Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah tamu tamu sang suami pulang, Malika membersihkan apartemen itu dengan sigap dan juga membatu sang suami untuk istirahat du kamar sebelum dia melanjutkan aktifitasnya.
"Mas istirahat dulu ya...?!" ujar Malika memindahkan sang suami ke atas kasur dengan sangat hati hati.
"Adek ngak istirahat" tanya Refandi menatap sang istri penuh cinta.
"Nanti Lika mau beres beres dulu dan juga mau berebus rempah rempah untuk merendam kaki mas" ujar Malika dengan senyum manis, dan tatapan mata teduhnya yang selalu menggetarkan hati Refandi.
"Jangan capek capek sayang, mas ngak mau kamu sakit, mas belum mampu merawat kamu" ujar Refandi sendu.
"Ngak capek kok mas, cuma beresin apartemen doang sama Merebus rempah rempah mana ada capek, selesai itu Lika janji ikut istirahat sama mas" ujar Malika yang tidak mau sang suami khawatir tentang dirinya.
"Baiklah... Janji ya, setelah selesai cepat istirahat" ujar Refandi dengan tatapan tegasnya.
"Siap boss..." ujar Malika terkekeh melihat keposesifan sang suami.
"Udah mas istirahat ya"
Cup....
Malika mendaratkan satu kecupan manis di bibir Refandi dan buru buru kabur karena malu.
Refandi kaget dengan kecupan yang di berikan sang istri, tak lama senyum manis terkembang di bibirnya, namun sesaat kemudian dia kembali berteriak karena istrinya kabur begitu saja setela mengecup singkat bibirnya itu.
"Haiii.... Sayang... Kenapa kabur, sini ngak, tanggung jawab kamu" ujar Refandi terkekeh melihat sang istri kabur tergesa gesa, dia hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya, gemes.... Itulah yang Refandi rasakan untuk sang istri.
"Huuffff.... Coba saja kaki ku ini ngak lumpuh sudah mas terkam kamu sayang, tapi apa lah daya mas, maaf mas belum bisa membahagiakan kamu dan memberikan hak kamu sayang" ujar Refandi sendu, menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat.
Sementara di balik pintu tersebut Malika sedang berdiri dan memukul mukul kepalanya, karena merasa malu dengan apa yang dia lalukan barusan, bisa bisanya dia menyosor lebih duluan, bisa di anggap cewek genit dia nanti.
"Aagggkkk.... bodoh bodoh kamu Malika, kenapa bisa bisanya kamu nyosor duluan sih, dasar kecentilan kamu ini" gerutu Malika.
"Ahhh.... Masa bodo lah, kan suami" ujar dia pura pura tidak terjadi apa apa, padahal wajahnya sudah merona bak cerry matang.
"Ahhh.... dari pada mikirin itu mendingan segera beberes dari pada mas Refan bangun duluan kan gw ngak bisa istirahat" oceh Malika menuju dapur untuk merebus rempah rempah dengan periuk tanah yang tadi Malika beli, sebelumnya Malika mencuci bersih semua bahan yang mau dia rebus.
Setelah menyalakan kompor Malika meninggalkannya dan menyambi membersihkan apartemen agar kerjaannya sekaligus rapi dan tidak memakan waktu lama.
Sementara itu di rumah orang tua angkat Malika semenjak Malika keluar dari rumah itu, kehidupan di sana mulai kacau.
"Kak... Lu gumana sih, ini kenapa ngak di rapiin sih..." ujar Sintya kesal, karena seluruh kamarnya sudah acak acakan di buat oleh Sabrina.
"Biarin aja sih, nanti kan ada yang bakal beresin" santai Sabrina.
"Siapa memang, kakak nyewa pembantu?" tanya Sintya kesal.
"Ya ngak lah, rugi tau, nunggu si anak pungut itu lah, masa dia enak enakan tinggal di rumah ini tanpa kerja" sungut Sabrina yang lupa Malika sudah tidak tinggal di rumah itu.
"Kakak bego apa pura pura amnesia, kan Malika udah ngak ada di rumah ini, sekarang rapiin gw ngak mau tau!" kesal Sintya.
"Aagggkkk... Kenapa gw lupa" keluh Sabrina, mau tak mau merapikan apa yang tadi dia berantakin.
Sementara di dapur Bu sulastri berteriak teriak memanggil Malika, karena rumah berantakan, dapur kotor piring piring kotor sudah menumpuk, meja makan sudah seperti tempat pembuangan sampah, karena tidak ada yang merapikan, belum lagi ruang tamu yang berantakan, dia lapar pun tidak ada masakan yang tersedia, bahkan stok makanan pun tidak ada.
"Huuffg.... Kemana sih, anak pungut itu, kenapa pemalas banget sekarang, mau membangkang rupanya, dasar ngak tau di untung sudah di tampung di rumah ini tapi malas malasan, awas kau Malika, minta di hajar kau rupanya" ujar Bu Sulastri penuh emosi.
"Kenapa berisik sih ma..." kesal Sintya.
"Lihat lah rumah sudah kaya kapal pecah, anak pungut itu tidak mau beberes, mama juga lapar tapi ngak ada makanan, mama mau cari anak pungut itu, mama mau hajar dia, bisa bisanya hidup numpang tapi ngak mau beberes rumah kita" sungut Bu Sulastri.
"Mama lupa... Kalau Malika sudah ngak di sini lagi, bukannya kita sudah menjual dia" ujar Sintya berjalan ke arah dapur mencari minum.
Namun kepalanya jadi pusing sendiri melihat dapur sudah seperti tempat pembuangan sampah dan air minum pun tidak ada barang segelas pun.
"Hah.... Sial banget sih, ngak ada anak pungut itu rumah berantakan sekali, makanan ngak ada, bahkan air minum pun tidak ada sama sekali" gerutu Sintya.
Dia kembali ke kamarnya, untuk mengambil dompet mau membeli minuman di luar sana.
"Sintya... Kemana kamu?" panggil sang mama
"Keluar ma... Mau beli minum, air habis" sahut Sintya.
"Cepat pulang bantuin mama beberes rumah, lihat lah rumah kita sudah seperti kapal pecah" ujar Bu Sulastri.
"Ihhh.... Ogah, itu suruh kakak aja dia ada di kamar ku" tolak Sintya yang tidak mau membantu membersihkan rumah, jijik itulah yabg ada di otak Sintya.
Bu Sulastri mendengar penolakan sang anak mendengus kesal jadinya.
"Dasar anak sialan sama duit aja cepat, giliran di suruh beberes aja ngak mau" kesal Bu Sulastri.
Sementara itu di apartemen mewah sana, Malika sedang tidur siang dengan nyenyaknya dalam pelukan sang suami, setelah rapi beberes apartemen dan merebus ramuan untuk kaki sang suami.
Bersambung....