Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Fatal.
Anindya dan Kavindra yang sudah berada di dalam kamar dengan mereka berdua yang menaiki ranjang. Wajah Anindya terlihat menunggu sesuatu tetapi sang suami tampak santai saja.
"Kamu tidurlah, jika sudah mengantuk. Aku ingin mengecek pekerjaan sebentar lagi," ucap Kavindra yang ternyata belum ingin tidur.
"Bukankah tuan tadi mengatakan kalau sudah selesai bekerja," ucap Anindya.
"Kata selesai bekerja itu sangat banyak pengertiannya. Jadi jika masih ada waktu maka aku harus menyelesaikannya. Kamu istirahatlah," ucap Kavindra yang membuat Anindya menganggukkan kepala.
"Apa tuan begitu sangat sibuk sekali?" tanya Anindya.
"Kamu benar Anindya! Aku memang sangat sibuk. Makanya aku kaya. Karena orang yang tidak memiliki pekerjaan atau malas. Maka dia tidak akan pernah berkembang," jawab Kavindra.
"Kamu sekarang istirahatlah," ucap Kavindra lagi.
Anindya menganggukkan kepala dan langsung menarik selimut yang perlahan memejamkan mata. Walau tidur bersama sang suami, tetapi tetap saja ada perasaan gelisah dan entah apa itu yang membuat Anindya bingung.
Anindya merasa ada ekspetasi yang tidak seperti diharapkan yang sejak tadi wajahnya tampak kecewa.
Kavindra tetap melihat ponselnya dan melihat beberapa pria yang tampak terluka yang tergeletak di aspal. Kavindra melihat hal itu menghela nafas.
..."Tuan, orang-orang kita banyak yang terluka dan saya mendapatkan informasi beberapa dari mereka berhasil lolos penyeberangan dan kemungkinan akan tiba di Indonesia," Kavindra tampak serius membaca pesan dari anak buahnya....
"Sial!" umpatnya dengan pelan yang sangat hati-hati dalam berbicara, karena sangat takut sang istri bisa bangun.
"Apa-apaan ini," batin Kavindra.
Dratt-drattt-drattt.
Ponselnya bergetar dan ternyata panggilan itu dari Kusuma.
Kavindra menghela nafas dan langsung mengangkat.
..."Apa yang kau lakukan sampai kau tidak bisa mengatasi semua masalah ini," Kavindra langsung mendapatkan semburan....
..."Aku tidak mau tahu, membereskan semua masalah ini!" tegas Kusuma yang tampak begitu marah....
..."Baiklah!" hanya jawaban singkat itu saja yang diberikan Kavindra....
Karena mencoba untuk menjelaskan maka sangat tidak mungkin karena Anindya berada di sampingnya.
"Ada-ada saja yang terjadi. Itu artinya saat ini situasi benar-benar sangat tidak aman," batin Kavindra membuang nafas perlahan ke depan.
Kavindra yang tampak begitu frustasi meletakkan ponselnya di atas nakas dan akhirnya merebahkan dirinya.
Kavindra melihat ke arah Anindya yang selalu saja tidur begitu cantik membuat Kavindra tersenyum. Lengan kekar itu dimasukkan ke bawah leher Anindya yang membawa Anindya ke dalam pelukannya. Sehingga posisi Anindya yang sudah berada di dada bidang sama suami.
Kavindra juga mencium lembut kening Anindya dan tangannya mengusap-usap lembut tangan Anindya yang digenggam sejak tadi.
Kavindra sekarang sudah jauh terlihat lebih tenang dan tidak memikirkan masalahnya yang begitu banyak, mungkin keberadaan istrinya berada di sisinya. Dia cukup lama ke Luar Negri dan tidak mendengar ceramah Anindya dan juga tidak melihat wajah cantik yang menenangkan itu.
Karena jika untuk berkomunikasi Kavindra hanya mempertanyakan kepada pelayan dan tidak pernah secara langsung kepada Anindya.
Tiba-Tiba mata Anindya terbuka, terlihat senyum tulus di ujung bibirnya saat merasakan kehangatan dipelukan sang suami. Dia sama sekali tidak keberatan berada dipelukan itu dan sampai saat ini Kavindra belum mengetahui bahwa Anindya ternyata sudah bangun. Tetapi Anindya kembali tertidur di dalam pelukan sama suami.
*****
Anindya hari ini ke rumah orang tuanya yang pasti dia sudah meminta izin kepada sang suami dan kebetulan Anindya juga tidak mengajar hari ini. Anindya yang berada di ruang kerja sang Abi yang menunggu Abinya.
Anindya terlihat berjalan-jalan melihat foto-foto yang berada diatas meja.
