Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - RELATIONSHIP
Sesampaimya Rea di sekolah, dirinya disambut dengan kehadiran Juna yang tertidur seperti biasanya. Sudah setahun dirinya dekat dengan Juna dan dirinya tahu bahwa Juna harus bekerja dari pulang sekolah hingga malam dan itu membuat dirinya kekurangan waktu untuk beristirahat. Rea pun duduk dengan diam, karena tidak ingin membangunkan Juna yang tertidur nyenyak.
Saat bel masuk berbunyi, dirinya pun segera membangunkan Juna seperti biasanya.
“Juna, ayo bangun ini sudah waktunya masuk” ujar Rea yang mencoba membangunkan Juna dengan lembut
Mendengar suara yang dikenalinya, Juna pun terbangun. Karena menyesuaikan cahaya, Juna pun mengucek matanya dan terlihat bahwa Rea telah duduk dengan tenang di sampingnya
“Juna apakah kau tidak bosen duduk dengan selama setahun ini?” tanya Rea tiba-tiba
Pertanyaan dari Rea membuat Juna berpikir bahwa Rea sudah tidak ingin duduk dengannya, namun ada hal yang mengganggu pikirannya, mengapa?
“Kenapa Re, elo udah gamau lagi duduk bareng gue lagi”
“Iya gue tau, gue sering repotin elo mulai kelas 11. Tapi masa elo marah sama gue” lanjut Juna
“Bukan begitu Juna”
“Kamu tidak bosan duduk denganku. Aku hanya gadis pendiam yang tidak memiliki teman.”
“Heh, elo nggak nganggepi gue temen elo” ketus Juna
“Bukan.. bukan begitu. Juna teman pertama Rea selama ini. Rea tidak memiliki teman”
“Rea hanya takut buat Juna kesepian. Juna kan tau semua orang menjauhi Rea”
“Tenang Re, gue mah emang biasa sendiri juga sebelum ada elo. Temen gue Cuma Rayhan doing itu pun kita beda kelas sejak awal” jelasnya
Saat guru masuk ke dalam kelas, suasana menjadi hening seketika. Mereka mendengar penjelasan mengenai materi yang diajarkan dengan diam.
TRINGG… TRING…..
Bel untuk istriahat berbunyi. Saat guru sudah keluar dari kelas semua siswa pun berlomba-lomba untuk keluar kelas juga, tujuan mereka hanya satu yaitu kantin
Namun saat akan beranjak pergi, ada 3 orang menghampiri tempat duduk Rea dan Juna. Mereka adalah Sasa, Ira dan Bayu.
“Re, hari ini elo bisa kerja kelompok ndak?” tanya Bayu
“Elo juga Jun, bisa kagak” lanjutnya
“Aku tanya dulu sama mama ya” jawab Rea. “Tunggu sebentar” lanjutnya yang kemudian pergi untuk menghubungi orang tuanya
Melihat kepergian Rea, membuat mereka heran dengan sikap Rea
“Kenapa saat akan ijin tadi Rea kelihatan ragu-ragu ya. Apa jangan-jangan ada acara lagi si Rea” ujar Ira
“Gatau ya, Rea kan emang anak orang kaya pasti ada acara sosialita setiap harinya” pikir Sasa
“Acara sosialita mah ga mungkin tiap hari kali, Sa” ujar Ira
“Tapi Rea gue lihat ga pernah tuh kumpul bareng yang lain. Kalau pun ada kerkel, paling juga Rea minta ijin kerjain sendiri. Gue tadi tanya yang lain katanya si Rea ga dibolehin sama mamanya.” jelas Sasa
“Katanya, mamanya selalu minta Rea skip kerkel dan disuruh buat fokus ke les piano sama akademiknya aja” ujar sasa lagi
“Elo juga Jun, ga pernah kumpul sama yang lain. Elo mah bareng Rea terus” lanjutnya
“Tapi permainan piano Rea emang bagus sih, kayaknya mamanya pingin Rea jadi pianis terkenal deh” pikir Bayu
“Oh iya Jun, kenapa elo bisa bareng terus sama Rea?”
