🏆Juara Satu Fiksi Modern Jalur Kreatif
Bagaimana jadinya, jika seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, harus di penjara hingga 12 tahun lamanya?
Padahal pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepada orang orang yang menuduhnya. Dia di Fitnah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Atas kasus pembunuhan seorang pemuda yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Lalu apa yang selanjutnya pria bernama Jo itu lakukan? Setelah dinyatakan bebas dari hukuman yang dia jalani? Mampukah Jo menemukan para dalang yang sudah memfitnah nya dengan sangat keji?
Dan nilah perjuangan Jo.Yang Dinobatkan sebagai seorang mantan Narapidana yang melekat sampai akhir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilham risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Jo
Sedangkan di depan rumah sederhana milik bapak Imran. Clara baru saja tiba dan memarkirkan mobilnya di halaman sempit rumah tersebut.
Clara merasa tak enak kepada kedua orang tua Jo. Karena dirinya sudah terlambat untuk menjemput mereka semua, yang hendak menjenguk Jo di penjara.
Dan baru saja Clara keluar dari dalam mobil, dia pun langsung disajikan dengan pemandangan tiga orang berbeda usia yang telah berdiri di depan rumah.
"Ibu, bapak, Nadia." gumam Clara pelan seraya melangkah mendekati mereka bertiga.
Clara langsung menyalami kedua tangan pak Imran dan ibu Siti. Lalu Clara menjelaskan, alasannya mengapa dia bisa terlambat tiba menjemput mereka.
"Buk, pak.. Maaf ya karena aku telat untuk jemput ibu dan bapak. Kebetulan, tadi ban mobil ku bocor. Jadi aku harus memperbaikinya terlebih dahulu."
"Iya, gak apa kok nak Clara. Ibu dan bapak tidak marah kepada kamu. Sekarang apakah kita sudah bisa pergi sekarang nak Clara?"
"Iya, tentu saja bisa bu. Ayo masuk ke dalam mobil." ajak Clara ramah kepada mereka bertiga.
Dan setelah mengunci pintu rumah, pak Imran, ibu Siti dan juga Nadia. Langsung masuk ke dalam mobil Clara yang terparkir di hadapan mereka.
Setelah itu, Clara memundurkan mobilnya keluar dari rumah bapak Imran.. Sebenarnya Clara pergi tanpa pamit kepada kedua orang tuanya. Dan saat ini, handphone Clara terus berdering, akibat ulah Clara yang sudah meninggalkan mereka begitu saja.
Mendengar suara handphone berdering, ibu Siti pun bertanya kepada Clara.
"Nak Clara! Itu handphone nya bunyi sedari tadi."
"Eh, biarkan saja bu. Itu cuma teman sekolah Clara yang menghubungi." jawab Clara berbohong.
Lalu Clara melirik kearah tangan ibu Siti yang memegang satu rakit rantang plastik di atas pangkuannya. Clara bisa menebak, jika isi di dalam rantang itu adalah masakan yang disiapkan untuk Jo.
"Apakah rantang itu isinya makanan untuk Jo bu?" tanya Clara yang merasa penasaran.
Ibu Siti yang duduk di samping Clara langsung tersenyum. Dia memang sengaja memasak makanan untuk putranya itu.
"Iya nak. Ibu tahu pasti Jo sangat merindukan masakan ibu. Dan ini adalah masakan spesial kesukaan Jo."
Clara tersenyum mendengar jawaban ibu Siti. Bisa dia lihat tatapan sedih yang terpancar dari kedua rentina ibu Siti. Begitu juga dengan pak Imran dan Nadia. Mereka semua hanya diam sambil memasang wajah penuh kesedihan.
"Ya Tuhan...! Betapa malangnya keluarga ini. Ak mohon, berikanlah jalan untuk mereka semua. Agar putra kebanggaan mereka bisa segera terbebas dari fitnah yang dia terima." doa Clara di dalam hatinya. Seraya membuang muka kearah samping.
