Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
"Apa yang akan kau lakukan saat itu jika menemukan wanita yang tidur denganmu adalah Hanna Cabrera?"
Pertanyaan itu membuat Evan tertegun. Ingatannya berputar ke masa lalu, di mana ia begitu membenci Hanna. Pertanyaan yang ia lontarkan seolah berbalik menamparnya.
"Aku memilih pergi karena kau akan menuduhku mau menjebakmu demi uang. Mungkin setelah melemparkan sejumlah uang padaku, kau akan menghinaku habis-habisan."
"Maafkan aku," lirih Evan. Hanya kata itu yang sanggup terucap dari bibirnya. Gelombang lautan rasa bersalah itu semakin besar.
"Aku tidak bisa mengingat apapun." Ia menatap Hanna dalam. Tatapan yang seakan membuatnya tenggelam. "Apa yang terjadi, kenapa aku bisa melakukannya?"
"Kalau aku ceritakan apa kau akan percaya?"
"Aku tidak punya alasan untuk tidak mempercayaimu."
"Aku yang bodoh. Aku melihat Cleo mencampur sesuatu ke dalam minumanmu. Sebelumnya aku mendengar dia bicara dengan seseorang di telepon dan meminta obat perangsang. Aku pikir dia mau menjebakmu."
Evan mengeluarkan selembar foto dirinya yang tidur bersama Hanna dengan posisi berpelukan dan hanya tertutupi selimut.
"Lalu kenapa Cleo bisa punya foto kita?"
Hanna langsung meraihnya. Ingin rasanya ia merobek foto itu. Tetapi baru tangannya bergerak, Evan sudah menahannya.
"Mau kau apakan fotonya?" tanya Evan.
"Aku mau merobeknya saja. Lagi pula sejak kapan foto itu ada padamu? Kenapa kau tidak musnahkan saja?"
"Aku baru mendapatkannya siang ini," Evan memasukkan kembali foto itu ke dalam saku jas bagian dalamnya. Lebih baik mengamankan sebelum Hanna benar-benar merobeknya.
"Aku akan menyimpannya sebagai kenang-kenangan."
"Untuk apa menyimpan kenangan buruk?"
"Dulu malam itu menjadi kenangan buruk bagiku, tapi sekarang tidak lagi. Karena malam itu yang membuatku memiliki Sky dan Star. Jadi aku akan menyimpan kenangan apapun dari malam itu. Termasuk foto ini."
"Apa kau sudah gila?" Hanna berusaha merebut foto dari saku jas Evan, hingga membuat keduanya terjerembab ke atas karpet bulu yang berada tepat di sisi tempat tidur. "Berikan foto itu padaku!"
Hanna menarik jas dan kemeja yang melekat di tubuh Evan hingga kancing-kancingnya berhamburan di lantai. Kini posisi Hanna berada di atas, mencoba merebut apa yang sejak tadi dipertahankan Evan.
"Tidak mau! Kau akan merobeknya."
"Foto itu adalah senjata yang mereka gunakan untuk membuangku dari hidup mereka. Aku tidak suka menyimpan kenangan buruk seperti itu."
"Bukan kau yang akan menyimpannya, tapi aku."
"Berikan fotonya!"
Hanna belum menyerah, padahal kemeja Evan sudah setengah terbuka menampakkan bulu-bulu dadanya yang halus. Hanna Bahkan seperti sedang terhipnotis saat menatapnya.
Hal tak terduga pun terjadi. Osman masuk ke kamar setelah melihat pintu terbuka sedikit. Matanya seketika membulat dengan wajahnya yang memerah saat mendapati Evan dan Hanna sedang bergelut di atas karpet bulu.
Sadar dengan kehadiran Osman, Evan pun menatap kesal, membuat laki-laki itu menelan ludah karena takut.
"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk?"
Tubuh Osman terasa terbelah mendengar ucapan sang bos. "Maafkan saya, Tuan. Pintunya terbuka. Saya pikir--"
Belum sempat kalimatnya selesai, Osman sudah buru-buru keluar dari kamar Star setelah menyadari tatapan mematikan tuannya. Sambil mengusap dada, ia menghela napas.
Bukankah terlalu cepat kalau mereka ingin mencetak adiknya Sky dan Star sekarang? Bahkan mereka baru beberapa kali bertemu sejak lama terpisah. Selain itu mereka juga belum menikah. Dasar!
kalo zian dah hbs tu ayael