Pertanyaan yang diajukan Bayu membuat Juna tersentak
“Gue…”
“Rea anak orang kaya pertama yang mau ngobrol bareng gue, tanpa lihat prestasi gue atau merasa takut dengan gue”
“Elo pada kan saat awal-awal takut sama gue karena pemenang tingkat nasional taekwondo kan”
“Baru –baru ini kalian semua mau ngobrol bareng gue, padahal kita udh sekelas bareng dari 3 tahun yang lalu” jelas Juna
“Ya habisnya, elo dipanggil tapi natap orang ke pemangsa yang lihat buruannya. Siapa yang kagak takut bego” jawab Bayu
Perkataan Bayu membuat Sasa dan Ira pun tertawa dan mengangguk setuju
“Kita semua juga pengin juga dekat sama elo atau Rea juga. Tapi tatapan tajam elo menakutkan dan Rea yang diem kek gitu kita jadi merasa sungkan mau tegur sapa”
Sontak Juna tertawa mendengar penjelasan dari mereka bertiga
“Seharusnya kalian santai aja. Terutama ke Rea, meskipun pendiem Rea itu orangnya baik”
“Elo pada gatau aja apa yang selama ini Rea lakukan” jelas Juna
“Emang apa yang Rea lakuin selama di sekolah ini. Gue tau nya dia ikut kompetisi seni music aja sama olimpiade sains” ujar Ira
“Dia sering bantu siswa yang di bully sama Cherry and The genk. Meskipun diam-diam sih ngelakuinnya. Dia gamau ikut relalu dalam masalah genk mereka” jawab Juna
Sontak semua tertegun mendengar itu. Semuanya memang tahu kalau Cherry and The genk itu adalah kelompok siswa yang suka membully. Hal itu dikarenakan Cherry dari keluarga kelas atas dan keluarga donutaur tetap sekolah tempat mereka belajar, dan mereka tau kalau ada aja siswa yang terluka bahkan masuk rumah sakit namun ada aja yang membiayai pengobatan merea. Mereka pikir itu dari pihak kelurga si pembully, ternyata salah besar
“Bahkan waktu itu, Rea nolong siswi yang pingsan dan terkunci di toilet. Dia nolong dengan bantuan kakaknya” jelas Juna lagi
Penjelasan Juna membuat mereka paham, Rea tipe seorang pengamat. Meskpiun pendiam tapi saat ada yang butuh pertolongan dirinya akan membantunya.
“Karena itu elo mau temenan sama dia?” tanya Sasa
“Tentu”
“Gue juga mau bantu Rea. Entah kalian sadar atau tidak, Rea selalu menampilkan senyum tapi terkadang senyum yang ditunjukkan adalah senyum palsu. Bahkan terkesan tidak memiliki emosi. Dan juga selama ini dia juga terkadang terlalu memaksakan dirinya”
“Gue mau dirinya menampilkan senyum tulus, gue juga pengin tau saat dirinya menangis dan tertawa dengan lepas.”
Perkataan Juna membuat mereka saling pandang satu sama lain dan memikirkan satu hal
“Elo suka Rea, Jun?” tanya Bayu
“Siapa yang kagak suka sama dia sih” jawab Juna tanpa ragu-ragu
“Iya juga sih” jawab mereka bertiga secara serempak
Jawaban cepat dari Juna membuat mereka berpikir, perkataan Juna ada benarnya. Siapa yang tidak akan menyukai Rea. Rea gadis yang cantik, manis, lembut, feminism bahkan terkesan anggun seperti tuan putri. Namun mereka berpikir bahwa rasa suka Juna berbeda dengan rasa suka dari mereka
Tanpa mereka sadari, semua percakapan yang sedari tadi mereka lakukan didengar oleh yang bersangkutan. Ya, Rea mendengarkan obrolan mereka sejak dari awal. Rea merasa senang bahwa banyak orang yang menyukainya
Lalu Rea berjalan masuk menghampiri teman-temannya lagi
“Maaf menunggu lama”
“Aku sudah izin dengan papa, katanya Rea boleh izin untuk les piano dan ikut kerja kelompok bersama kalian” ujar Rea dengan lembut
Perkataan Rea membuat mereka senang. Akhirnya ada kepastian.