Rasanya Clara ikut sesak, melihat apa yang menimpa keluarga itu saat ini. Hingga tak lama kemudian, mereka semua sudah tiba di kantor kepolisian.
Lalu mereka pun masuk ke dalam ruangan sel yang berada di bagian gedung belakang. Sesampainya di ruang besuk. Mereka semua langsung duduk di bangku yang sudah tersedia.
Sedangkan petugas penjaga sel, melangkah masuk ke dalam sel untuk membangunkan Jo yang masih berbaring lemas di atas lantai.
Jo sudah pingsan hampir 2 jam lamanya, dan petugas itu sangat yakin jika saat ini Jo hanya sedang tertidur. Lalu dengan air Aqua yang dia pegang.. Petugas itupun langsung menyiram air aqua tepat di wajah Jo.
"Hoy bangun....! Panggil petugas itu dengan sangat kasar.
Mereka tidak segan menyepak dan menjambak rambut Jo agar segera bangkit dari tidurnya.
Hingga tak lama kemudian, Jo pun mengerjapkan mata nya, sambil menahan rasa sakit yang dia dapatkan dari petugas tersebut.
"Aarrgghhh...! Apa yang kau lakukan pak? Kenapa anda sangat kasar kepada saya?" tanya Jo menatap tak suka.
"Bangun....! Ada keluargamu yang menjemput mu." jawab petugas itu, membuat Jo tersenyum senang.
Lalu dengan langkah terhuyung huyung, Jo pun berusaha melangkahkan kakinya menuju keluar sel.
Akhirnya, yang dia nantika telah tiba.. Jo akan meminta kepada kedua orang tuanya, agar segera pindah dari kota yang sangat menyakitkan ini.
"Ibu, bapak..!" sapa Jo tersenyum.
"Jo putraku...!"
Dengan cepat, mereka pun memeluk tubuh pemuda yang terlihat lemas dan penuh luka di bagian wajahnya. Sangat biasa jika di dalam sel, seorang napi akan mendapatkan perlakuan buruk. Apalagi kalau napi itu adalah tersangka pembunuhan.
Sudah pasti, penyiksaan di dalam sel tidak dapat terhindarkan. Tapi tetap saja, walaupun begitu, mereka berempat yang melihat Jo penuh dengan luka lebam tidak bisa menerima hal itu. Tangis sedih langsung mencolos di wajah mereka semua.
"Hiks.... Hiks....! Jo.! Kenapa keadaan mu jadi seperti ini nak? Baru juga seminggu kamu dipenjara. Apa jadinya kalau sampai bertahun-tahun nak." ibu Siti memegang wajah Jo yang terdapat sobekan di daerah sudut bibirnya.
Jo yang melihat kesedihan dari ibunya pun langsung tersenyum menenangkan.
"Ibu jangan sedih...! Ini hanya luka kecil. Dan Jo tidak merasa sakit sedikitpun."
"Enggak. Kamu bohong Kak! Mana mungkin luka itu gak sakit, ini semua karena kesalahan aku kak, andai aku tidak mengikuti mereka. Tidak mungkin kejadian buruk ini menimpa kakak. Aku sungguh sangat menyesal kak." Nadia langsung luruh dari berdirinya, membuat Jo menahan tubuh adiknya dan memeluknya dengan erat.
Bagi Jo, keluarganya adalah hal yang paling nomor satu. Dan dia tidak akan membiarkan Marvel berbuat macam macam kepada adiknya itu.
"Nadia! Ini bukan kesalahan mu. Tapi ini semua sudah menjadi takdir. Sekarang berjanji lah kepada kakak. Jika kau akan menjadi seorang wanita yang kuat dan pintar menjaga diri. Bila perlu, belajar lah ilmu bela diri. Agar kau bisa menjaga dirimu sendiri." ucap Jack menyentuh wajah Nadia.
