Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BABY
BEBERAPA JAM SEBELUMNYA.
Sekelompok orang tiba-tiba datang menyerang. Beberapa pasukan pengawal berkhianat. Tak ada bunyi senjata, karena semuanya memakai peredam suara. Semua pekerja rumah tewas tertembak di dada dan kepala.
Sedang di dalam kamar Scarlet Hormez tengah asik masuk berciuman dengan Frank, sepupu suaminya. Ia sudah menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi beberapa tahun ini. Napas keduanya menderu bahkan Scarlett menginginkan lebih.
"I want more, dear ...," rengeknya dengan napas terengah. Wanita ini sudah diambang birahinya.
"You want more?" Scarlett mengangguk dengan tatapan berkabut gairah.
"Do you want to go to heaven?' tanya Frank dengan suara serak.
Tangan pria itu sibuk memberi rangsangan di area sensitif wanita itu. Tubuh Scarlet melenting laksana busur panah. Ia mengangguk dengan napas tersengal.
"Well, aku akan memberikan surga untukmu!" ujar Frank menyeringai sadis.
Sleb! Sleb! Sleb! tiga tembakan menembus dada yang sedang menatap sayu Frank. Iris biru itu tak berkedip setelah dadanya bersimbah darah. Frank menatap dua anak laki-laki berusia delapan tahun dan tiga tahun yang mulutnya sudah mengeluarkan busa.
"Maaf, sayang. Tapi, Uncle tidak ingin berbagi denganmu. Karena semua ini adalah milikku dari awal," ujarnya dengan tatapan dingin.
Sedang di kamar mandi, seorang wanita meringkuk gemetaran. Ia sengaja ke kamar mandi bersama bayi dalam dekapannya. Wanita itu bernama Sandra Joseph, ia masih sepupu jauh dari Xavier Thomas, ayah dari bayi ini.
Ia sudah sangat curiga dengan Frank sejak pria itu menggoda saudara ipar sepupunya. Frank nampak menunggu Sandra dari kamar mandi. Pria itu sebenarnya sudah tak sabar ingin masuk ke dalam sana dan menembakkan peluru di sekujur tubuh wanita itu.
Sandra mencari bilik rahasia, berharap seperti di film-film yang ia tonton, jika kamar mandi ini memiliki pintu rahasia. Dugaan Sandra benar. Satu dinding palsu terbuka. Wanita itu pun masuk ke dalam bersama bayi dalam gendongannya. Lalu secara otomatis dinding itu kembali menutup.
Wanita itu menatap sekeliling tampak ruang kerja yang sengaja dibuat secara tersembunyi. Ia melihat satu layar laptop yang menyala. Di sana beberapa layar menampilkan bagaimana semua tewas dibunuh oleh seseorang yang sangat dekat dengannya.
"Tuan Rodrigo Thomas?!" bisiknya sambil menutup mulut tak percaya.
Pria yang selama ini santun dan ramah. Rodrigo selalu bermain dengan anak-anak. Bahkan pria itu selalu membelai pipi Sandra. Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan.
"Kau tak akan mendapat apa pun Rodrigo!' sentak Xavier murka.
"Tidak ... kau lah yang tak mendapat apa pun Xavier! Aku mengambil yang menjadi hak ku. Kau terlalu serakah!" tekan Rodrigo.
"Kau juga sudah mendapatkan semuanya, Bahkan lebih banyak dariku!" bentak Xavier lagi.
"Yang kau nikmati adalah harta Ayahku, Xavier!" sahut Rodrigo mengingatkan. "Harta yang mestinya milikku!"
"Ini adalah bagianku, harta Ayahku yang dititipkan pada Paman Jose Thomas!" sahut Xavier lagi. "Ayahmu lah yang merampas semua milik ayahku!'
"Aku mengetahui semuanya Rigo!" jelas Xavier lagi.
"Aku menerima mu mengira kau berubah, ternyata kau sama dengan ayahmu!" tuduhnya.lagi pada pria beriris sama dengannya.
Rodrigo tersenyum miring. Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam.
"Frank, tangkap dia!" titah Xavier.
Pria yang dipanggil itu hanya diam, Rodrigo tertawa. Xavier pun tertegun ketika, Frank membuka topeng tipis di wajahnya.
"Bernard?" panggil pria itu.
"Ya, Paman aku Bernard, aku adalah putra dari Tuan Rodrigo Thomas," jawab Frank tersenyum.
"Ah, tubuh istrimu enak, Paman. Sayang, aku harus membunuhnya bersama dua anakmu yang lain. Sekarang, mana anakmu yang satu lagi? Aku yakin kau menyembunyikannya bersama wanita simpananmu itu, Sandra," ujar Frank atau Bernard dengan seringai tajam dan membunuh.
Xavier mengepal tangannya erat. Ia sudah mengetahui sejak lama perselingkuhan istrinya dengan sepupu yang menjadi kepala pengawal dan ternyata adalah kemenakannya sendiri.
Tadi malam, ia memaksa kerjasama pengalihan perusahaan kepada Adrian Maxwell Junior. Sayang, pria itu menolak karena tidak adanya keuntungan signifikan untuk pria itu. Xavier seperti menitipkan perusahaan itu padanya.
Xavier yang gelap mata membius Adrian dan Vic dengan obat bius. Ingin mengambil sidik jari pria itu agar perusahaannya aman. Karena siapapun tidak akan berani berkutik jika sudah di tangan Adrian.
Sayang, kelakuannya itu ketahuan. Ia pun menyuruh semua anak buahnya meninggalkan tempat itu. Pria itu tak mengetahui tentang adanya empat wanita tanpa busana yang tertangkap di kamar bersama Adrian dan Vic.