“Kalau Rea ikut, gue juga ikut” jelas Juna dan hal itu membuat senyuman dari Sasa, Ira dan Bayu tambah merekah
“Bagus kalau begitu, sekarang kita tentuin mau kerkel dimana kita” tanya Ira
Mereka pun berpikir, dimana mereka akan kerja kelompok bersama.
Rea ingin mengajukan rumahnya, namun dirinya tau bagaimana mamanya. Dirinya tidak ingin teman-temannya mendapatkan perkataan pedas dari mamanya
“Rumah gue aja” ujar Juna setelah melihat raut wajah dari teman-temannya yang kebingungan
“Oke” jawab serempak mereka
Kemudian Sasa, Ira dan Bayu berpamitan untuk pergi keluar kelas. Saat setelah mereka keluar kelas, Rea dan Juna pergi kearah perpustakaan. Lebih tepatnya Juna hanya menemani Rea pergi kesana.
“Re, elo ga masalah kan pergi kerkel kek gini?” tanya Juna
“Tidak masalah, aku sudah izin sama papa tadi. Mama juga tidak menjawab pesan dari aku mungkin sibuk dengan butiknya. Yang penting papa udah mengizinkan” jelas Rea
“Jadi Juna tenang saja, papa orang baik. Papa selalu dukung kemauanku” jelasnya lagi
“Oke lah kalau gitu. Jadi ini first time elo ke rumah gue” ujar Juna senang, karena ini pertama kalinya Rea bermain ke rumahnya
***
TRING… TRINGGG… TRIIINGG…
Bunyi bel tanda pulang berbunyi. Saat di parkiran, Rea pun berbicara kepada teman sekolompoknya bahwa nanti mereka bisa berangkat bersama dirinya.
“Sasa, Ira, Bayu ayo berangkat bersama” ajak Rea
“Tidak perlu Re, gue nawa motor jadi gue ngikut aja di belakang” ujar Bayu
“Kalau Sasa sama Ira bagaimana?” tanya Rea
“Kita awalnya mau naik angkot sih Re, kalau nggak ya bareng Juna sama Bayu. Kita tahu Bayu bawa motor begitu juga dengan Juna” jelas Sasa
“Kalian ikut mobil aku aja, daripada aku sendirian” ajak Rea
Mendengar ajakan Rea membuat Sasa dan Ira tergiur. Kapan lagi bisa naik mobil mewah, pikir mereka
“Baiklah kita ngikut elo aja Re” ujar Sasa yang diangguki oleh Ira
“Ya udah, ayo berangkat” ajak Juna yang sudah menaiki motornya
Kemudian mereka menaiki kendaraan masing-masing
Pak Surya yang melihat nona mudanya akan menaiki mobil pun dengan sigap membukakan pintunya.
“Pak, kita ke rumah teman Rea dulu ya, mau kerja kelompok. Rea udah izin sama papa kalau Pak Surya ingin menanyakan itu” ujar Rea
Pak Surya hanya menganggukan kepalanya mendengar perkataan dari nona mudanya
“Nanti, Pak Surya mau nungguin Rea atau mau pulang dulu pak”
“Atau Pak Surya pergi ke suatu tempat, nanti saat Rea mau pulang Pak Surya bisa jemput Rea” ujar Rea
“Saya tunggu nona muda di rumah teman nona muda saja” jawab Pak Surya
“Ya udah kita ke alamat ini ya pak, saya sudah krim lokasinya ke nomor Pak Surya”
“Baik, nona muda” ujar Pak Surya
Sasa dan Ira yang mendengarkan percakapan antara Rea dan orang yang mereka ketahui bernama Surya itu merasa kagum. Meski Rea anak orang kaya tapi tetap sopan saat berbicara dengan orang yang lebih tua, karena mereka berpikir bahwa anak orang kaya akan tidak tau sopan santun saat berbicara dengan orang lain bahkan yang lebih tua sekalipun
Selama diperjalanan hanya keheningan yang ada dalam mobil itu. Sasa dan Ira tidak tau harus mengobrol apa karena sifat dasar Rea yang pendiam membuat mereka sungkan.
