ya, masakannya enak loh," puji satpam rumahnya.

"Sama-sama, nanti kapan-kapan Nada masak lagi buat kalian," kata Nasa sambil tersenyum.

Selepas Nada meninggalkan halaman, Pandu mendekati salah satu yang bekerja di runahnya.

"Bagaiamana rasanya?" tanya Pandu ingin tahu kejujuran dari mereka.

"Enak," jawabnya dengan cepat.

"Tidak perlu berbohong, katakan saja yang sebenarnya. Aku tidak akan mengatakan sama istriku," kata Pandu, dia yakin mereka mengatakan enak karena takut.

"Ini memang enak, iya kan teman-teman." Satpam di rumahnya itu meminta persetujuan yang lain.

"Iya Mas, enak kok. Kenapa Mas?" tanya tukang kebunnya.

"Nada," panggil Pandu.

"Buatkan aku nasi goreng," pinta Pandu kepada istrinya.

"Pandu ibu sudah buatkan roti untukmu." Wina mengangkat piring berisikan roti dengan selai coklat.

"Tuh, udah dibuatkan ibu. Lagian kalau aku yang buat apa kamu tidak takut keracunan?" ujarnya sembari kembali menikmati makanan yang ditolak Pandu.

"Sudahlah Pandu, makan yang ibu buat pasti tidak akan membuatmu sakit," Wina menggeser roti ke depan putranya.

Jika tidak ada ibu mertuanya mungkin dia masih mau membuatkan nasi goreng untuk suaminya. Meskipun yang pertama ditolak, dia masih memau memakan hasil masakannya yang lain.

Wina meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan Pandu sebelum berangkat ke kantor.

"Ada apa Buk?" tanya Pandu.

"Ibu butuh uang, kamu ada kan?" tanya Wina.

"Gajian Pandu masih lama buk, uang kemarin habis buat belanja Nada," kata Pandu. Uang tabunganya sudah habis untuk membiayai Ayu serta membayar kredit belanjaan Nada.

"Kenapa kau kasih istrimu belanja?" gemas Wina dia sudah mewanti-wanti anaknya supaya tidak terlaku royal kepada sang istri.

"Kesenengan dia pasti, nanti bisa minta terus sama kamu," omelnya.

Nada yang mendengar langsung meradang, "Memangnya Nada salah meminta uang sama suami sendiri?"

"Kau menguping ya?!" Wina berkacak pinggang menatap Nada dengan melotot.

"Nada, bisa tidak kamu jangan mencampuri urusan aku sama ibu. Kamu pergi dari sini," usir Pandu.

"Mas, aku ini istrimu. Kenapa tidak pernah melibatkan aku dalam urusan uangmu?" tanya Nada, uang yang seharusnya ia atur tapi tidak pernah dia rasakan.

"Nada, inikan hasil kerja putraku. Kenapa kamu yang ingin mengelolanya?" cibir Wina, dia menatap Nada dengan sinis.

"Nada, masuk ke kamar. Kamu tidak mau kan menjadi istri durhaka," kata Pandu dengab tegas.

Nada bergegas pergi masuk ke kamar, "Kenapa sih Mas selalu begini saat ada ibumu?"

1
guntur 1609
ceritanya mantap. tapi yg buat kesal tokoh pandu yg muka tembok tingkat dewa. aku tggu ceritamu yg lain ya thor
guntur 1609
baru kalian dapat imbangnya kan.cocok mereka dapat menantu sprti vero
guntur 1609
dih ni sipandu emang muka tembok. tingkat ke pedean sdh tingkat dewa. jadi susah tk menghikangkanya lagi
guntur 1609
hahaha dasar hugo cemen
guntur 1609
hahahah mantap hugo
guntur 1609
hahahahhah radain loe pandu
guntur 1609
lah dasar begok. kau ja kalau sewa pelacur harus bayar. apalagi kau sdh ounya istri dan aanakmu. emangnya biaya hidup murah. dasar peak
guntur 1609
bagus tuh jim. otak sipandu gak akan berubah dan sadar
guntur 1609
makanya jimy jangan mendengarkan omongan sebelah pihak saja
guntur 1609
mamous kakian. tanpa kalian ketahui perusahaan yg ditempat kerja pandu adalah punya nada.
guntur 1609
dasar keluarga toxic gila. pandu gak sadar selama ni biaya rumah tangga banyak dibantu sm nada. biarkan saja tinggalkan mereka nada. keluarga toxic jangan dioertahankan lagi
guntur 1609
dasar suami gila. bisanya dia mengabaikan ank dan istrnya
guntur 1609
aku rasa ayu bukan adik kandung pandu
Enik Heri Purwanti
Terimakasih Author, sangat suka,terus berkarya 👍👍👍🙏😍😍😍
Enik Heri Purwanti
lanjut Thor... sangat bagus ceritanya 👍🙏😍
Safa Almira
zyuka
Enik Heri Purwanti
Luar biasa, sangat menarik.Bikin penasaran kelanjutannya 👍😍🙏💪💪
Zahara Arifin
Lumayan
Zahara Arifin
Buruk
Daplun Kiwil
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!