Anindya tersenyum melihat foto sang ibu yang pasti masih dipajang di ruang kerja sang Abi. Tetapi tiba-tiba saja fokus Anindya beralih yang melihat map berwarna merah. Anindya hanya iseng saja melihat map tersebut dan membuka apa isinya.
"Kamu lama menunggu Abi?" sahut Abi yang membuat Anindya sedikit kaget dan menoleh ke belakang.
"Tidak, Abi," jawab Anindya dengan tersenyum.
Anindya menghampiri sang adik yang masih tetap memegang map tersebut dan mencium pemandangan abinya juga memeluknya.
"Bagaimana kabar kamu, Nak?" tanya Abi.
"Alhamdulillah Anindya baik-baik saja. Anindya juga membawakan Abi makanan," ucap Anindya yang memperlihatkan di atas meja.
"Alhamdulillah! Abi senang mendengarnya," jawab Abi yang memang melihat wajah sang putri tampak fresh dan seperti tidak ada beban yang dia pikirkan.
"Abi sudah sangat merindukan masakan kamu," Abi juga terlihat excited yang langsung duduk dan membuka makanan yang dibawakan Anindya. Anindya tersenyum melihatnya yang merasa bersyukur bisa sesekali berkunjung ke rumahnya untuk mengecek kesehatan sang Abi.
Anindya yang duduk menemani Abi makan, dia terus saja mengeluarkan senyum melihat Abi makan dengan lahap.
"Abi, Anindya melihat ini. Jadi hutang-hutang Abi sudah lunas," ucap Anindya yang akhirnya membahas masalah map itu.
Anindya cukup terkejut dan tidak pernah tahu. Kalau Kavindra ternyata sudah melunasi semua hutang sang Abi dan mereka tidak terlibat masalah hutang piutang lagi.
"Kamu bertanya seperti ini, seperti tidak mengetahui saja," sahut Abi.
Anindya menganggukan kepala yang memang jujur apa adanya.
"Kavindra bulan lalu datang ke rumah ini dan menandatangani surat pelunasan hutang. Dia hanya mengatakan itu saja. Abi pikir kalian sudah membahas ini," ucap Abi.
Anindya kembali menggelengkan kepala yang memang tidak mengetahui apapun.
"Jadi beliau sudah melunaskan hutang-hutang Abi. Tetapi kenapa dia tidak menyentuhku sampai saat ini. Bukankah itu yang dia inginkan sejak awal, bahkan di saat pernikahan dia juga mengatakan akan mendatangani pelunasan hutang jika dia sudah mendapatkan apa yang dia mau," batin Anindya yang benar-benar sangat tidak memahami Kavindra.
Tanpa pengetahuannya Kavindra sudah memberikan pernyataan dengan ditandatangani bahwa semua hutang-hutang itu sudah lunas. Tetapi Kavindra tidak mendapatkan apapun dari Anindya.
"Kamu sedang memikirkan apa Anindya?" tanya Kavindra.
Anindya menggelengkan kepala.
"Anindya, Abi melihat kamu sangat nyaman dengan pernikahan kamu. Abi berdoa semoga kamu selalu baik-baik saja dan dalam lindungan Allah," ucap Abi.
"Insyallah, Abi," jawab Anindya tersenyum. Dia masih saja memikirkan sang suami.
****
Kavindra yang baru saja pulang yang terlihat begitu lelah.
"Anindya sudah pulang?" tanyanya pada pelayan yang mengambil tasnya.
"Sudah tuan," jawab pelayan itu.
Kavindra menghela nafas dan melangkah menaiki anak tangga.
"Nona Anindya berada di ruang kerja tuan," ucap pelayan yang membuat Kavindra menghentikan langkahnya dan kembali membalikkan tubuh melihat Bibi.
"Kamu bilang apa?" tanya Kavindra.
"Nona Anindya mengatakan ingin membersihkan ruangan tuan. Karena melihat ruangan itu tidak pernah dibersihkan. Saya sudah melarang dan mengatakan tidak ada yang boleh masuk. Tetapi Nona Anindya tetap masuk," jawab pelayan itu tampak panik.
Kavindra juga terlihat panik yang langsung mempercepat langkahnya menaiki anak tangga dan memang benar Anindya yang berada di ruang kerja Kavindra dan entah apa yang dilakukannya di sana.
Dia bahkan membuka-buka dokumen di atas meja dan tiba-tiba saja jatuh foto dari dalam satu lembaran dokumen.
Anindya menoleh ke lantai melihat foto tersebut yang berbalik dan tidak dapat dilihat foto apa itu. Anindya yang tampak penasaran langsung berjongkok yang ingin mengambil foto tersebut dan belum sempat melihatnya foto tersebut sudah diinjak.
Bersambung......