NovelToon NovelToon
Tumbal Mata

Tumbal Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Tumbal
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Setelah aku selamat dari kecelakaan itu, aku berhasil untuk bertahan hidup. Tetapi masalah yang kuhadapi ternyata lebih besar daripada dugaanku. Aku tersesat dihutan yang lebat dan luas ini. Aku mungkin masih bisa bertahan jika yang kuhadapi hanyalah binatang liar. Tapi yang jadi masalah bukanlah itu. Sebuah desa dengan penduduk yang menurutku asing dan aneh karena mereka mengalami sebuah penyakit yang membuat indera penglihatan mereka menjadi tidak berfungsi. Sehingga mereka harus mencari "Cahaya" mereka sendiri untuk mengatasi kegelapan yang amat sangat menyelimuti raga mereka. Mereka terpaksa harus mencari dan mencari sampai bisa menemukan mata mereka yang hilang. Dan akhirnya mereka bertemu dengan kami. Beberapa penumpang yang selamat setelah kecelakaan itu, harus bertahan hidup dari kejaran atau mungkin bisa kusebut penderitaan mereka atas kegelapan yang menyelimuti mereka. Berjuang untuk mendapatkan "Cahaya Mata" mereka kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terpisah dari Rombongan

Setelah mendengar teriakkan Vivi, aku langsung bergegas kearah sumber suaranya dan berharap aku masih sempat untuk menyelamatkannya. Aku menyibak daun dan beberapa kali aku terjatuh tetapi aku tak menghiraukannya. Pikiranku saat ini hanyalah menuju ke tempat Vivi.

Setelah beberapa langkah aku berlari, aku melihat Vivi sedang digigit tangannya oleh seekor anjing zombie. Vivi juga masih berusaha untuk melepaskan gigitannya dengan memukul kepalanya menggunakan batu yang berukuran sedang.

Aku langsung menendang kepala anjing itu dan langsung terpental, tetapi dia masih bisa bangkit. Aku segera mengayunkan tongkat kastiku kearah kepalanya sehingga membuat dia langsung terkapar tak berdaya.

Anjing itu berperawakan kurus sampai terlihat tulang rusuknya, di sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan kudis, bermata picik, dan air liur yang mengalir deras. Aku berasumsi dengan ciri-ciri dia yang seperti itu, dia pasti terkena rabies. Aku harap Vivi baik-baik saja.

"Gimana, Vi? Kamu gapapa?" tanyaku cemas sembari memegang lengannya yang penuh luka gigitan itu.

"Engga. Aku gapapa. Makasih udah langsung menolongku," jawabnya tersenyum sembari menahan sakit.

"Gimana, Kak Vi? Kakak abis diserang sama anjing ya?" tanya Aini yang baru datang dan diikuti Novan dibelakangnya.

"Gak kok. Kakak gapapa. Kamu tenang aja yaa," jawabnya. Aini pun tersenyum lega.

Aku masih belum percaya dia baik-baik saja dengan luka gigitan dan darah yang menetes di tangannya. Aku pun segera mencari bantuan ke yang lain dengan berteriak dengan maksud untuk memberitahukan posisi kami ada disini, dan disahut oleh Pak Bonadi yang suaranya masih samar-samar menandakan mereka berada agak jauh dari lokasiku saat ini.

Aku mencoba untuk membopong Vivi tetapi dia menolaknya. Aku pun menyarankan dia untuk berjalan di sampingku dan berjalan dengan perlahan. Tetapi Aini langsung memeluk Vivi dan mengalungkan lengannya dipundaknya dengan maksud untuk membantunya berjalan dan memberikan rasa nyaman. Vivi dengan spontan menerima pelukan Aini. Aku terheran, kenapa dia tidak mau aku bopong? Malah Aini yang bertubuh mungil kemudian memeluknya dia langsung menerimanya begitu saja?

Matahari mulai terasa hangat dikulitku. Langit biru yang cerah dan dihiasi oleh awan seputih kapas. Ditambah daun-daun hijau yang berkilauan menandakan hari sudah menjelang siang. Aku berharap mereka sudah tidak menyerang lagi. Perasaan letih yang kurasakan seakan membuatku ingin langsung merebahkan tubuhku keatas kasur yang nyaman. Tetapi ditempat ini sangat mustahil menemukannya.

