Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke taman.
Keesokan harinya.
Lea libur hari ini, dia memang dapat jatah libur 3 kali, dalam sebulan, dan sekarang adalah jatah terakhir bulan ini, saat ini, dia bermaksud mengajak adiknya, jalan jalan kepasar, untuk membeli mainan baru, dan sekedar bisa berbaur dengan orang lain, karena curhatan semalem, yang membuat Lea kasian, pada adiknya yang merasa kesepian.
"Ma, Lea nanti siang mau ajak Muni, jalan jalan ya, " ucap Lea
"Jalan jalan kemana, jangan jauh jauh," ucap bu Romlah.
"Paling, ke pasar depan bu," ucap Lea.
"Yaudah hati hati, ibu mau berangkat sekarang ya, bapak kamu aja udah berangkat, dari tadi," ucap bu Romlah, yang sudah siap sejak tadi.
"Yaudah bu, hati hati," ucap Lea, sambil mencium tangan ibunya.
"Assalamualaikum" ucap bu Romlah, berlalu pergi.
"Waalaikumsalam" ucap Lea.
Sambil menunggu adiknya bangun, Lea beres beres kontrakan terlebih dahulu.
"Duh lumayan lebih cape, beres beres kontrakan ya, l" ucap Lea, yang tampak sudah selesai, membereskan kontrakan dan menjemur pakaian.
"Ka" ucap Muni, tiba tiba berada di depan pintu kontrakan.
"Aduh, udah bangun," ucap Lea, kaget melihat adiknya berdiri di depannya.
"Iya udah ka, laper ni," ucap Muni memegang perut nya.
"Dih lucu banget, anak kecil lapar," ucap Lea, yang gemas dengan wajah adiknya, yang tampak memelas, " yaudah yu, kita mandi dulu, baru makan, tadi mamah udah masak sayur sop ko," ucap Lea, mengajak adiknya masuk kembali ke kontrakan.
"Yaudah ka, Ayo, yang cepet mandinya, " ucap Muni, dengan semangat.
"Siap" ucap Lea, sambil menuntun adiknya ke kamar mandi.
Lea memandikan adiknya, lalu menyuapi adiknya makan, selesai menyuapi adiknya, dia akan mandi terlebih dahulu, sebelum mengajak adiknya kepasar.
"Muni tunggu sini ya, kaka mau mandi dulu," ucap Lea, menatap Muni.
"Iya ka," ucap Muni.
"Nanti abis kaka mandi, baru kita kepasar," ucap Lea, dengan semangat.
"Mau ngapain, ka ke pasar," ucap Muni, menatap heran
"Kita jalan jalan, ketemu orang banyak," ucap Lea.
"Jalan jalan, ye" ucap Muni, terlihat senang.
"Iya de," ucap Lea, kini dia mulai memasuki kamar mandi.
Lea kini sudah siap, dengan setelan celana panjang, dan baju kemejanya.
"Yu kita berangkat," ucap Lea.
"Ayo" ucap Muni.
Lea dan Muni pun berangkat, menuju pasar, mereka membeli beberapa mainan, lalu mereka pergi ke alun alun.
"Muni senang ga, kaka ajak jakan jalan," ucap Lea, menatap adiknya.
"Senang, sangat senang, apalagi banyak mainan" ucap Muni, pada memperlihatkan mainan anya.
"Wah, syukur kalau gitu, ini kita mau ketaman kota dulu ya, biar ada temen temen nanti," ucap Lea.
"Iya ka, siap," ucap Muni.
Merekapun akhirnya ke taman kota, dan berpoto poto dulu, saat ada yang mendekati Muni, mengajak bermain, ia justru malah diam, karena takut, ya adik Lea itu memang sedikit pendiam, dan cenderung takut pada orang ta dikenal.
"Muni, katanya mau ketemu orang banyak, itu ada yang ngajak main, ko ga mau," ucap Lea, menatap heran adiknya.
"Muni takut ka, yu kita pulang aja," ucap Muni, yang tampak takut.
"Yakin, mau pulang aja," ucap Lea.
"Iya ka, ayo kita pulang aja," ucap Muni.
"Yaudah yu, kita pulang," ucap Lea.
"Muni, lebih suka main, dirumah aja" ucap Muni, dengan tegas.
"Baiklah kalau gitu, kita main dirumah saja," ucap Lea, memilih mengikuti kemauan adiknya.
Lalu merekapun pulang,dengan menaiki angkot. Suasana angkot tampak penuh, dan agak bedesakan, Muni yang duduk terhimpit, membisikan sesuatu pada Lea
"Keteknya bau,"ucap Muni, berbisik ditelinga Lea.
Lea hanya menganguk saja l, karena dia juga merasakan hal yang sama, akhinya Lea menutup hidung Muni, degan keresek yang dia bawa.
