Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Diusir
Ojan menikmati wangi dan segarnya aroma tubuh Andah. Tiba-tiba gadis yang ada di atas tubuhnya itu bangkit melepaskan diri dari pelukannya.
Ojan ingin menahan, tetapi Andah melepaskan diri dengan sekuat tenaga. "Ojan mau lagi, tadi itu membuat Ojan melayang terbang ke atas awan."
Andah merapikan dirinya yang cukup berantakan dengan rambut yang masih basah. Dia tidak memiliki alat pengering rambut, hingga membiarkan rambut itu kering secara alami.
Dalam mata Ojan, Andah bagai bidadari yang ada pada sebuah komik atau anime yang pernah ia tonton. Namun, ia tidak tahu kapan membaca komik seperti itu. Hanya saja ia merasa yakin, pernah menonton yang seperti itu.
"Andaah, jangan pergi lagi ke sana ya?"
"Kamu ngomong apaan sih?" Andah menyisir rambut yang masih basah.
"Biar Ojan saja yang cari uang buat Andah. Hari ini kan Ojan mendapat upah yang cukup banyak. Jadi, mulai hari ini Andah tidak usah kerja di sana lagi ya?"
"Tapi—" Andah tidak jadi mengatakan masalah dia tengah terlilit hutang. Apalagi hutang tersebut untuk pengobatan dirinya beberapa waktu lalu.
"Uang yang kamu berikan tidak mencukupi kebutuhanku. Uang segitu hanya cukup untuk biaya hidup beberapa hari. Belum lagi biaya listrik, air, dan kebutuhan lain. Hah, sebenarnya aku ingin segera menyelesaikan kuliahku, hanya saja—"
"Andah kuliah?" Ojan menyela membesarkan mata.
"Kemarin sih." Lalu Andah menatap Ojan dengan menyipitkan matanya. "Emangnya kamu tahu apa itu kuliah? Kamu pura-pura amnesia kan?"
"Tadi ada yang punya mobil ngajak Ojan ngobrol. Katanya dia sedang kuliah. Lalu Ojan nanya tentang kuliah."
"Yang nanya itu cewek apa cowok?" Andah melipat kedua tangannya memasang wajah menyelidik.
"Cewek."
Andah tersentak semakin membesarkan mata. "Terus cantik apa jelek?"
"Dia kayak Andah, enak dilihat. Oh ya, Andah kan cantik, berarti dia juga cantik."
Kali ini, tangan yang tadinya terlipat di dada, berpindah posisi berada di pinggang. Dagunya menengadah ke atas menatap Ojan dengan sedikit tajam.
"Lebih cantik dia apa aku?"
Ojan mengusap dagu memejamkan matanya. "Sepertinya Andah lebih cantik."
Mata yang tadi mengerucut tiba-tiba berubah terbuka lebar dengan mulut menganga. Andah menepuk lengan Ojan dan terdengar tawa renyah keluar dari mulutnya. "Ah, kamu bisa aja." Andah kembali terkekeh.
Bagi Ojan, tepukan yang diberikan Andah tadi kekuatannya cukup besar, hingga dia mengusap lengan sembari meringis mengerutkan wajah.
"Ah, kamu mandi dulu! Udah sholat ashar belum?" tanya Andah dengan perasaan yang lebih ringan.
"Udah tadi sebelum pulang. Nah, kalau rajin sholat, Andah jangan kerja di tempat itu lagi yaaa?"
Andah tersentak dan rautnya berubah layu. "Jika saja ada pekerjaan lain yang cepat menghasilkan uang. Mungkin aku akan memilih ke sana."
Ojan menyadari dia telah salah berbicara. Lalu mengacak rambut Andah membuat gadis itu mengangkat kembali wajahnya yang tadinya tertekuk.
"Aku akan menemanimu lagi. Apa kamu lupa, aku ini seorang bodyguard?" Ojan memamerkan kembali otot-ototnya membuat Andah menutup mulut menyembunyikan senyum di baliknya.
"Mandi dulu sana! Aku akan menyiapkan semua."
*
*
*
"Kamu harus janji, tidak akan membuat keonaran seperti kemarin?!"
Ojan mengacungkan jempolnya melangkahkan kaki mengikuti Andah masuk ke dalam cafe itu.
"Ingat! Kamu harus tenang di sana!" Menunjuk pojok ruangan yang cukup jauh dari panggung tari tempat para penari sensual menunjukkan aksinya.
