Menanggung Beban Orang Tua Toxic

Sudah kuduga akan banyak yang tertarik pada gadis ini. Batin Grey menatap Ema yang duduk di sampingnya. entah kenapa aku tidak menyukainya, apa aku benar-benar tertarik padanya hingga melakukan hal sejauh ini? Atau ini hanya keinginan semata?

"Pak Grey...". Panggil Ema dari samping pria itu menyadarkan lamunan Grey "bisakah saya izin untuk besok? Saya harus ke kampus mengurus berkas beasiswa saya untuk semester baru"

Ke kampus, oh iya dia seorang mahasiswa beasiswa di kampus. “Baiklah, tapi ingat untuk kembali tepat waktu ke kantor".

Kampus.

Tepat pukul sembilan pagi Ema sudah berada di kampus dengan segala berkas yang akan dia urus di semester baru

Keadaaan kampus cukup ramai dengan beberapa orang yang bukan beasiswa sedang mengurus keperluan mereka termaksud beberapa angkatan atas Ema

"Halo gadis manis". Sapa seorang pemuda mengalihkan perhatian gadis itu "apa kabar?"

"H...Halo... Hosea?". Ema mengenal pemuda itu, dan mereka bertemu kemarin walau tidak berbincang "Ah maaf anda lebih tua, kak Hosea..."

"Kamu terlalu formal, umur kita tidak terlalu jauh loh". Hosea mendekat pada gadis itu "karena kita sudah saling mengenal dan terlibat, sepertinya kita bisa berteman"

"Berteman?". Ema mundur beberapa langkah karena Hosea menatapnya terlalu dekat

"Bagaimana?".Tanya Hosea tidak sabar

"Sepertinya kita tidak sedekat itu, kita hanya rekan kerja biasa dan tidak terlalu dekat maaf..". Dia memiliki banyak fans, aku tidak ingin terlibat dan menjadi bahan bullyan lagi

"Kau menolak ku?!".

Suara pemuda itu meninggi tidak menyangka akan di tolak oleh gadis biasa seperti Ema, walau begitu Hosea masih bisa mengontrol diri

Dia tetap harus menjaga imagenya sebagai seorang publik figur, walau di dalam hatinya seperti terbakar dan marah

"Maaf kak saya hanya menjaga situasi saja"

Ema langsung berlalu dari hadapan Hosea, meninggalkan pemuda itu sendiri sampai beberapa teman Hosea menghampiri nya dengan tertawa kecil dan mengejek

"Apa-apa ini? Untuk pertama kalinya kau ditolak gadis hahaha". Ejek mereka

"Huh dia hanya gadis murahan yang sedang meninggi saja, aku tidak menghiraukan nya!". Ujar pemuda itu menahan amarah

"Benarkah? Bukan kah dia Ema gadis miskin itu? Dia sangat banyak berubah dari penampilannya dulu"

"Justru itu.... Kalian tahu jika sekarang dia bekerja menjadi sekertaris pribadi pimpinan Bird Group?"

Para pemuda itu langsung tercengang juga terdiam dengan perkataan Hosea

"Tapi gadis itu adalah gadis yang sangat pintar, tidak heran juga". Ujar salah satu dari mereka "IPK 4 dan tidak menyedihkan seperti kita"

"tapi tetap saja, untuk menjadi sekertaris pribadi itu terlalu berlebihan". Jelas Hosea tidak ingin pendapat nya terpojokkan "bukankah kalian tidak merasa aneh dengan perubahan nya yng tiba-tiba?".

"Benar juga". Sahut mereka melirik Ema yang belum jauh dari mereka

"Tapi dia benar-benar sangat cantik sekarang, apa perlu kita mengundang nya untuk ikut dalam pesta bulanan kita"

Hosea memicingkan matanya dia cukup mengenal teman Ema yaitu Michell dan bagaimana naif teman gadis itu meski sudah memliki kekasih

"aku punya ide"

****

"Dari mana saja kau?". Tanya Grey dengan ketus saat Ema baru saja sampai di ruangan nya

Jam sudah menunjukan jam 11 hampir mendekati jam makan siang dan gadis itu baru saja datang

Meski Ema sudah izin sejak kemarin nyatanya gadis itu tidak memberi tahu jam berapa dia akan kembali ke kantor dan tidak membuat kesepakatan dengan Grey

Yang membuatnya akan mendapatkan masalah dari pria itu dan benar saja Grey akan memakai masalah ini untuk memperdayai gadis itu

"saya sudah izin kemarin, san bapak sudah mengizinkannya"

"Kau tidak mengatakan jika kau akan kembali se siang ini".