“Ada yang mau kalian bicarakan denganku?” tanya Rea yang sedari tadi dapat melihat bahwa Sasa dan Ira ingin membicarakan sesuatu. Namun yang ada hanya gelengan kepala sebagai jawaban
“Atau kalian mau mampir ke suatu tempat dulu sebelum ke rumah Juna?” tanya Rea lagi
Dan jawaban sama yang Rea dapati
“Anu Rea… kita boleh buka jendela mobilnya?” tanya Ira
“Ahh.. jadi sedari tadi kalian ingin membicarakan hal itu. Tentu saja boleh, buka saja jendelanya”
“Itu… itu Rea, kami tidak tau cara membukanya”
“Ahh begitu ya. Pak Surya tolong ya” ujar Rea
Mendengar permintaan dari nona mudanya, Pak Surya pun membukakan sedikit jendela mobil. saat jendela mobil itu terbuka membuat Sasa dan Ira dapat bernafas dengan lega. Rea yang melihat perilaku temannya itupun tertawa kecil
***
Setelah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka sampai ke rumah Juna.
Rumah Juna cukup jauh, tapi kenapa waktu itu dia menawarkan untuk mengantar dirinya pulang, pikir Rea.
Saat melihat Sasa dan Ira sudah memasuki rumah Juna, Rea pun segera berbicara ke Pak Surya
“Pak, mengenai rumah ini jangan beri tahu mama. Pak Surya paham kan?”
“Tentu nona”
“Bagus. Lalu pak, Pak Surya jadi menunggu Rea sampai selesai atau bagaimana?” tanya Rea
“Saya menunggu nona muda saja”
“Baiklah, terserah Pak Surya saja. Nanti kalau bosan Pak Surya bisa mencari tempat di sekitar sini. Tapi jangan lupa beri tahu Rea dulu”
“Baik nona muda”
Setelah mengatakan itu, Rea pun masuk ke dalam Rumah juna.
Saat di dalam rumah Juna, dirinya melihat bahwa terdapat sepasang suami istri yang Rea pikir adalah orang tua Juna dan seorang gadis muda yang Rea perkiraan bahwa gadis itu kemungkinan kelas 2 SMP.
“Permisi”
“Wahhh… akhirnya masuk juga lo Re, gue kira elo kemana” ujar Bayu
“Ahh, aku hanya berbicara sebentar dengan Pak surya”
“Oh ini ya yang namanya Rea” ujar seorang wanita yang Rea pikir adalah ibu dari Juna
“Iya tante, nama saya Rea” ujar Rea dengan lembut
“Suara Rea behhh lembut pisan” ujar seorang laki-laki yang sedari tadi memperhatikan
“Tante, jangan buat Rea takut” suara Juna terdengar dengan sedikit berteriak
“Apasih, bunda sama ayah cuma mau kenalan bang” ujar gadis kecil yang duduk disamping Bayu
“Terserah”
“Oh iya bentar gue kenalin dulu ini tante gue namanya Winda” sambil menunjuk wanita yang tadi bertanya padanya
“Yang itu om gue, namanya Herman kalau yang gadis kecil itu namanya Tita, adik gue anak tante Winda” ujarnya
“Sebenernya elo cukup terlambat kita udh tau tadi pas elo tinggal ke kamar, cuma Rea doamg yang kagak tau” ujar Bayu santai
“Yaudah sih, anggap aja gue lagi ngenalin ke Rea” balas Juna santai
“Yaudah kalian lanjut aja kerja kelompoknya, tante gamau ganggu”
“Ayo mas, Tita kita masuk” ujar Tante Winda
Setelah mereka masuk, kami pun mulai untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Saat mengerjakan tugas, Rea memikirkan dimana orang tua Juna. Juna yang melihat wajah Rea yang seolah-olah memikirkan sesuatupunlantas berkata
“Kalau ada yang elo tanyain mengenai ortu gue nanti aja”
“Gue bakalan kasih tau” bisik Juna
Kemudian mereka kembali fokus dengan tugas masing-masing yang telah dibagikan tadi.
