Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
'Berhenti mas! " Dea dengan segera mendorong athar menjauh atau sesuatu yang lebih jauh lagi bisa terjadi. Jujur Dea belum siap untuk itu meski bagi mereka sebagai suami- istri, sah- sah saja untuk melakukannya tapi saat ini Dea masih menggunakan logika daripada naf*su sesaat nya, toh dia belum memaafkan athar atas semua yang terjadi selama ini.
Athar mengatur nafas nya yang memburu, melihat mahakarya nya di sekitar leher putih sang istri membuat nya tersenyum puas. "Baiklah, aku akan berusaha menahan untuk saat ini, sebagai gantinya kau harus segera berkemas- kemas. "
"Berkemas? " dahi Dea berkerut dalam, matanya memicing curiga.
"Ya, kita akan kembali ke rumah."
Dea tertegun dengan tegas dia menggeleng. "Tidak.Aku tidak mau kembali. "
"Kenapa? itu rumah kita dera, rumah yang ku bangun untuk merancang masa depan bersama mu. "
"Lebih tepatnya bersama kak ranty. " Dea membuang muka tak sanggup menatap wajah tampan suaminya itu.
Sementara athar tatapannya berubah redup, wajahnya nampak sendu. Di deketin nya Dea, dan di rangkul nya kedua pundak wanita tersayang nya itu dengan perasaan tak terdeskripsikan.
"Haruskah ku katakan padamu sekarang Dera? betapa aku jatuh sejatuh-jatuhnya dalam cinta mu. Aku mencintaimu Dea, dan ranty hanya masa lalu untuk ku. "
"Setelah semua yang terjadi, kau baru mengatakan cinta. " Dea mendongak, tatapan wanita itu penuh luka. Setelah semua kesakitan yang di lalui kenapa athar baru menyatakan perasannya sekarang setelah di saat dia tak bisa mempercayai pria itu lagi.
"Maaf." Athar menunduk, dia pun sama sakitnya meski tak sebanding dengan apa yang Dea rasakan selama ini. Dia pun menyesal kenapa baru menyadari perasaannya sekarang setelah hati Dea membeku karena perbuatan nya.
"Haruskah aku berlutut agar kau bisa memaafkan ku. "
Dea terkejut karena benar saja apa di katakan pria itu, athar benar-benar berlutut di hadapannya. "Demi Tuhan Dea, aku mencintaimu. "
"Bangun lah mas, " pinta Dea, merasa tak nyaman karena Athar yang sampai melakukan hal seperti itu.
"Tidak.Sampai kau memaafkan ku. "
"Ku mohon, bangun lah, jangan kekanak-kanakan. " pinta Dea sekali lagi dengan menghela nafas panjang.
Athar yang mendongak menatapnya mulai mengambil tangan Dea.
"Tampar lah. "
"Apa? " Dea mendelik kaget.
Athar mengangguk. "Mulut yang pernah mengeluarkan kata- kata kasar untuk mu, bukankah kau harus memberikannya pelajaran? "
"Berhenti. Bangunlah mas. " Dea yang tak tega merangkul kedua pundak athar menuntunnya berdiri.
Semenjak awal pernikahan, selain kata- kata athar yang tajam menusuk pria itu tak pernah melakukan kekerasan lainnya apalagi soal fisik. Kini melihat penyesalan juga air mata di mata athar, ingin rasanya Dea memberikan pria itu satu kesempatan.
"Beri aku waktu untuk berfikir. "
"Jadi kau tak akan pisah dengan ku? " gurat kelegaan muncul di wajah athar.
"Itu tergantung. "
"Baiklah, aku mengerti. " Athar tahu Dea masih memerlukan waktu untuk menerimanya kembali.
"Lalu apa kau akhirnya mau kembali ke rumah? " tanya athar kembali.
"Tidak, sebelum kak ranty dan ibumu pergi dari rumah itu, " ujar Dea mengisyaratkan persyaratan yang di berikannya untuk athar.
"Aku mengerti soal ranty, tapi ibu? "
Dea menghela nafas pelan sebelum berucap. "Tidak kah kau tau selama ini ibumu sudah di cuci otaknya oleh ucapan kak ranty, mas? aku menyayangi ibumu sebagai kau menyayangi nya tapi aku tak bisa jika beliau tetap berada di antara kita apalagi kau yang terlalu menurut pada ibumu, dengan alasan bakti. "
Dea bukannya wanita bodoh yang tak mengerti situasi, dia berbicara seperti itu karena tahu ke depannya apa yang akan terjadi jika hanya ranty yang di minta pergi karena wanita itu tetap bisa mengacau lewat kendalinya atas nyonya gina.
