Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~11
"Benarkah jika ayah dan ibu kandungku berada di sini ?" ucapnya seraya menatap gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan sangat mega di hadapannya tersebut.
"Lalu siapa mereka ?" gumamnya lagi.
"Siapakah wanita yang di cintai oleh ayah Marco sampai akhir hayatnya? cinta yang begitu besar hingga membuatnya tega memisahkan kami? Siapakah wanita spesial itu ?"
Sofia terus bertanya-tanya namun tak ada satu pun jawaban yang dapat ia temukan.
"Apa ayah kandungku seorang pria yang hebat? tidak, itu tidak mungkin jika dia hebat maka tidak akan membiarkan ku hilang hingga belasan tahun. Lalu siapakah dia? kata ayah Marco dia berada di sini? apa dia seorang petugas keamanan? pemilik cafetaria? seorang pelayan? atau dosen ?"
Tak ingin berspekulasi lebih jauh Sofia segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang universitas tersebut, namun baru beberapa langkah seorang security langsung menghadangnya.
"Nona, tolong tunjukkan kartu mahasiswamu !!" perintah pria tersebut.
Sofia nampak menatap lekat petugas keamanan tersebut. "Apakah dia ayahku ?" gumamnya seraya menatap pria berusia empat puluh tahunan itu.
"Nona, mana kartu mahasiswamu ?" ulang petugas keamanan tersebut saat Sofia nampak terpaku menatapnya.
"Kar-kartu mahasiswa? sebentar." Sofia merogoh tasnya lantas segera mengambilnya, beruntung ia belum mengembalikan kartu tersebut jika tidak ia takkan bisa masuk.
"Paman, apa paman memiliki seorang putri ?" tanya Sofia setelah menyerahkan kartunya.
"Tentu saja." sahut sang petugas yang langsung membuat Sofia nampak mengulas senyumnya.
"Apa dia bersamamu ?" tanyanya lagi.
"Dia bersama ibunya." sahut pria itu.
"Ibunya ?" Sofia nampak mengernyit.
"Tentu saja, karena dia masih bayi."
"Oh." Sofia mengangguk kecil.
"Apa paman juga punya putri lainnya ?" tanyanya lagi.
"Tidak."
"Ini kartumu, ambillah." imbuh pria itu lagi seraya memberikan kartu tersebut pada Sofia.
"Baiklah, terima kasih."
Kemudian Sofia kembali melangkah dengan gontai, lalu siapakah ayahnya karena dari semua petugas keamanan hanya pria itu yang sudah berumur dan yang lainnya masih muda.
"Apa pemilik Cafetaria ?" gumamnya, lantas Sofia segera berlalu ke arah Cafe yang ada di sebelah gedung kampusnya tersebut.
Hari masih siang dan Cafe tersebut nampak di penuhi oleh para mahasiswa yang sedang makan siang.
"Hei, bukankah kamu sudah di keluarkan dari kampus ini ?" teriak Rebeca saat melihat Sofia baru masuk yang langsung menjadi perhatian semua orang di sana.
George yang malam itu juga berada di arena balap liar langsung beranjak dari duduknya. "Gara-gara kamu Ariel di pindahkan, dasar gadis pembawa sial." umpatnya seraya mendorong Sofia dan semua orang yang mendengarkan perkataan pemuda itu seketika nampak geram.
"Jadi benar ini semua gara-gara kamu ?" tuding Rebeca kemudian.
"Sepertinya kami memang harus memberikan mu pelajaran." imbuhnya tak memberikan Sofia untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, lantas gadis itu segera mengajak semua teman-temannya untuk berkumpul mendekatinya.
Namun sebelum mereka berhasil menyerang Sofia tiba-tiba Dani datang. "Apa yang kalian lakukan ?" ucapnya dengan geram.
"Menjauhlah Dan, apa kau lupa jika dia telah membuat Ariel di pindahkan dari sini ?" protes George tak terima, meski pria itu tahu bukan salah Sofia semata.
Tapi kehadiran gadis itu di arena balap malam itu telah mengacaukan semuanya, bertahun-tahun mereka bermain di sana namun selalu aman dari pantauan petugas kepolisian.
Gadis itu benar-benar pembawa sial bagi teman-temannya dan George membenci itu.
"Bukankah sebelumnya sudah kita bicarakan, George. Ku harap kau belum pikun dan buat kalian semua Sofia sudah tidak kuliah lagi di kampus ini, jadi ku mohon jangan lakukan apapun lagi padanya. Mengerti !!" tegas Dani hingga membuat semua orang yang berada di sana nampak terdiam.
