Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Adakah Kesempatan Kedua?
Arumi akhirnya tertidur di dalam mobil. Gibran menggendong tubuh istrinya itu, dan meletakkan di tempat tidur.
Gibran membuka seluruh pakaian Arumi dan menggantinya dengan baju tidur. Setelah itu barulah Gibran ikutan tidur di samping Arumi.
Ia memeluk pinggang istrinya itu dan merapatkan tubuh Arumi.
Jangan pernah mabuk dan ke bar lagi, Arumi. Jika kamu menyakiti dirimu begini, aku akan semakin merasa bersalah. Membuat dirimu rusak. Kamu wanita baik, tak pantas ke sana. Kamu juga berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari diriku.
Arumi membuka matanya. Melihat wajah Gibran yang begitu dekat dengan wajahnya. Gibran tersenyum dan mengecup bibir istrinya.
"Jangan pernah mabuk lagi. Lagi pula tempat itu tak pantas buat wanita baik seperti kamu," ucap Gibran. Ia kembali mengecup bibir Arumi.
Arumi yang masih dalam pengaruh minuman keras, masih merasakan pusing dan bicara sedikit ngawur.
Ia mendorong wajah Gibran ketika suaminya itu akan mengecup dahinya.
"Apakah wanita itu juga sering kamu cium?" tanya Arumi.
"Kenapa kamu tanyakan itu."
"Kamu sering tidur dengannya dan melakukan hubungan?"
"Arumi, kamu yang pertama. Aku melakukan hubungan badan pertama kali denganmu. Aku bersumpah, tidak berbohong saat ini."
"Kenapa kamu nggak bisa mencintaiku?"
"Aku sedang belajar mencintaimu."
"Kamu sering bertemu dengannya?"
"Dulu, saat ini aku sudah jarang bertemu."
Arumi melepaskan pelukan suaminya dan tidur dengan memunggungi Gibran. Pria itu memeluk perut Arumi dan kembali mendekatkan tubuh mereka. Membuat tidak jarak.
"Aku menyayangi kamu. Apapun yang terbaik bagimu, aku akan mendukung. Jangan pernah menyakiti dirimu lagi. Jika kamu memang ingin kita berpisah, aku akan mengabulkan. Bukan karena aku yang ingin berpisah, tapi semua itu demi kebahagiaanmu."
"Apakah kamu tak bisa meninggalkan wanita itu demi aku?"
"Apa kamu ingin aku meninggalkan Joana?"
"Ah, sudahlah. Kepalaku pusing. Aku mau tidur."
Arumi mencoba memejamkan matanya. Akan tetapi tak bisa. Pelukan Gibran pada tubuhnya membuat ia terlena.
Arumi membalikkan tubuh menghadap suaminya. Ternyata Gibran sudah memejamkan matanya. Arumi mengecup bibir pria itu.
Wajah tampan suaminya tampak tenang. Gibran memang memiliki wajah yang sangat sempurna. Mungkin itu yang membut Arumi jatuh cinta sejak pertama bertemu dengan pria itu. Di tambah tutur kata yang lembut dan perhatian. Wanita mana yang tidak akan jatuh cinta.
Aku inginkan kamu. Aku sangat mencintaimu. Padahal aku tau cintamu bukan untukku, tapi aku tak bisa menepis perasaan ini. Apakah aku sebaiknya memberikan kamu kesempatan kedua?
Arumi mengusap wajah suaminya itu perlahan, ama mengecup bibirnya. Gibran yang terbangun, menyambut kecupan Arumi dan membalas dengan melu*m*at bibir tipis milik istrinya.
Ciuman yang awalnya lembut akhirnya sangat menuntut, mereka saling berpagutan.
Arumi terbuai dengan permainan lidah Gibran. Entah siapa yang memulai saat ini mereka telah berpelukan dengan tanpa sehelai benangpun di tubuh mereka.
Kejadiannya begitu cepat, mereka akhirnya mekakukan penyatuan tubuh. Setelah sama-sama mencapai puncaknya, Gibran turun dari tubuh istrinya itu. Ia mengecup bibir Arumi.
"Mandi ya. Biar tubuhmu segar. Kepalamu masih terasa pusing?" bisik Gibran di telinga Arumi.
"Sedikit ...."
Gibran bangun dari tidurnya dan langsung menggendong tubuh istrinya, ia membawa Arumi masuk ke kamar mandi.
Tubuh istrinya di masukan ke dalam bathtub dan menghidupkan air hangat. Gibran juga ikut masuk. Ia memangku tubuh Arumi di pahanya.
Gibran membasuh tubuh istrinya dengan telaten. Setelah sama-sama bersih, Gibran mengambil handuk dan memberikan pada Arumi.
Mereka keluar dari kamar mandi barengan. Arumi diminta duduk di depan meja rias. Gibran mengambil hair dryer dan mengeringkan rambut istrinya.
Gibran berlutut dihadapan istrinya itu sambil menggenggam tangannya.
"Arumi, apakah kamu mau memberikan aku kesempatan kedua?"
"Aku ingin kamu putuskan wanita itu sekarang juga."
"Baiklah, besok aku akan menemuinya dan memutuskan hubungan dengan wanita itu."
"Jika ternyata aku tau, Mas pernah melakukan hubungan badan, maaf aku nggak akan memberikan kamu kesempatan."
"Percayalah, Arumi. Aku nggak pernah melakukan hubungan badan dengannya."
"Buktikan dulu semua perkataanmu, agar aku bisa menentukan jalan yang akan aku ambil. Tetap bersama atau berpisah."
"Aku akan segera melakukan semua itu."
Gibran mengecup tangan istrinya itu. Ia memeluk pinggang Arumi dan membenamkan wajahnya di perutnya.
Bersambung
copy paste...😄
kok iso yo..
yg gk ketinggalan tuh sayur bayam ma bakwan jagung nya...
trs akhirnya copas skt jantung bawaan...bpknya kandung tuh ank gk mengakui jug ngasih dwt sesukanya.
tp yo wes ora popo...
nyong ttp syukak semua karya2 mu thor...
ttp syelalu sehat n sukses y thor👍