Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Prapto langsung dengan cekatan turun dari atas meja ketika pintu berbunyi.
"Hampir saja" gumam nya dalam hati dengan wajah setengah tegang.
Sedangkan teman nya melirik kesal dengan perasaan was-was.
"Cepat !!" Perintah salah satu sipir sambil menggerakkan tangan nya sebagai isyarat supaya mereka segera keluar dari ruangan itu.
Di depan pintu ada tiga sipir penjara yang sudah menunggu, mereka masing-masing di kawal dua sipir di kanan kiri nya. Selama perjalanan ke kamar tahanan nya, ketika di luar tak henti-henti nya sepasang mata Prapto melirik kesana kemari mencoba mempelajari dan mengingat denah komplek penjara tersebut.
Klek klek,ngiiiiiit,,,,,Bug!
Begitu membuka pintu kamar tahanan nya, tangan mereka dengan kompak mendorong badan Prapto ke dalam kamar penjara hingga terjatuh.
Ngiiiiit,,brakkk,klek klek!
Mereka menutup pintu yang terbuat dari lempengan besi itu dengan kasar dan mengunci rapat.
Tok tok tok tok tok tok tok tok tok
Suara langkah sepatu pantofel mereka semakin menjauh dan hilang di telan kesunyian lorong penjara itu, yang panjang nya sampai 200 meter.
Prapto segera bergegas meneruskan membuat lubang pelarian. Ia bertekad harus bisa keluar dari penjara angker tersebut. Seperti nya senja mulai tiba, ia menghentikan aktivitas nya itu dan bergegas naik ke atas.
Rasa lelah dan lapar nya sudah tidak terbendung lagi. Dia langsung melahap makanan yang ada di piring seng yang sudah di sediakan semenjak tadi siang, seperti nya Prapto sudah mulai terbiasa makan makanan yang sudah tidak layak tersebut.
Dunggg...dunggg...dunggg...dunggg...dunggg...dunggg....
Bel jam menara di luar penjara berdengung enam kali, menunjukkan waktu malam segera tiba. Sedangkan di luar sana anjing-anjing penjaga saling menggonggong, entah sedang melihat apa anjing-anjing tersebut hingga tidak henti-henti nya menyalak.
Sementara di dalam kamar penjara, Prapto termenung sejenak, hanya lampu bholam 5 watt yang menjadi teman setia. nya setiap malam. Dia masih terngiang-ngiang dengan perkataan dari nara pidana yang ia temui tadi siang di ruang laundry.
"Ini bukan penjara, ini tempat pembantaian" gumam nya dalam hati dengan wajah tegang.
"Tak heran, di penjara ini banyak arwah-arwah penasaran gentayangan" sambung nya, dan masih duduk terdiam di atas ranjang tua yang karatan.
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Anjing-anjing di luar sana yang dari tadi menyalak, sudah tidak terdengar lagi gonggongan nya.
"Hiiiii huuuuu,laa laaaa,la la laaaaaaa " Tiba-tiba suara menggumam yang tidak jelas itu samar-samar terdengar dari ujung lorong.
Spontan ia beranjak dari tempat tidur nya dan menempelkan telinga kanan nya ke pintu besi kamar nya, untuk memastikan suara apa tadi yang sesaat masuk ke dalam gendang telinga nya.
"Hiiiii huuuuuu,laa laaaaaa,la laaaaaaa" suara menggumam itu semakin dekat menuju ke arah kamar nya
Ia sudah punya firasat tidak enak, karena hampir tiap malam dia di teror arwah-arwah penasaran. Spontan ia duduk mendekap di pojok kamar dengan selimut menutupi semua tubuh nya, dari kepala sampai kaki.
Wajah nya nampak berkeringat ketakutan, karena baru kali ini dalam hidup nya sering di datangi arwah-arwah penasaran. Tiba-tiba suara nyanyian menggumam itu berhenti di depan pintu kamar nya.