NovelToon NovelToon
Luka Dan Pembalasan

Luka Dan Pembalasan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Balas Dendam / Janda / Konflik etika / Cerai
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Reni mardiana

Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.

Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.

Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?

Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan malam

Malam hari, Laras dan Langit sudah sangat siap untuk pergi ke rumah Aiman dan bertemu dengan anak satu-satunya yang jarang sekali dikenali oleh siapa pun.

Bayu dan Kiara tidak bisa ikut, lantaran mereka juga mendapatkan undangan makan malam dari kolega bisnis Bayu yang cukup terkenal demi kelancaran usaha di cabang berikutnya.

Sesampainya di rumah Laras, Aiman turun dari mobil dan langsung disambut oleh Langit yang sangat antusias bertemu dengannya. Begitu juga wanita itu yang terlihat jauh lebih cantik dan sangat keibuan.

Langit sebenarnya sudah tahu jika Jefri dan Laras tidak akan bisa bersama, apalagi anak itu sangat pintar bisa mengerti keadaan dikarenakan apa yang dialami oleh sang ibu dia pun bisa merasakannya.

“Loh, kalian hanya berdua? Di mana Bayu sama Kiara?” tanya Aiman bingung.

“Kak Bayu sama Kak Kiara sudah pergi 5 menit yang lalu, ada acara makan malam juga sama teman bisnisnya. Jadi mereka minta maaf nggak bisa ikut, gapapa ‘kan, kalau aku sama Langit berdua saja ke rumah Mas Aiman?” tanya Laras tak enak hati.

“Gapapa dong, ayo, kita berangkat,” ucap Aiman penuh semangat.

Mereka semua pergi menaiki mobil Aiman menuju suatu perumahan elit yang sangat mewah. Sesampainya di salah satu rumah dengan desain sederhana, tetapi terlihat begitu mewah membuat Laras terteguk.

Selama ini Aiman selalu berpenampilan apa adanya, tidak seperti pria kaya lainnya. Namun, nyatanya dibalik itu semua sang pria memiliki kemewahan yang pastinya tidak akan pernah habis tujuh turunan.

Langit sendiri merasa terkejut melihat rumah yang sangat luas mirip seperti istana, membuat Aiman tersenyum.

“Sudah jangan dilihatin aja, ayo turun,” ucap Aiman sambil keluar mobil.

Laras dan Langit pun turun, lalu mereka berjalan mengikuti arahan dari Aiman ke ruang tamu. Di mana pria itu pergi sebentar ke arah kamar untuk memanggil anaknya.

Hanya saja Elsa tidak mau keluar kamar karena merasa takut akan teman sang ayah yang tidak dikenalnya. Dengan putus asa Aiman kembali ke ruang tamu menemui Laras dan Langit dengan wajah sedikit murung.

“Gimana, Mas? Mana Elsa?” tanya Laras yang sudah penasaran.

“Maaf, Elsa nggak mau turun dari kamar. Dia masih takut dengan kedatangan orang asing,” jawab Aiman penuh kesedihan.

“Kalau boleh diizinkan aku dan Langit mau kenalan secara langsung ke kamarnya Elsa, boleh, Mas?” tanya Laras.

“Boleh kok, ayo, kita ke kamar Elsa. Cuma pelan-pelan ya, jangan dipaksa karena dokter menyarankan supaya Elsa tidak boleh terlalu stres nanti rasa takut akan semakin mempersulit dia untuk beradaptasi pada dunia luar, paham ‘kan, maksudku?”

Laras mengangguk perlahan. Dia sangat mengerti kalau Elsa memang memiliki trauma yang cukup berat. Jadi dia harus berjuang supaya bisa dekat dengannya.

Mereka berjalan menuju kamar Elsa, lalu Aiman membuka pintu kamar secara perlahan membuat gadis kecil itu langsung memeluk babysitter yang berada di dekatnya.

“Assalamualaikum, Cantik. Tante dan anak Tante izin masuk ya, boleh?” tanya Laras penuh senyuman menatap tulus ke arah Elsa.

Tidak ada jawaban perlahan Laras mendekati Elsa yang semakin mengeratkan pelukannya sama babysitter, sedangkan Langit diam di tempat bersama Aiman sambil melihat reaksi gadis kecil itu.

“Tante izin duduk, boleh? Baiklah, Tante janji tidak akan dekat-dekat sama Elsa. Tante duduk di sini, ya,” ucap Laras ramah. Dia duduk tepat di ujung ranjang milik Elsa membuat gadis itu sesekali melirik ke arahnya.