“Wahh, kalian serius sekali mengerjakan ya” ujar Tante Winda yang tiba-tiba datang dengan membawa senampan minuman dengan diikuti Tita yang juga membawa makanan
Bayu yang melihat makanan pun bersorak
“Wahh, tante harusnya tidak perlu repot te, sampai menyiapkan makanan segala” ujar Bayu
“Halah aslinya elo seneng kan yu” ujar Sasa
“Diem deh lo sa” kesal Bayu
“Tante ndak repot kok, ini tante tarus sini ya minuman dan makanannya. Maaf adanya itu” ujar Tante Winda
“Tante itu sudah cukup kok” ujar Rea yang melihat bahwa jumlah makanan yang disediakan tante sudah cukup banyak.
Setelah mengantarkan makanan, Tante Winda dan Tita pun masuk lagi ke dalam rumah.
Cukup lama mereka mengerjakna tugas kelompoknya. Tapi pada akhirnya tugas itu selesai dengan baik. Hanya tinggal mengumpulkannya besok.
“Akhirnya selesai juga. Pening pala gue lihat tugas itu” ujar Bayu
“Diem deh, elo sambat mulu dari tadi. Kek Rea gitu loh anteng” uja Ira
“Heh, jangan samain otak pas-pasan sama otak orang pinter yeee” kesal Bayu
“Udah ayo pulang, aku udh dijemput nih” ujar Sasa yang ingin berpamitan pulang
“Eh iya, udh jam segini, ayo pulang” ajak Bayu
“Ira, kamu gimana pulangnya” tanya Rea
“Aku bareng Bayu Re, kan Sasa di jemput. Jadi aku bisa pulang bareng Bayu” jawab Ira
“Ya udah elo ikut gue ra”
“Ju, ayo anterin kita pamit sama om dan tante elo” ujar Bayu
“Gausah, mereka pasti udh berangkat jualan dan Tita pasti di kamarnya. Kalian bisa langsung pulang” ujar Juna
Mendengar jawaban Juna pun mereka mengangguk paham. Kemudian merekapun merapikan alat tulis serta tempat makanan dan minuma yang tadi disediakan oleh tuan rumah. Saat sudah selesai merapikan, mereka pun berpamitan untuk pulang
Saat Rea akan pulang, juna pun memegang lengan Rea
“Re, tunggu”
“Buat yang tadi gue…”
“Juna,Juna tidak perlu menjelaskan sesuatu yang sulit Juna jelaskan. Semua orang memiliki rahasianya masing-masing” ujar Rea menenangkan
“Aku pulang dulu ya” ujarnya lagi
Setelahnya Rea pun pergi pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, dirinya sudah ditunggu oleh papa dan mamanya
“Rea pulang” sapa Rea kemudian menyalimi papa dan mamanya
“Kamu sudah makan, sayang” tanya papa
“Sudah pa, tadi Rea sudah makan di rumah teman Rea” kemudian melihat bagaimana reaksi dari mamanya. Papa yang mengetahui gerak-gerik putrinya tersenyum, kemudian berdiri mendekati putrinya
“Ya udah kamu bersih-bersih dulu lalu istirahat” ujar papa sambil mengusap rambut putrinya pelan
“Tenang, biar papa yang bicara dengan mama” bisiknya
“Terima kasih pa”balas lirih Rea
Kemudian ia berlalu pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
***
Keeokan paginya, saat di sekolah dirinya sudah di sambut dengan pertanyaan dari Juna
“Re, elo gapapakan”
“Maksud gue, mama elo…”
“Santai Juna, mama diem aja tadi saat aku pulang dan sarapan. Papa sudah menjelaskan semuanya ke mama, jadi Juna tenang aja, mama tidak marah ke aku” jelas Rea
“Oke deh, akhirnya gue tenang” lega Juna setelah mendengarkan jawaban dari Rea
“Oh iya, nanti ada yang mau gue omongin ke elo di taman belakang” ujar Juna
“Tentang apa Jun?” tanya Rea
“Nanti aja” kemudian dirinya berlalu pergi meninggalkan Rea sendirian.