Aku kembali menyibak dedaunan dan memilih berjalan melewati jalan setapak daripada harus kerepotan menembus semak. Matahari yang mulai bergerak tepat diatas kepala kami, menjadikannya sedikit sulit untuk menentukan arah angin. Aku berjalan hanya mengandalkan instingku saja saat ini. Setelah aku bersusah payah menyibak dedaunan, akhirnya aku pun berhasil keluar dari tebu-tebu yang lebat itu dan sampai pada jalan setapak yang memisahkan antara satu petak tebu dengan petak lainnya. Aku berjalan kearah timur setelahnya.

Beberapa langkah kemudian, aku menemukan sebuah pertigaan. Seingatku, aku tidak melewati pertigaan sebelumnya. Aku kemudian mengambil jalan kekiri. Aku mulai khawatir tentang jalan yang kulalui saat ini. Aku pun berteriak memanggil Pak Bonadi.

"Pak Bon! Pak Juari! Kalian dimana?" teriakku.

"Kalian dimana nak?" sahut Pak Bonadi dengan suara yang semakin kecil menandakan bahwa mereka semakin jauh dan membuatku bertambah khawatir.

"Keknya kita tersesat deh," ucapku kepada Aini dan yang lainnya.

"Kita istirahat disini aja kalo gitu," jawab Vivi. Kami pun duduk menepi dibawah pohon tebu yang agak tinggi sembari berlindung dari sengatan matahari.

Kami menunggu disana selama beberapa jam sambil memakan beberapa tebu untuk mengganjal perut. Aini dan Novan terlihat bermain-main disana. Aku dan Vivi hanya terduduk melihat mereka bermain.

"Kek gaada beban aja ya mereka," ucap Vivi membuka percakapan.

"Tau tuh. Padahal mereka lagi ngehadapin situasi yang berbahaya," jawabku.

"Mungkin itu gara-gara kamu, An. Adik kamu merasakan rasa aman dan nyaman disamping kamu. Dia merasa walaupun dunia tidak mendukungnya, asalkan dia ada disampingmu, dia merasa akan baik-baik saja dan bisa menaklukkan segalanya," sambungnya sembari tersenyum kearahku.

"Yah walaupun begitu aku masih jauh dari kata sempurna, Vi. Aku masih belum bisa menjadi seorang kakak yang baik," jawabku sembari menatap birunya langit. Vivi hanya terdiam memandangku.

"Kak Aan. Liat nih aku buat buket dari bunga tebu," seru Aini yang mengejutkanku. Aku melihat sebuket bunga tebu yang digenggam oleh tangan adik kecilku itu.

"Wihh cantik banget. Kamu pinter buatnya," pujiku sembari mencubit pipinya gemas. Dia tersenyum senang.

"Nih buat Kak Aan," ucapnya sembari memberikan bunga itu kepadaku. Aku pun meraihnya dan mengucapkan terimakasih kepadanya.

"Kasihkan ke Kak Vivi dong," ucap Aini disertai senyuman nakal dipipinya. Novan hanya tersenyum jail.

"Lah? Ternyata ini bukan buatku?" tanyaku kesal. Mereka serentak menggelengkan kepalanya bersamaan. Dengan terpaksa aku pun memberikan bunga yang sudah kupegang itu kepada Vivi.

"Nih," ucapku cuek sembari memberikan bunga itu padanya.

"Yang serius atuh kak" pinta Aini. Sepertinya dia sengaja menggodaku. Aku yang kesal pun langsung meraih tangan kanan Vivi dan menatapnya dalam-dalam.

"Ini buat kamu, Vi" ucapku. Vivi hanya menatapku dan terdiam.

"Kok kamu malah bengong?" tanyaku. Dia seketika langsung melepaskan genggaman tanganku dan mengucapkan terimakasih kemudian langsung membuang muka.

"Cieee" ucap Aini dan Novan bersamaan.

