cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Dari kelas berapa kamu?, ini ruang informasi, kamu tidak bisa masuk sembarangan" ucap siswa yang bertugas menjaga ruang tersebut.
"Tolonglah, ini darurat" ucap Jihan memohon.
Siswa yang bertugas akhirnya memberikan kesempatan pada jihan, untuk menyampaikan maksudnya, beberapa saat kemudian, terdengar informasi dari pengeras suara, yang terhubung di setiap kelas.
"Pengumuman, pengumuman, disampaikan untuk kelas dua belas, atas nama Rangga, adikmu jihan sedang mencoba menjadi pahlawan di taman, segeralah ke sana, sekali lagi kami disampaikan untuk kelas dua belas, atas nama Rangga, adikmu jihan sedang mencoba menjadi pahlawan di taman, segeralah ke sana" ucap siswa yang bertugas.
"Jihan, apalagi yang akan dilakukannya?" Ucap rangga segera keluar dari kelas menuju taman yang dimaksud.
Sementara itu setelah jihan menyampaikan maksudnya, ia segera berlari menuju taman menyusul kakaknya zidan.
Ditaman tempat zidan berada saat ini, ia bersama dengan salah satu teman Jihan yang sebelumnya dihadang oleh dua orang pria tidak dikenal.
"Jangan sok jagoan, panggil siapa saja, panggil gurumu atau bahkan kepala sekolahmu sekalian, kamu merusak ini, kamu harus menggantinya, kamu membuang-buang waktuku saja, ini adalah barang import sangat susah di dapatkan" ucap salah satu dari dua orang dihadapan zidan,.
"Dia sudah bilang berkali-kali, kalian yang menabraknya bukan sebaliknya" ucap zidan membela gadis itu.
"Maaf, aku tidak sengaja tadi, aku juga tidak punya uang sebanyak itu, untuk mengganti barangnya" ucap gadis itu,
"Sudahlah ini bukan salah kamu" ucap zidan pada gadis itu.,
"lihatlah ini adalah resep langsung dari dokter, obat ini harganya lebih dari lima ratus ribu, labelnya pun masih ada disitu" ucap pria itu sambil menunjukkan resep obat pada zidan.
"Jangan menunjukkan resep apapun padaku, pertama, aku tidak tau apakah resep itu asli, kedua, meskipun resep itu asli, aku tidak tahu apakah obatnya asli" ucap zidan menolak untuk mengganti rugi.
"Kalian hanya tidak mau membayar ganti rugi" ucap salah satu pria menghampiri zidan hendak memukulnya namun berhasil dicegah oleh temannya.
"Dengar kalian semua, adikku sudah memanggil seseorang, kalau kalian mengerti, tunggu sampai gurunya datang dan jelaskan semua masalahnya" ucap zidan tegas.
"Sudahlah jangan emosi, mereka hanya seorang pelajar, gadis itu tidak sengaja menabrak tadi, kita akhiri saja masalah ini" ucap teman pria itu.
"Tidak bisa, aku harus mengumpulkan uang untuk membeli obat ini" ucap pria itu
"Kita sudah berdebat selama kurang lebih setengah jam, nduk, kamu tidak sengaja menjatuhkannya, begini saja, berapa uang yang kamu punya, berikan pada kami berapapun uangmu sebagai ganti rugi" pinta teman pria itu.
"Enak saja, bicara begitu" tolak zidan.
"Baiklah, aku punya sedikit uang" ucap gadis itu hendak melihat uang saku yang dibawanya dalam tas.
"Jangan, mereka itu penipu, kamu tidak perlu memberikan uang berapapun pada mereka" zidan menahan gadis itu yang hendak memberikan uang pada kedua orang yang tidak dikenalnya.
"Hei, ini bukan urusanmu, cepat berikan uangnya pada kami" ucap teman pria itu hendak merebut tas gadis itu namun zidan menghalanginya.
"Hentikan, jangan ganggu teman adikku" bentak zidan emosi.
"Dasar anak kecil, mau minta dihajar rupanya" ucap pria itu menarik tangan zidan hendak memberikan pelajaran namun zidan berani melawan bahkan dengan dua orang sekalipun, sampai akhirnya perkelahian pun terjadi.
"Astaga, hati-hati" ucap gadis itu, merasa takut melihat perkelahian didepan matanya.
"Kakaaaaaaaaak, akuuuuuuu daataaaaaang" teriak jihan dari kejauhan berlari menghampiri zidan.
