Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Annisa berjalan menuju kamar nya , ia tertawa melihat kepanikan teman - teman sekamar yang sedang mencarinya, Ustadzah Halimah hanya menggelengkan kepala nya lalu pergi menuju kamar nya untuk beristirahat.
"lah ? kamu dari mesjid ca?" Maulida bertanya saat Annisa telah sampai di depan kamar.
"iya , aku malah salaman sama kalian tadi , tapi kalian cuek dan pergi begitu saja " Annisa bicara seraya memasuki kamar di ikuti yang lain.
"ah aku lapar ,kapan sarapan nya yah?" tanya Annisa yang tak sabar menunggu sarapan.
"yaudah kalau begitu ayo kita masak"
Annisa yang sedang tiduran langsung terbangun setelah mendengar ucapan Wirda yang mengajak untuk memasak.
"jadi , kita masak sendiri?" tanya Annisa.
"jangan bilang kamu gak bisa masak?" Ningsih curiga Annisa tak bisa memasak ,secara Annisa adalah anak orang kaya , sudah pasti Annisa selalu di masakan pikir Ningsih.
"aku malah pengen masak sendiri ,asyik ! dimana masak nya?" Annisa yang jago dalam hal memasak justru semangat.
"di samping kamar , ayo ikutin aku ! " Ningsih mengajak Annisa untuk pergi ke tempat mereka memasak.
di pesantren ini ,tiap kamar harus memasak makanan mereka sendiri ,di samping kamar sudah di sediakan dapur tradisional, mereka harus menyalakan api sendiri menggunakan kayu bakar.
"wah gimana cara nyalain api nya?" Annisa kagum dengan apa yang ia lihat, Annisa sama sekali belum pernah memasak di dapur yang seperti ini.
"ah gampang sekali, lihat dan perhatikan" Ningsih yang memang ahli dalam menyalakan api mulai menunjukan keahlian nya , Ningsih mengambil plastik bekas snack lalu membakar nya , kemudian Ningsih menaruh kayu yang lebih kecil agar api tak mudah padam ,setelah api cukup besar barulah Ningsih menyusun kayu kering yang berukuran besar secara melingkar.
"ini tungku nya ! " Maulida membawa tungku besi yang biasa mereka pakai untuk perapian, di ikuti Arina dan Wirda yang membawa beras dan juga sayuran untuk mereka masak.
"terus , gimana cara masak nya? " tanya Annisa yang masih belum mengerti.
"tungku ini kita pasang dulu , tinggal ambil kuali nya deh " Maulida memasangkan tungku besi itu dan menaruh kuali di atas nya , api yang dibuat Ningsih cukup bagus , akhirnya mereka memasak bersama , namun karena Annisa yang ingin memasak ,ke empat orang lain nya hanya membantu.
Ningsih yang bertugas menjaga api agar tetap stabil, Arina yang memotong sayuran dan juga menyiapkan lauk, sementara Wirda dan Maulida akan bertugas sebagai pencicip makanan.
Mereka memang selalu seperti itu , kadang bergiliran untuk memasak ,kadang juga memasak bersama - sama.
Annisa menunjukan keahlian nya dalam mengolah makanan, kali ini Annisa memasak sop ayam dan juga tempe bacem, sembari memasak, Annisa melihat - lihat ke arah kamar yang lain ,sama seperti mereka ,yang lain juga tengah sibuk memasak, kekompakan dan rasa kekeluargaan memang diperlukan disini.
..
..
"Ica lagi apa yah?" tanya Anton kepada Mirna , Mirna tersenyum mendengar itu , sama seperti suaminya , Mirna juga khawatir dengan Annisa , namun Mirna harus merelakan Annisa agar Annisa berhasil dalam pendidikan nya.
"Ica pasti lagi seru - seruan di pesantren, iya kan pa?" ucap Mirna seraya bertanya kepada Andi yang tengah membaca koran agar Anton yang terlihat sangat khawatir menjadi tenang.
"iya gausah khawatir gitu lah , dia di pesantren jadi aman" jawab Andi singkat.
"kalau kita mau ngirim uang ke Annisa lewat mana dong pa?" tanya Anton yang berniat akan mengirimi Annisa uang jajan setiap bulan nya.
"gausah ! " Andi menjawab dengan tegas.