"Baiklah, aku paham apa maksud mu. Berikan ku juga waktu untuk membereskan soal ibuku dan ranty ku pastikan hari ini juga wanita itu akan pergi dari rumah kita. "
Wajah Dea menunjukkan kelegaan, dia menghela nafas pelan. "Terimakasih mas, kau mengerti dengan situasi yang ku hadapi, bukannya aku membenci ibumu hanya saja--"
Belum sempat Dea melanjutkan ucapannya, athar dengan lebih cepat merengkuh tubuh nya dalam pelukan erat. dagu pria itu sengaja di sandarkan nya di atas kepala Dea.
"Aku mengerti, kau selalu menyayangi orang-orang di sekitar mu lebih dari dirimu sendiri. Tapi bisakah ku memohon, soal cinta mu aku ingin hanya aku yang menjadi pemiliknya. "
Di saat situasi seperti ini, soal posesif, athar selalu ada.
Dea tersenyum, mulai membalas pelukan athar seraya wajahnya yang ia tenggelam kan di dada bidang pria itu.
"Bodoh."
"Ya, aku memang bodoh. Bodoh karena mu. " balas athar di sertai kekehan kecil.
Dea tak tahu dengan memberikan athar kesempatan akan menjadi awal yang baik atau sebaliknya tapi yang dia tahu saat ini hatinya merasa sangat lega, seperti menemukan Oase di tengah padang gurun. Dalam dekapan athar yang hangat hatinya pun merasakan kehangatan yang sama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ranty, ranty lihat apa yang ibu temukan! " sekonyong-konyong, nyonya gina datang menghampiri ranty dan ibunya yang sedang berbincang tentang rencana apa yang paling ampuh untuk memisahkan Dea dan athar.
"Ada apa bu? heboh sekali. " sahut ranty sedikit kesal karena ucapannya jadi terpotong karena kehadiran wanita paruh baya itu.
"Ini, lihat lah." Nyonya gina memberikan sebuah kertas yang lantas di ambil oleh ranty. Nyonya fani menatapnya isyarat dia juga ikut penasaran dengan kertas yang di berikan nyonya gina itu.
"Surat perceraian. " mata ranty terbelalak saat membuka kertas itu dan membaca isinya, nampak jelas juga surat perceraian itu di tujukkan untuk Athar selaku suami dan Dea selaku istri.
"Ibu menemukannya dari mana. "
"Tak sengaja terjatuh di kemeja athar saat ibu membereskan kamarnya. '
" Terlihat dari siapa penggugat nya ternyata si wanita pengganti itu dulu yang mengajukan gugat perceraian. " sahut nyonya Fani.
Tiba-tiba Nyonya Fani dan ranty saling melempar pandang.
"Apa mamah punya ide. "
Nyonya fani menyeringai. " rupanya kau bisa menebak pikiran ku. "
"Apa rencana mamah? "
"Ck, ck lihat lah si anak haram itu dulu yang memberikan kita bahan masakan jadi kita yang akan mengolah nya. " Kata-kata kiasan nya tersirat penuh arti, ranty yang mengerti tersenyum miring.
"Kalian merencanakan apa aku tak mengerti? " nyonya gina yang tak paham hanya memandang mereka berdua secara bergantian.
Nyonya Fani tertawa kecil lantas menepuk lembut wanita yang sudah menjadi sahabat nya sejak masa muda itu, karena perjodohan dari mereka berdua lah yang membuat ranty dan athar dulu sempat akan menikah.
"Kamu tenang saja jeng, lihat dan simak saja tak lama lagi kita bisa memisahkan athar dari wanita si pengganti itu, " ucap nyonya Fani dengan seringai nya yang seperti devill.
*
*
*
Bersambung
hrse athar bisa buat rumah sendiri kan masak gk punya duit, pa lagi nnti athar sibuk kerja tinggal nunggu hancurnya rumah tangga dea dan athar saja sih ini. kn athar tau ibunya gk ska ma Dhea mlh di ajak serumah, aneh. lbih baik tinggal di rumah sederhana drpd tinggal di rumah megah tp bnyak racun di dalamnya.