"Kamu baik-baik saja ?" ucap Dani kemudian seraya menatap ke arah Sofia.
"Hm, terima kasih. Aku akan pergi dari sini." sahut Sofia, lantas sebelum pergi gadis itu nampak menatap ke arah sepasang suami istri pemilik Cafe yang terlihat menatapnya dengan sinis.
Tidak, sepertinya mereka bukan orang tua kandungnya dan Sofia yakin itu.
"Baiklah, aku tidak akan mencarinya lagi. Ayahku hanya ayah Marco bukan yang lain." gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.
Kemudian Sofia segera melangkah pergi dari sana, tempat ini memang tidak cocok dengannya dan ia akan melupakan jika pernah berada di tempat ini.
Ia akan melupakan semuanya dan memulai hidup barunya, seorang diri tanpa sosok ayah yang hebat di sisinya.
"Bahkan, baru satu hari aku sudah sangat merindukanmu ayah." ucap Sofia ketika kembali mengunjungi makam sang ayah.
Lalu matanya tak sengaja menatap buket bunga yang sudah layu. "Milik siapa ?" gumamnya kemudian, siapa yang telah mengunjungi sang ayah? karena setahunya ayahnya itu tak memiliki banyak kenalan setelah pindah dari Belanda bersamanya.
Sofia dan Marco memang belum lama tinggal di Amerika, sebelumnya mereka menghabiskan waktunya di Belanda. Namun saat Marco merasakan tubuhnya sudah tak sehat lagi, pria itu memutuskan untuk kembali ke Amerika dengan tujuan mengembalikan putrinya pada keluarganya.
Namun tak semudah yang ia pikirkan karena Anne pasti akan sangat membencinya jika ia tiba-tiba datang lantas mengatakan kebenarannya.
Dan ia juga takut jika Sofia yang telah ia rawat selama ini pun juga akan membencinya, sungguh selama bertahun-tahun Marco hidup dalam kebimbangan dan perasaan bersalah.
Sofia nampak mengedarkan pandangannya, lalu saat melihat penjaga makam gadis itu segera melangkah mendekatinya.
"Paman, apa aku boleh bertanya sesuatu ?" ucapnya kemudian.
"Ada yang bisa ku bantu, Nak ?" sahut pria paruh baya tersebut.
"Apa pamam melihat seseorang mengunjungi makam ayahku sebelumnya ?" tanya Sofia ingin tahu.
"Tentu saja, dia seorang pemuda." terang pria tersebut.
"Pemuda? apa itu Dani ?" gumam Sofia penasaran.
"Baiklah paman, terima kasih." ucapnya kemudian, setelah itu Sofia segera meninggalkan makam tersebut.
Sesampainya di rumahnya Sofia kembali masuk ke dalam kamar sang ayah, menatap foto pria itu bersamanya dari waktu ke waktu yang terpatri di dinding.
Sungguh Sofia belum rela kehilangan ayahnya yang begitu mencintainya, tak ada yang buruk dari pria itu. Selama ini ia merasa di sayangi dengan sepenuh hatinya meski pada kenyataannya ia bukanlah putri kandungnya.
Kemudian Sofia beralih menatap ranjang sang ayah yang berantakan, lantas ia segera mendekat. Namun saat akan merapikannya tiba-tiba ia menemukan sebuah foto seorang wanita muda di bawah bantalnya.
"Foto siapa ini ?" gumamnya seraya memindai foto tersebut, foto lawas yang sepertinya di ambil belasan tahun yang lalu.
"A-apa ini wanita yang di cintai oleh ayah Marco? apa itu berarti dia ibuku ?" ucapnya kemudian, tak terasa air matanya langsung mengalir deras.
Sungguh ia sangat merindukan sosok seorang ibu. "Kamu sangat cantik, bu. Pantas ayah Marco begitu mencintaimu." gumamnya kemudian.
james scott menghukum dg tdk tersenyum krn anaknya yg hilang..aneh gak.. tapi lihat anaknya malah mengumpat dan gak ada simpati2 nya blas sama sofiya. benar kata sofia..dasar org kaya sombong
bikin emosi😏
bikin ketawa😜
bikin nangis😭
makasih k atas rezeki karya sebagus ini, semoga di RL kehidupan KK selalu sehat, bahagia, lancar rezeki usahanya
Aamiin 🤲