Anton bingung dan terdiam menatap papa nya yang masih membaca koran itu,sadar dengan Anton yang terdiam , Andi menyimpan koran nya dan mulai bicara.
"papa udah kasih Annisa uang yang banyak" ucap Andi singkat lagi ,lantas berjalan pergi meninggalkan Anton dan Mirna menuju kamar nya.
"selalu saja begitu kalau bahas Annisa" ucap Anton pelan pada Mirna, Mirna memeluk suami nya agar suami nya tenang.
"papa pasti udah mikirin soal bekal Annisa, kita tenang aja " ucap Mirna menenangkan Anton.
..
Andi mendudukan dirinya di atas kasur , Andi menelepon Aris ,anak keduanya itu tengah libur kuliah selama sepekan kedepan ,namun Aris sama sekali belum pulang.
"hallo Assalamu'alaikum Aris ? kapan pulang nak ,kan sudah libur" tanya Andi saat Aris sudah mengangkat telepon nya.
"wa'alaikumsalam pa , besok yah pa"
jawab Aris dengan suara nya yang serak dan pelan , membuat Andi khawatir dengan Aris.
"kamu sakit nak?"
Andi bertanya ,namun sambungan telepon nya terputus, Andi dengan cepat berlari keluar dari kamar nya untuk menghampiri Anton dan Mirna di ruang tv.
"Anton ! cepat ke kosan adik kamu yah , sepertinya dia lagi sakit ,udah libur tapi gak pulang - pulang " Andi memberi perintah kepada Anton.
"iya pa ,aku pergi dulu yah sayang , kamu istirahat aja yah ,kasian dedenya" Anton bergegas membawa kunci mobil nya untuk segera memeriksa kondisi Aris di kos - kosan nya , Anton meminta Mirna menunggu karena khawatir akan anak yang di kandung Mirna.
..
Anton tiba di kosan Aris , namun seolah tak ada tanda - tanda kehidupan disana ,suasana kos - kosan 4 lantai itu seolah sepi ,sama sekali tak terdengar suara apapun ,hanya terdengar suara dari token listrik yang sudah hampir habis.
Anton memencet bel bangunan itu.
Seorang security keluar dan menyambut Anton dengan ramah.
"ada keperluan apa pak? mau cari kamar ?" tanya security itu dengan ramah nya.
"maaf menganggu pak, adik saya ngekost disini ,namanya Aris pak ,saya ingin jenguk soalnya dia belum pulang ke rumah " ucap Anton mengutarakan tujuan nya datang ke tempat ini.
"loh , mas Aris bukan nya sudah libur dari kemarin yah , saya juga belum lihat mas bro Aris turun dari kemarin sore , mungkin masih di kamar nya pak ,mari saya antar" pak security mengantar Anton menuju kamar Aris di lantai tiga.
"ini kamarnya pak, silahkan" pak security menunjukan kamar Aris yang terlihat sepi ,seperti tak ada orang di dalam nya , ditambah suasana kostan yang memang sedang ditinggal penghuninya liburan.
"terimakasih pak" ucap Anton berterimakasih kepada pak security yang mengantar nya , Anton mengetuk kamar Aris namun tak ada respon , Anton mencoba membuka nya ,dan ternyata tidak di kunci , kamar Aris sangat gelap dan dingin karena AC yang dibiarkan menyala, Anton mencari saklar lampu dan betapa terkejut nya Anton saat melihat kondisi kamar Aris yang sangat berantakan.
"Aris !" Anton memanggil Aris , namun sepertinya Aris memang tak ada di kamar, Anton membuka balkon kamar Aris dan ternyata Aris sedang berdiri melamun dan bersandar di pagar balkon.
"Aris ! lu gila yah gue panggil gak ada nyaut " Anton menghampiri Aris.
"loh ? kakak kok ada disini ?" Aris sama sekali tak mendengar Anton yang memanggil nya.
"sekarang jelasin ke kakak ! ada masalah apa kamu" Anton memegang pundak Aris , Anton sudah paham pasti ada yang tidak beres dengan Aris , melihat kamar nya yang berantakan dan juga melihat Aris yang sama sekali tidak fokus dan terlihat sangat lelah , mata Aris merah tanda Aris kurang tidur,padahal saat hari terakhir bersama Annisa, Aris terlihat baik - baik saja.
Aris menunduk ,bingung harus menjawab apa.