Ojan memasang wajah cemberut, tetapi tidak dipedulikan oleh Andah. Dia segera menuju ruang ganti untuk memakai kostum sebagai penari striptis, seperti yang lainnya.
Sementara di pojok ruangan, Ojan memperhatikan para pria yang mulai berdatangan. Ada yang datang dengan penampilan high class, bersama orang kepercayaan di belakang. Ada yang datang dengan penampilan biasa sendirian, ada juga yang bergerombolan bersama teman-temannya.
Ojan memperhatikan seringai yang menyungging di wajah para pria itu. Dia merasa marah sendiri karena tak rela jika Andah, istrinya harus ditonton dengan penampilan terbuka oleh orang sebanyak itu.
Debaran jantung Ojan semakin cepat, para pria itu semakin ramai memenuhi cafe mengelilingi panggung tempat di mana para penari akan tampil. Ojan mengepalkan tangan menggelengkan kepala.
Dia ingin bergerak menuju ruang ganti, tetapi dicegat oleh seseorang wanita yang memakai make up yang tebal.
"Saya dengar kamu disuruh menunggu di sini saja. Oleh sebab itu, kamu jangan beranjak barang satu inci pun!" ucap Mamih Lova.
Ojan kembali duduk di pojokan dengan menundukkan wajah.
"Kamu jangan mengacau lagi!" ancam Mamih Lova.
"Baik lah." gumam Ojan terus menatap lantai, yang memantulkan cahaya yang berkelap kelip lampu di aula yang sangat luas itu.
Andah telah menyelesaikan dandanannya. Malam ini dia menargetkan untuk mendapatkan uang yang banyak. Meski dia merasa sedikit canggung karena ada Ojan yang akan melihat penampilannya.
Sejenak Andah mengintip Ojan yang duduk berjongkok di sudut ruangan. Ojan tampak melirik ke kiri dan ke kanan melihat keadaan sekitar, tidak menyadari Andah sedang memperhatikannya sedari jauh.
Andah menghela nafas, lalu beranjak. Saat itu lah Ojan melihat keberadaan Andah. Mengejar Andah yang kembali menuju ruangan ganti.
"Andah! Andah! Andah!" Ojan mempercepat langkah mengejar masuk ke dalam ruangan ganti.
"Aaagghh!"
"Aaagghh!"
Teriakan dari para penari terdengar ketika melihat seseorang yang berada di pintu ruang ganti tersebut. Andah pun memutar kepalanya mendapati Ojan yang tepat berada di belakangnya tidak memedulikan teriakan yang bergema di sana.
"Kenapa kamu ada di sini? Ini ruang ganti perempuan!" Andah mendorong Ojan dengan kasar, keluar dari ruangan itu.
Andah menaikkan tangannya ke pinggang. "Kamu lihat itu!" Andah menunjuk lambah larangan masuk untuk kaum pria.
"Tapi, Ojan gak mau Andah dilihatin sama orang-orang itu." Ojan melirik kaum pria yang telah mengambil posisi di dekat panggung.
Andah kembali menghela nafas. Dia membuka kedua tangannya. "Ayo sini!"
Ojan melihat itu segera masuk memeluk Andah. "Tumben sekali Ojan dibolehin meluk? Biasanya kan Andah gak mau dekat-dekat sama Ojan?" celetuknya dengan lugu.
"Sekarang, kamu pulang saja." Andah bergumam pelan, nyaris tidak terdengar, apalagi suara musik di ruangan luas itu mulai bergema.
Ojan tidak beranjak sedikit pun malah semakin mempererat pelukannya. "Kalau Andah belum pulang, Ojan belum mau pulang."
Andah pun mendorong tubuh Ojan. "Pulang!"
Ojan menggelengkan kepala, kembali memeluk Andah. "Ojan mau nutupin tubuh Andah. Tidak boleh dilihat orang lain!"
Andah kembali mendorong Ojan. Kali ini lebih kuat lagi hingga membuat Ojan oleng hampir terjatuh. "Pergi!"
Ojan mendekati Ojan dan menarik tangan Andah. "Ayo kita pergi bersama!"
Andah menarik tangan Ojan yang menggenggam pergelangan tangannya.
"Bang Jerry!" Andah memanggil salah satu tim keamanan tempat itu.
Orang yang dipanggil mendekat. "Kenapa, Ndah?"
"Bawa orang ini keluar!"
"Baik!" Orang bernama Jerry itu mendorong Ojan dengan kasar.
"Andah? Andah?" wajah Ojan melongo tak percaya dengan apa yang baru saja ia dapatkan.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???