Sedangkan orang yang dimaksud memiliki aroma ketek tak sedap, memelototi mereka. Untung saat itu, sudah hampir sampai di area gang kontrakan, sehingga Lea pun langsung turun.
Merekapun berjalan menuju kontrakan.
"Ka, yang tadi bau ketek banget, mana serem melototin," ucap Muni, memperagakan pelototan orang itu.
Lea langsung tertawa, dan berkata, " haha iya de, kaka juga ngerasa kaya gitu tau,"
"Untung kita udah turun, kalau ga, Muni udah muntah," ucap Muni, memeragakan muntah.
"Haha, iya ya,"ucap Lea, yang sudah membuka pintu kontrakan.
"Ayo masuk, kita istirahat, kaka mah cape," ucap Lea.
"Sama, Muni juga cape," ucap Muni.
Lea pun lalu duduk di kontrakan, sementara Muni tiduran, dan akhirnya dia tertidur.
"Wah, jam udah menujukan pukul 11.39, aja nih, eh Mei bentar lagi pulang sekokah dong, aku mau ngasih tau dia akh, soal aku mau lanjut sekokah, tahun depan, dia pasti seneng," ucap Lea, lalu dia pun mulai membuka hpnya, dan mengetik pesan.
^Mei, lagi apa?, kamu sehat.
Belom ada balasan, lalu Lea pun memilih untuk ke kamar mandi, dia pun mengambil whudu dan menunggu adzan..
Setelah selesai solat, dia saat ini sedang tiduran, dan tak lama, terdengar dering notifikasi, dia langsung membukanya dan ternyata dari Meidina.
^Sehat, aku baru pulang, kamu gimana kabarnya disana?.
^Aku baik juga, ko.
^Syukur kalau gitu.
^Eh, kamu belum libur sekolah, emang.
^Belum, masih lomba.
^Lomba antar kelas ya.
^Iya, nii 2 hari lagi, di bagi rapotnya.
^Oh gitu ya, terus kau ikut lomba ga?.
^Ga lah, males mau ikut lomba apa.
^Lomba yang paling cerewet.
^Dih, apa kali, lomba paling cerewet.
^Iya lah, kan itu kamu, pasti bakal menang.
^Ngeledek kamu mah.
^Ga ko.
^Eh Lea, tau ga.
^Ga lah, ornag kamu ga kasih tau.
^Ka Artur tuh, lagi deket sama kaka kelas tau.
^Kaka kelas yang mana.
^Aku ga tau namnya, cuman dia pernah latihan paskibra juga.
^Yang ga terlalu tinggi.
^Ya lumayan lah.
^Oh ya tau, emang dia deket, pas paskibra juga.
^Sekarang suka boncengan aja, tau.
^Yaudah si, biarin aja, orang lain ini.
^Kan aku cuman menginfo.
^Iya iya deh, lagian kan dia juga udah ga chat lagi, sama aku.
^Iya tau, kan kamu pernah ngomong.
^Iya biarin, eh aku juga punya kabar.
^Kabar apa ni.
^Aku bakal lanjut sekolah lagi, tahun depan.
^Wah, dimana lanjutnya.
^Dikampung.
^Disekolah ini lagi?.
^Ga dong, mau di sekolah lain.
^Kenapa, ga disekolah ini aja, biar kamu jadi ade kelas aku.
^Hahah, ga ah malu, mana udah banyak yang kenal, terus malah jadi ade kelas.
^Ga papa, biar kaya iqbal yang ipa 2.
^Ga lah, aku disamain sama dia, ga mau. Aku mah, paling di sekolah yang deket kampungku itu.
^Oh disitu, yaudah de ga papa, ang penting kamu bahagia.
^Iya lah, harus, aku bahagia banget karena nanti lanjut sekolah lagi.
^Iya, tapi kita jadi jarang ketemu dong, walaupun deket nanti.
^Iya ga papa liz, kan kita nanti bisa maen, kalau disini mau maen gimana coba.
^Iya sih, ga papa, setidaknya kamu disini.
^Aku udah ga sabar tau, pengen sekolah lagi.
^Iya, pasti kamu nunggu banget, waktunya ya, jangan ditunggu tunggu nanti bakal kerasa lama.
^Iya ya, kalau ditunggu kerasanya lama.
^Makannya jangan ditungguin, dijalani aja.
^Iya deh, okey, aku cuman mau ngomong Itu aja ko.
^Yaudah sehat sehat.
^Iya dah.
Lea kembali menyimpan hpnya setelah selesai berkirim pesan.
Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, didalam keraguan pasti ada keyakinan, dibalik keterpaksaan pasti ada kerelaan, dibalik keputus asaan pasti ada harapan.
Dibalik gelapnya malam selalu ada bintang, ataupun bulan, yang menemani.
Setelah keputus asaan yang hadir dalam diri Lea, kini tumbuh benih benih harapan baru, dalam diri Lea, semangat yang awalnya sedikit, kini makin membara.