“Ohh, ya, kita belum kenalan. Nama Tante, Laras. Itu anak Tante, Kakak Langit. Salam kenal, Cantik. Tenang aja Tante nggak gigit kok, tujuan Tante ke sini ingin sekali bisa jadi teman Elsa. Apalagi Kakak Langit. Dia juga sama loh, kaya Elsa tidak punya teman. Boleh Kakak Langit jadi teman Elsa?”

Elsa hanya melirik ke arah Laras, bergantian ke arah Langit juga Aiman yang ada di dekat pintu sambil tersenyum ke arahnya.

“Hai, aku, Langit. Nama kamu, Elsa, ya? Seneng deh, akhirnya bisa ketemu sama kamu. Ternyata kamu cantik ya, jauh lebih cantik dari foto yang Om Aiman kasih lihat hehe … Aku pengen deh, punya adik kaya kamu. Cuma sayangnya, adikku sudah tiada. Padahal seharusnya aku sudah punya adik, tapi Allah lebih sayang sama dia. Akhirnya adikku dibawa deh, tapi gapapa. Aku tidak sedih, kalau Elsa mau kita bisa jadi teman atau dengan senang hati aku mau jadi kakaknya Elsa.”

Senyuman yang tulus dari Langit berhasil membuat semua orang menatap kagum akan kebaikan anak itu. Sayang sekali Elsa masih butuh waktu untuk beradaptasi.

“Tidak apa-apa, kalau Elsa belum siap jadi teman kita. Setidaknya melihat Elsa sudah buat kami sangat senang. Ya, sudah kami keluar ya,” ucap Laras sambil berdiri melihat reaksi Elsa yang hanya terdiam.

Gadis cantik itu tidak sedikit pun bergerak atau berbicara kepada mereka, sehingga Laras memutuskan untuk pergi keluar bersama Aiman dan Langit demi kenyamanan Elsa.

Mereka bertiga terpaksa makan malam tanpa kehadiran Elsa yang masih sulit beradaptasi. Berulang kali Aiman meminta maaf membuat Laras dan Langit memaklumkan keadaan gadis itu yang penuh akan ketakutan.

Entah trauma apa yang dialaminya, sehingga membuat karakter anak seusia Elsa yang masih 5 tahun harus terlihat murung dan menyendiri. Padahal di usia seperti itu dia lagi lucu-lucunya berbicara, main, bahkan bermanja. Namun tidak dengan anak Aiman.

Babysitter Elsa pergi ke arah dapur melewati mereka untuk mengambilkan makan malam buat Elsa. Namun tiba-tiba gadis kecil itu berteriak kencang karena mendengar suara petir sampai membuat panik semua orang.

Dengan cepat Laras berlari menghampiri Elsa, lalu memeluknya sambil berusaha menenangkannya. Sementara Aiman dan Langit terdiam mematung ketika gadis itu membalas pelukannya dengan erat.

“Bunda, Elsa takut hiks ….”

Degh!

Hati Laras tersentuh ketika mendengar panggilan itu terucap spontan dari Elsa tanpa sadar. Aiman sendiri pun tidak bisa berkata apa-apa selain tertegun menyaksikan kasih sayang Laras yang sangat tulus pada anaknya.

“Tenang ya, Sayang. Ada Tante di sini, selama Tante ada di dekat Elsa. Nggak usah takut, sebentar lagi petir itu pasti hilang dan nggak akan pernah melukai Elsa,” ucap Laras yang terus berusaha menenangkannya.

“Elsa takut, Bun, Elsa takut. Jangan tinggalin Elsa lagi ya, Bun. Elsa mohon hiks ….”

“Tante nggak akan ninggalin Elsa kok, Tante ada di sini. Udah ya, nangisnya kasihan loh, nanti wajah cantiknya hilang,” jawab Laras.

“Nggak mau, nggak mau. Elsa takut petil, Bun, takut hiks ….”

“Suuttt, Sayang. Dengerin Tante ya, sekarang lihat, Tante. Elsa nggak boleh takut sama petir, atau siapa pun. Elsa hanya boleh takut sama Allah. Jika ada yang menyakiti Elsa bilang sama Tante, biar nanti Tante marahi kaya gini, ‘hei, kamu jangan nakal lagi ya, sama Princes Tante. Awas saja kalau sampai nakal, nanti Tante jadikan perkedel atau ayam geprek biar mateng kalian’ hihih ….”

