Tawanan Pria Gila

Hizam mengemudikan mobilnya, ia melirik ke arah Jesslyn yang hanya diam dengan wajah yang sedih. Pria itu lalu menghentikan mobilnya di sebuah rumah makan yang buka 24 jam, Jesslyn perlahan melihat ke arah Hizam yang melepaskan sabuk pengamannya.

"Apa kau lapar?" Tanya Hizam dengan mata yang menatap ke arah Jesslyn.

Jesslyn terdiam dengan mata yang bingung, ia melihat ke arah rumah makan yang sederhana. "Jika kau lapar, turunlah.. Aku yang teraktir." Jawab Hizam dengan senyuman di wajahnya.

Deg...

Jantung Jesslyn berdetak dengan kencang, ia lalu memalingkan wajahnya secara langsung. Wanita itu lalu segera turun dari mobil dan berjalan mengikuti Hizam, pria itu masuk ke sebuah rumah makan. Pemilik rumah makan langsung menyambut kedatangan Hizam.

"Eh... Nak Hizam." Sapa pemilik rumah makan dengan senyuman di wajahnya.

Hizam tersenyum lembut, Jesslyn terdiam. Selama ia mengenal Hizam, pria itu selalu memasang wajah yang serius.

"Seperti biasa yah.." Ucap Hizam.

"Oke siap.. Nak Hizam, lalu pacar Nak Hizam mau apa?" Tanya pemilik rumah makan dengan senyuman menggoda.

Jesslyn langsung memalingkan wajahnya saat mendengar ucapan itu, "Dia bukan pacar ku, dia adik dari bos ku." Jawab Hizam.

Pemilik warung langsung menganggukkan kepalanya dengan pelan, Hizam lalu duduk di sebuah kursi yang hanya terbuat dari plastik dengan meja kayu yang di cat berwarna coklat. Jesslyn pun ikut duduk berhadapan dengan Hizam, selama hidupnya ia tidak pernah makan di tempat seperti ini.

Lalu tak beberapa lama Pemilik warung pun datang dengan membawa dua hidangan dan dua teh manis yang hangat.

"Monggo di nikmati makanan nya." Ucap pemilik warung dengan senyuman hangat.

Jesslyn tersenyum tipis, ia melihat makanan di depannya nampak sederhana hanya sepiring nasi dengan ayam goreng, tahu, tempe, timun dan sambal ijo.

Mata Jesslyn melirik ke arah Hizam, pria itu makan dengan tenang. "Kau tidak suka?" Tanya Hizam, Jesslyn menggelengkan kepalanya. Ia lalu memakan makanannya dengan perasaan, meski ia sama sekali tidak terbiasa makan tanpa menggunakan sendok dan garpu.

Hizam dan Jesslyn terpaut umur yang tidak terlalu jauh, pria itu hanya 3 tahun lebih tua dari Jesslyn.

Keduanya makan dengan tenang, hingga akhirnya Jesslyn selesai makan. Ia menghabiskan makanannya di depannya dengan sangat lahap, tidak biasanya makanan di pinggiran seperti ini terasa sangat enak.

"Nona Jesslyn, aku ingin berterus terang saja dengan mu." Ucap Hizam dengan tatapan mata yang serius.

Di tatap seperti itu membuat Jesslyn terdiam, "Apa?" Tanya Jesslyn yang balik menatap ke arah Hizam.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, kau bertahan dengan pria yang selalu bersikap kasar seperti itu." Jelas Hizam, ia tidak habis pikir jika tuannya memiliki adik yang bodoh seperti Jesslyn.

Jesslyn tersenyum tipis saat mendengar ucapan Hizam, ini bukan ucapan pertama yang ia dengar dari orang lain. Sudah banyak yang bilang seperti itu kepadanya.

"Aku tahu aku bodoh.. Hanya saja, Doni pernah menyelamatkan ku. Dia sebenarnya orang baik, dulu..." Jesslyn langsung menghentikan ucapannya, ia ingat dengan siapa sekarang dirinya tengah berbicara.

Hizam hanya diam, "Jadi kebaikan apa yang dia berikan kepada mu?" Tanya Hizam dengan raut wajah penasaran.

Jesslyn terdiam dengan mata yang menatap ke arah lain, "Dulu aku tidak memiliki teman, orang-orang mengejek ku karena tampilan ku. Dan hanya Doni yang mau menemani ku.." Jelas Jesslyn dengan nada rendah, namun masih bisa di dengar jelas oleh Hizam.

Hizam memicingkan matanya saat mendengar ucapan dari Jesslyn, ia lalu tersenyum mengejek. "Jadi hanya karena dia menemani mu di saat kau sedang terpuruk, sekarang kau menjadi budak untuk pria itu?" Tanya Hizam dengan anda dingin.

"Aku hanya ingin balas budi, lagi pula jika Doni marah. Itu semua pasti ada alasannya, dan aku yang membuatnya marah." Jelas Jesslyn yang tetap membela Doni.

Hizam menggelengkan kepalanya, "Sebaiknya kau harus lebih mencintai dirimu sendiri, kau boleh balas budi. Tapi harus sesuai dengan yang telah ia lakukan kepadamu, kau harus bisa membedakan namanya balas budi dengan menjadikan dirimu seorang budak." Jelas Hizam, pria itu lalu bangkit dan mengeluarkan dompet miliknya. Ia membayar makanya dengan Jesslyn.

"Ayo." Ajak Hizam seraya berjalan keluar rumah makan, di ikuti oleh Jesslyn yang berjalan di belakang Hizam.

Keduanya masuk ke dalam mobil, Hizam mengantarkan Jesslyn untuk pulang ke rumah. Sesampainya ke rumah, Jesslyn langsung di sambut oleh Citra yang memasang wajah panik karena Jesslyn sama sekali tidak bisa bisa di hubungi.

Citra lalu melirik ke arah Hizam, "Hizam, terimakasih kau mengantarkan Jesslyn pulang." Jelas Citra dengan senyuman tipis.

"Sama-sama nyonya, kalau begitu saja pulang dulu." jelas Hizam yang langsung pergi meninggalkan rumah tersebut.

Kini Citra langsung membawa Jesslyn masuk, ia langsung mengintrogasi wanita itu karena tidak ada kabar sama sekali.

"Kamu kemana aja, Jes?" Tanya Citra dengan wajah yang khawatir.

Jesslyn hanya diam dan tidak menjawab, ia lalu segera masuk ke dalam kamar tanpa menjelaskan kepada Citra.