"Baik kak. Aku akan melakukan apa yang kakak perintahkan."
Mendengar jawaban adiknya, Jo pun tersenyum senang, setelah itu mereka semua duduk di kursi besuk yang di depannya terdapat meja.
Setelah itu, ibu Siti membuka satu rakit rantang yang dia bawa. Di dalamnya terdapat menu kesukaan Jo. Yaitu sayur lemak daun ubi, sambal terasi, serta ikan asin.
Jo sangat bahagia melihat apa yang ibunya sajikan untuk dirinya. Dengan cepat, Jo memakan makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya.
Lalu tatapan mata Jo melirik kearah gadis cantik yang sedari tadi hanya diam menunduk. Sepertinya mulai saat ini Jo tidak boleh bersikap dingin kepada gadis itu lagi. Karena selama dirinya berada di dalam penjara. Gadis cantik itu yang selalu membantu seluruh keluarganya.
"Clara..! Kemarilah, duduk di samping ku." panggil Jo membuat Clara tersentak kaget.
Clara mendongakkan wajahnya, menatap kearah Jo. Apakah dia bermimpi? Akhirnya pria yang dia sukai mau memanggil dirinya dengan suara yang begitu lembut.
"Eh, iya Jo."
Lalu dengan malu malu, Clara duduk di samping Jo. Sedangkan Jo, yang sedang menyantap makannya, menghentilan kunyahannya sejenak.
"Terimakasih karena kau sudah membantu keluarga ku Clara. Aku tidak akan melupakan bantuan mu ini. Dan suatu saat aku akan membalasnya."
"Iya, sama sama Jo. Aku ikhlas membantu keluarga mu."
"Hemm..! Kau sangat baik Clara. oya, apakah kau sudah makan?" tanya Jo kepada Clara.
Clara menggelengkan kepalanya pelan. Hingga detik kemudian. Tiba-tiba saja dia melihat uluran tangan Jo yang memegang sendok, mengarah tepat ke arah mulutnya.
"Aaakkk....! Makanlah Clara. Kita kongsi."
Deggghhh.....
Jantung Clara berdetak semakin kencang, lalu dengan perlahan, Clara pun membuka mulutnya menerima suapan yang diberikan oleh Jo.
Kedua orang tua Jo dan juga Nadia, tersenyum melihat kearah mereka berdua. Lalu beberapa menit kemudian. Mereka sudah selesai menyantap makanan itu.
Dan kini, waktunya bagi Jo. Mengutarakan keinginannya kepada seluruh keluarganya.
"Bapak, ibu, dan Nadia. Ada yang ingin aku beritahukan kepada kalian semua. Dan ini menyangkut keselamatan Nadia."
Mendengar perkataan Jo, membuat mereka semua memasang wajah tegang. Setelah itu, Jo pun menceritakan ancaman yang diucapkan Marvel kepada dirinya. Mendengar hal itu, Nadia langsung ketakutan. Baginya Marvel adalah sosok Monster yang membuatnya menjadi trauma.
"Apakah kau yakin nak?" tanya pak Imran menatap wajah Jo lekat.
Keningnya saling menyatu, menahan kemarahan dan juga keterkejutan.
"Aku yakin pak. Jadi secepatnya, kalian semua harus pindah dari kota ini. Aku mohon, turuti keinginan ku ini Pak." pinta Jo begitu memohon.
"Tapi bagaimana dengan mu Jo?"
"Bapak tenang saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri di sini. Nanti jika sudah tiba saatnya aku keluar dari tempat ini. Maka aku akan menyusul kalian semua."
Ibu Siti dan pak Imran saling menatap antara satu sama lain. Lalu dengan terpaksa mereka pun menyetujui keinginan dari putranya itu.
Mendengar keputusan dari kedua orang tuanya, Jo langsung tersenyum lega. Akhirnya dia bisa melindungi seluruh keluarganya dari kejahatan seorang monster seperti Marvel.