Elsa yang tadinya menangis lantaran takut, sekarang menjadi tersenyum dan tertawa mendengar kelucuan yang Laras katakan.

Sumpah, Aiman sendiri tidak percaya jika anaknya bisa kembali tersenyum hanya karena candaan dari Laras yang menurutnya tidak terlalu lucu.

Sementara dia selalu berusaha melucu, tetapi Elsa tidak pernah menertawakannya malah lebih cenderung diam dan tidak menanggapi.

“Bener tuh, nanti kalau ada yang nyakitin Elsa bilang sama Kak Langit, oke? Nanti Kakak akan bikin dia jadi biskuit. Diputar, dijilat, dicelupin, digigit deh, nyam-nyam biar berantem sama cacing di perutku hihih ….”

Elsa melirik ke arah Langit, lalu tertawa mendengar kelucuan pria itu sampai-sampai membuat Aiman ikut terkekeh.

Sungguh, hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan untuk Aiman. Dikarenakan putri kecil yang selalu murung perlahan tertawa senang.

Tak lama Elsa mulai beradaptasi dengan Laras dan Langit. Setelah mulai nyaman barulah mereka meneruskan makan bersama sambil sesekali wanita itu memancing suasana hati gadis cantik itu.

Selesai mereka makan, Langit main dengan Elsa meski masih menjaga jarak setidaknya mereka bisa sedikit demi sedikit berbicara.

Tak lupa Aiman mengabadikan momen langka itu menggunakan ponsel. Sama halnya seperti Laras yang merasa senang bisa melihat Elsa berteman dengan Langit, walaupun masih terlihat sedikit takut.

Selesai bermain, Langit dan Laras berpamitan kepada Elsa. Wajah gadis itu kembali murung. Dia baru saja merasakan sesuatu yang berbeda dari hidupnya, sekarang kembali harus direnggut hanya karena waktu.

Akan tetapi, Laras dan Langit janji akan bermain kembali sama Elsa setiap hari libur dan mengajaknya jalan-jalan. Elsa hanya mengangguk sambil memegangi boneka kesayangan, di mana babysitter di belakang sambil memegang kedua pundak anak asuhnya.

Laras dan Langit melambaikan tangan dari dalam mobil, lalu dibalas oleh Elsa dengan wajah murungnya. Begitu juga Aiman yang akan mengantarkan mereka pulang karena hari sudah mulai larut.

Di dalam mobil tak henti-hentinya Aiman berterima kasih. Mereka sudah membawa pelangi di dalam hati Elsa yang biasanya selalu mendung penuh kesedihan.

Sesampainya mengantar Laras dan Langit, Aiman langsung kembali pulang ke rumah tanpa mampir karena sudah sangat larut.

Selepas perginya Aiman, Langit begitu senang menceritakan tentang kebahagiaan hati karena memiliki teman seperti Elsa yang sangat lucu.

Cuma amat disayangkan gadis berusia 4 tahun itu harus terjebak di dalam trauma yang tidak diketahui oleh banyak orang selain Aiman.

*****

Bersambung.

1
Maria Magdalena Indarti
Nando n Zoya sableng
Maria Magdalena Indarti
laras hamil
Maria Magdalena Indarti
Langit n Nando setali 3 uang. podo wae
Maria Magdalena Indarti
Nando langit kocak deh
Maria Magdalena Indarti
enak aja. kembali gundulmu
Maria Magdalena Indarti
dalangnya adik Senja, adik ipar Aiman
Maria Magdalena Indarti
sm Aiman aja Laras. langit sdh cocok
Maria Magdalena Indarti
yg mana nih jodohnya Laras
Maria Magdalena Indarti
siapa lg nih orang
Maria Magdalena Indarti
suami durjana. ceraikan saja.
Maria Magdalena Indarti
jefri hianat selingkuh dosa ya. karma akan datang
Maria Magdalena Indarti
istri dikasih 700 rb pd hal gaji 20 jt. Suami edan tenan
Nur Aqilah
Luar biasa
Janneke Parera
walah kenapa ada iklan kampanye yach
Elly Atmawati
Luar biasa
Allenn
Laras
Komang Diani
Luar biasa
Evi Lusiana
ni mah judul ny diantara 3 duda
Novita Ae
Luar biasa
Novita Ae
ngakak abis/Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!