"Awas kalian yaa" aku pun bangkit dan langsung mengejar mereka berdua. Kami pun berlarian kecil diantara ladang tebu tersebut. Vivi terlihat tersipu sembari mengelus bunga itu.

Hari menjelang sore, matahari pelan-pelan terbenam di ufuk barat, memancarkan cahaya emas yang hangat dan lembut, menyelimuti langit dengan warna merah dan oranye yang menakjubkan. Suara burung-burung kembali ke sarangnya, mengiringi angin sore yang sejuk dan lembut, membawa kesan damai dan ketenangan.

Aku pun bisa menentukan arah mata angin kembali. Setelah energiku pulih, aku pun mengajak yang lain untuk melanjutkan perjalanan.

"Tangan kamu gimana, Vi? Udah mendingan?" tanyaku khawatir.

"Udah mendingan. Makasih yaa," jawabnya sembari tersenyum hangat kepadaku.

" Makasih buat apa?" tanyaku lagi.

"Ya pokoknya makasih," ucapnya kesal sembari mempercepat langkahnya meninggalkan kami.

"Loh? Eh? Kok malah ditinggal?" Aku pun langsung mengejarnya.

Setelah itu, aku dan rombongan berjalan kearah timur untuk menuju tepian ladang ini dan menuju kearah hutan. Aku kembali berteriak meminta bantuan.

"Pak Bon! Pak Juari! Kak Willie! Kalian dimana?" Aku tak mendengar jawaban dari mereka. Aku pun memutuskan untuk terus berjalan dengan harapan aku bisa bertemu dengan mereka lagi.

Pohon-pohon tebu yang melebihi tinggi badanku sangat mengganggu pandanganku. Aku tak bisa melihat dengan jelas disekelilingku karena tertutupi olehnya. Yang terlihat dimana-mana hanyalah tebu yang lebat dan rapat ini. Aku terus berjalan mengikuti feelingku saja. Akhirnya kami pun tiba disebuah pertigaan lagi.

"Loh? Kok pertigaan lagi sih?" batinku.

"Kalo kita trabas tempat ini gimana gaes? Kalian mau gak?" Aku menoleh untuk meminta pendapat ke yang lainnya. Mereka hanya mengangguk saja.

Aku pun tidak punya pilihan lain selain menyibak tebu-tebu yang lebat itu dan menerobos masuk kedalamnya. Aku tak peduli lagi dengan serangga yang mengerubutiku saat ini. Yang kupikirkan hanyalah aku bisa keluar dari ladang tebu laksana labirin yang menyesatkan ini.

1
yanah~
enak di baca kak 🤗
yanah~
Mampir kak 🤗💪
Siti Yatmi
berasa nonton film...wk2
Foerza17: jangan buru² atuh bacanya kak. aku upload cuman sehari sekali
total 1 replies
ada badaknya🫡off
kayak nama Aini di sinetron "Aini malaikat tak bersayap" di ANTV
Foerza17: kalau ada kesamaan nama tokok adegan ini hanya fiktif belaka ya kak wkwk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
hati hati banyak supir yang ngantuk l
Foerza17: mana ada pagi² mengantuk
total 1 replies
ada badaknya🫡off
harus buat rencana dulu lah masa malah diam aja di bis
ada badaknya🫡off
wkwkwkw sabar karena Allah yang tahu/Proud/
Siti Yatmi
berasa nonton film
Foerza17: pantengin terus ceritanya ya kak. diusahakan setiap hari update ❤️❤️❤️
total 1 replies
Siti Yatmi
serem ih...mata mu..mataku....
Aleana~✯
Hai kak aku mampir...yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Foerza17: makasihh udah mampir. semoga novelnya makin ramai pembaca yaw
total 1 replies
Jihan Hwang
hai. aku mampir.. yuk kamu juga mampir di karyaku/Smile/
Foerza17: makasih sudah mampir kak ❤️❤️
total 1 replies
Tsumugi Kotobuki
Gaya bahasa penulisnya enak banget, bisa ngebuat baper atau ketawa-ketawa.
Foerza17: thanks ya kak. ditunggu update selanjutnya. aku usahakan setiap hari update ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!