Jihan terus berlari menghampiri kedua orang itu, lalu melempar tas miliknya, menghantam salah satu orang yang melawan zidan hingga membuatnya ambruk merasakan kesakitan, sementara teman pria itu menghampiri jihan hendak memberikan balasan namun dengan sigap zidan melindungi Jihan dengan menendang bagian perut membuatnya teman pria itu tersungkur ke tanah.
"Jihan, hentikan, ingat pesan ayah, jangan menbuat masalah" zidan berusaha menghentikan aksi jihan dan akan membalas siapapun yang berani menyakiti kakaknya.
"Janga mendekat, pergilah kalian" pinta zidan pada kedua orang tersebut.
"Polisi datang!, tangkap mereka!" Teriak rangga dari kejauhan, membuat zidan sedikit lega, mendapat pertolongan tepat waktu.
"Kalian jangan lari" teriak jihan yang masih dipegang erat oleh zidan karena berusaha melawan dan ingin menghajar dua orang tadi.
"Jihan cukup, sudah kubilang padamu pergi ke kantor untuk memanggil guru, kenapa kamu malah memanggil rangga" ucap zidan dengan meninggikan nada bicaranya dan melepaskan gadis itu setelah memastikan bahwa dua orang yang membuat masalah telah pergi jauh.
"Aku sudah pergi kekantor tapi disana tidak ada orang" jawab jihan dengan ekspresi kesal.
"Dasar kau, sudah diperingatkan jangan menbuat masalah, masih juga di lakukan" ucap rangga sambil menjitak kening gadis
itu.
"Awwuuu, sakit tau?, Jika aku jadi bodoh, dan tidak bisa berfikir, apa kamu mau menikahiku?" ucap jihan asal, ia merasakan sakit di keningnya.
"Menikahimu?, apa kamu pikir aku tidak dengar, kamu bahkan ingin jadi pahlawan, apa yang akan terjadi jika lawanya punya senjata?" Tegur rangga.
"Apa yang terjadi jika lawanya punya senjata?" ucap jihan pada zidan menirukan gaya bicara rangga.
"Apa yang terjadi jika lawanya punya.., bukankah kamu memanggil polisi?" ucap zidan kembali menirukan gaya bicara saudaranya, namun ia tersadar bahwa rangga telah memanggil polisi.
"Aku segera kesini setelah mendengar pengumuman, kapan aku punya waktu untuk memanggil polisi?" ucap rangga.
"Aku kesal sekali, mereka mekarikan diri" sentak jihan tidak terima sambil menghentakkan kakinya.
"Sudah, cukup" ucap rangga memukul lengan jihan, kesal dengan sikapnya
"Kakak" ucap jihan menatap rangga dengan tatapan penuh emosi.
"Tidak masalah untuk hari ini, panggil polisi lain kali saja" ucap zidan memukul lengan rangga namun dengan sigap rangga membalasnya.
"Sudahlah, jihan ayo pergi" ucap zidan mengambil tas jihan yang ada di tanah dan bergegas melangkah pergi meniggalkan semuanya.
"Kenapa menatapku seperti itu, ayo pergi" ajak rangga menarik tangan gadis itu. Setelah semua pergi gadis yang sedari tadi diam ikut melangkah pergi, gadis itu bernama mia teman satu kelas jihan.
"Meskipun itu bagus karena kalian ingin menjadi pahlawan, tapi kalau lawanya punya tongkat atau senjata tajam, apa yang akan terjadi?, bisakah pelajar seperti kalian mengalahkan penjahat itu?" ucap pak guntur salah satu guru yang mengajar di kelas jihan sekaligus kepada sekolah.
"Tadi aku sudah ke kantor, tapi tidak ada guru disini" jawab jihan pada guru tersebut.
"Jadi kamu membuat pengumuman dan meminta kakakmu untuk membantu?, Apa kamu tidak berfikir untuk memanggil kami, pihak guru akan melakukan yang terbaik, perbuatanmu sangat baik, tapi caranya salah, saat guru kelas kalian datang menemui kalian, pikirkan kembali kesalahan kalian, dan sekarang kembali ke kelas masing-masing" ucap pak guntur menasehati keempat murid tersebut.
Mereka berjalan keluar meninggalkan ruangan guru.
"Tidak guru di kantor, kamu kan bisa memanggil petugas keamanan" ucap zidan kesal setelah berada di luar ruangan.
"Sudah, jangan marahin jihan, dia berfikir membuat pengumuman untuk memanggilku, berarti sudah ada kemajuan, menghindari masalah" ucap rangga bangga.
Ditunggu komentarnya.