"Maaf pak".

Satu kata yang di gunakan Ema untuk menghentikan kegilaan pria di depannya tapi tampak tidak berguna

"Ema sepertinya kau menyepelekan aku disini"

"Saya tidak bermaksud". Padahal kan anda bisa bilang sejak awal, kenapa saya terlihat sangat bodoh di sini ?

"Kau tahu aku adalah orang yang sangat menghargai waktu meski itu sedetik pun"

"Saya Tahu". Gadis itu masih menjawab singkat tidak ingin membujuk atau merayu Grey untuk memaafkannya

"Kau tidak ingin membenarkan kesalahan mu?"

"Saya akan lembur hari ini, untuk menggantikan waktu yang sudah hilang". Puas? Kau puas?!

"baiklah kau cukup sadar diri juga". Grey menghentikan jarinya menyuruh gadis itu mendekat "aku akan mengerjakan pekerjaan dari rumah dan seperti nya kau harus ikut kerumah"

"What?!".

Dan benar saja Ema harus ikut dengan Grey sampai ke Mansion pria itu, dia cukup tenang karena ternyata Mansion tempat tinggal Grey ternyata cukup ramai dengan para pelayan

Setidaknya gadis itu tidak akan suntuk berduaan dengan bosnya yang kadang seperti orang gila itu

"Apa yang kau lakukan? Masuk!". Grey memerintahkan Ema yang berada di luar kamarnya untuk masuk

"Ta..tapi pak". Anda gila bagaimana pendapat pelayan anda nanti, dan bagaimana jika orang tua anda ada di sini apa yang harus saya katakan jika ada seorang wanita masuk berduaan dengan anda

"Cih apa yang kau pikirkan? Aku tidak akan tertarik dengan tubuh mu itu".

Perkataan Grey bukannya menenangkan malah membuat gadis itu kian panik, dia ingin cepat pergi dari sana

Ema masuk kedalam dengan jantung yang berdegup kencang, saat Grey duduk menghentak kan kakinya dengan cukup keras

"Lepaskan?".

"Apa?". Tanya gadis itu bingung

"Sepatu ku?"

Huh. Ema menghela nafasnya sungguh di luar pemikiran Ema hingga dia harus melepaskan sepatu pria itu. Apa dia tidak punya lengan . Itu adalah satu hal terlintas di benak Ema

Grey masih dengan wajah datarnya Ema berada di depannya dengan jarak yang sangat dekat, untuk kesekian kalinya mereka berduaan di kamar milik Grey

Bisa dia mencium wangi rambut gadis muda itu, teringat kembali apa yang dia inginkan mengenai Ema bukan hanya ketertarikan semata tapi juga hasrat

"Ema berapa usia mu?". Pertanyaan yang harusnya tidak di tanyakan oleh Grey karena pria itu sendiri sudah mengetahuinya. Gadis ini tumbuh tanpa didikan orang tua, dan lebih parahnya lagi orang tuanya selama ini bukan orang tua kandungnya.

Tapi dia bisa bertindak setengah ini, aku ingin melihat semua eskpresinya. Grey dengan pikirannya sebagai pria matang yang belum juga menikah memandang Ema sebagai satu hal yang ingin dia gapai hari itu juga

Tujuan ku melakukan ini semua, aku tahu.

Rasa cemburu saat pria lain menatap mu, apalagi mendekati mu bagaimana aku harus menahannya?

Tapi aku tidak bisa membawa mu ke jenjang yang serius, kau hanya rakyat jelata yang akan menurunkan wibawa keluarga ku

"Pak sudah selesai, apa saya bisa menunggu anda di luar?". Ema berdiri di hadapan Grey

Gadis itu berdiri lebih jauh dari pada sebelumnya