Kelas hari ini memang sedang outdoor yaitu olahraga. Melihat kepergian Juna, Rea pun bersiap untuk jam pertama mereka yaitu olahraga.
***
Sesuai perkataan Juna tadi, Rea pergi menemui Juna di taman belakang sesuai perkataan pria itu. Saat sampai, Rea melihat Juna yang sedang berdiri menunggunya
“Juna, apa yang mau kamu bicarakan” ujar Rea saat sudah dekat dengan Juna
“Ahh, kau sudah disini rupanya” kaget Juna yang terkejut dengan kehadiran Rea.
“Gue mau cerita ke elo masalah ortu gue. Tapi jangan potong ceita gue, ngerti” yang hanya dibalas anggukan oleh Rea
“Ortu gue cerai, mama gue udah nikah lagi dan ayah gue udah meninggal. Seperti yang elo tau gue tinggal bareng om dan tante gue”
“Elo masih mau berteman dengan gue kan?”
“Tentu saja, apa masalahnya dengan hal itu” balas Rea
“Dan satu hal lagi, Re….” Juna menjeda ucapannya. Rea hanya diam menunggu lanjutan ucapan dari Juna. Dirinya penasaran, apa yang akan diucapkan Juna sebenarnya hingga seperti.. kebingungan.
“… Gue udah kenal elo cukup lama. Gue suka sama elo. Lo mau jadi pacar gue nggak, Re” ujar Juna dengan cepat
Sedangkan Rea, terkejut dengan ucapan Juna. Juna menyukainya, pikir Rea
“Lo ga perlu jawab sekarang. Lo bisa pikir nanti aja” Ujar Juna cepat dan malu-malu
“Juna, kenapa tiba-tiba bilang suka ke aku” tanya Rea
Pertanyaan Rea membuatnya bingung harus menjawab seperti apa. Apakah harus jujur saja menjawabnya
“Sebenarnya dari awal gue suka sama elo. Apalagi lo banyak kan dikirimi coklat. Selain itu, ntah sadar atau nggak elo itu menarik dan selalu diperhatikan banyak cowok, Re. dan gue nggak suka itu” jujur Juna
Jawaban Juna membuat Rea senang sekaligus malu dan dirinya melihat kejujuran di mata Juna. Rea yang sudah menyukai Juna pun menjadi sangat senang mengetahui bahwa Juna juga menyukainya
“Ya udah gue pergi dulu” setelah mengatakan itu, Juna ingin pergi dari hadapan Rea. Dirinya malu, apalagi melihat reaksi Rea yang sepertinya akan menolaknya
“Juna tidak mau mendengar jawabanku?” tanya Rea sabil mencegah Juna untuk pergi
“Lupakan Re, kayaknya lo gasuka sama gue” Juna sangat tidak mau melihat wajah Rea, dirinya malu
“Juna, lihat sini. Lihat ke arah Rea dulu” ucapan Rea membuat Juna luluh dan kemudian melihat kearah Rea
“Juna, Rea juga suka sama Juna. Ayo pacaran dengan Rea” ujarnya sabil memegang pipi Juna untuk menenangkan Juna
Juna sangat terkejut. Terkejut dengan jawaban Rea yang tidak ia duga. Rea menerima dirinya, pikir Juna
Setelah mendengar perkataan dari Rea, Juna menggendong Rea. Dirinya begitu senang dengan jawaban Rea.
“jadi mulai hari ini, kita pacaran?” tanya Juna memastikan yang dijawab anggukan oleh Rea
Kemudian Juna memeluk Rea dengan erat untuk menyalurkan rasa senangnya. Rea pacar gue sekarang, pikir Juna.