"Kau tak akan lolos Rigo!" ujar Xavier mengingatkan.
"Aku sudah merencanakannya matang-matang, Vier! Bahkan putraku siap terluka agar drama ini murni perampokan, Bena begitu Bernard?" Bernard mengangguk.
Lalu ia menembak kakinya sendiri. Bernard pun roboh dan mengerang kesakitan. Xavier tiba-tiba melakukan gerakan menyerang. Bernard menembakkan pistol dan mengenai kepala pria itu.
"Dia mati!" ujar Rodrigo ketika memeriksa denyut nadi di leher pria yang masih saudaranya itu.
"Marco sudah mengambil semua perhiasan Scarlett. Tidak banyak, wanita itu pintar juga menaruh semua benda berharga di bank!' sahut Rodrigo kesal.
"Bagaimana surat-surat itu?" tanya Bernard sambil meringis. Ia menekan luka tembaknya agar tak terlalu banyak mengeluarkan darah.
"Akan kuurus nanti," jawab Rodrigo.
"Apa kau sudah membunuh semuanya?' Bernard mengangguk. Ia lupa jika ada dua lagi yang belum terbunuh.
"Bagus. Ini harus rapi, dan jangan sampai terbongkar. Karena kita akan mati jika semua ini terungkap!" Bernard mengangguk.
Setelah mengacak-acak ruangan, ia menaruh pistol di tangan Xavier. Lalu ia pergi dari ruangan bersama putranya. Keduanya membuang sarung tangan tipis ke dalam wastafel. Setelah melakukan flush, keduanya pun pergi.
Sandra menangis melihat semuanya di ruangan ini. Otaknya berpikir cepat. Ia harus menyembunyikan semua rekaman dengan baik. Wanita itu meletakkan Edric di sofa dan menghalanginya dengan kursi kecil. Ia mengambil semua data rekaman, file dalam komputer itu. menyimpannya dalam sebuah microchip. Mengambil kalung dengan liontin hati dengan bertuliskan huruf R. Membuka liontin itu dan menaruh mikrochip di dalamnya. Ia mengenakannya di leher bayi itu. Lalu mencari lagi apa saja berkas yang bisa menunjang untuk bayi tersebut. Ia menarik satu lukisan. Lagi-lagi berbekal pengetahuan tentang film-film detektif yang ia tonton.
Wanita itu mendapatkan satu brankas besi. Ia hanya mencoba semua angka yang mungkin menjadi kunci kombinasi brangkas tersebut. Ia mengingat semua tanggal yang pernah disebutkan oleh sepupu yang menjadi tuannya.
Klik! Brangkas terbuka. Beberapa surat penting ia dapatkan. Setelah mengambilnya. Ia pun menutup lagi dan meletakkan lukisan seperti semula. Ia pun mengambil keranjang buah yang cukup besar. Menaruh bantal dan beberapa selimut yang ada di ruangan itu.
Perlahan ia kembali ke kamar di mana Scarlet dan anak-anak sudah tewas. Memastikan jika Frank tidak kembali lagi ke kamar. Ia bersyukur, pria itu tak kembali lagi. Mengambil keranjang bayi, meletakan semua selimut dan bantal di sana, setelah menaruh berkas itu sebelumnya. Ia pun menulis sebuah surat untuk siapapun yang menemukan bayi itu.
"Aku tak boleh membawanya, nyawanya terancam jika bersamaku!" gumamnya.
Sandra mengambil satu beberapa popok dan botol susu. juga satu kotak besar susu yang diminum bayi itu.
Sandra melewati jendela mansion. Menuruni bayi dengan tali yang terikat dengan kain menjuntai ke bawah. Setelah itu baru ia turun perlahan. Sandra berhasil keluar mansion tanpa diketahui siapa pun.
Wanita itu berjalan cukup jauh dan berlainan arah. Menemukan satu apartemen sederhana, di antara tumpukan kardus ia meletakan bayi di sana. Laku segera pergi meninggalkan tempat itu. Siapa sangka, Sandra tertangkap oleh Frank, ia pun dibunuh.
*************************
Luein terbangun ketika mendengar tangisan bayi. Ia hampir saja menutup kupingnya dengan bantal jika saja, ia tak ingat dengan bayi yang ia ambil di dekat kardus bekas. Gadis itu pun terbangun. Meraba popok yang sudah berat.
"Ah, maaf Baby, aku lupa mengganti popok mu tadi," ujarnya.
Gadis itu garuk-garuk kepala. Ia tak pernah memegang bayi sebelumnya. Jadi, Luein sedikit takut. Ia pun mengganti popok bayi itu lalu membuatkan susunya sekalian.
"Mamma ... mammma!" bayi itu menggerak-gerakkan tangannya.
Luien pun menggendongnya. Ia mengingat cara tuan James dan istrinya menggendong anaknya setiap pagi. Salah satu tetangga apartemen Luein yang baik hati.
Luein menyodorkan botol susu pada bayi itu, setelah memastikan susunya tidak panas. Sambil menepuk-nepuk paha montok Rico. Perlahan bayi itu pun terlelap bertepatan susu di botolnya habis. Setelah ia meletakan bayi itu. Luein melihat benda persegi empat di dinding.
"Sudah pukul, 05.12, ternyata. Aku nyaris kesiangan jika tak dibangunkan oleh bayi ini," gumamnya bermonolog.
Setelah mandi dan memakai bajunya, ia pun membawa bayi itu dalam keranjangnya. Menaiki mobil menuju mansion orang tuanya.
"Siapapun kau. Aku pastikan tak akan ada yang menemukan dirimu jika sudah berada di tangan orang tuaku!" gumam Luein sambil mengelus tangan mungil yang masih terlelap itu.
bersambung.
next?