Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 10
Suasana aula Klan Zhang semakin mencekam. Zhang Tian, kepala klan yang terkenal akan kehebatannya, perlahan berdiri dari kursinya. Tombak panjang berwarna hitam dengan pola-pola merah terang muncul di tangannya. Aura menakutkan terpancar darinya, membuat udara di sekitar terasa berat.
"Kalian berdua," perintah Zhang Tian kepada dua tetua yang berdiri di dekatnya, "jika aku gagal, pastikan pemuda ini tidak keluar dari sini hidup-hidup."
Dua tetua itu mengangguk tegas, meskipun mata mereka menyiratkan kegelisahan. Li Shen hanya tersenyum tipis.
"Akhirnya orang yang aku cari muncul juga," ucap Li Shen dengan nada santai. "Jangan khawatir, kalian tak akan punya kesempatan menyerangku. Zhang Tian akan mati di tanganku."
Zhang Tian tidak menjawab. Ia hanya menatap Li Shen dengan dingin, lalu melangkah maju. Setiap langkahnya menimbulkan getaran kecil, menunjukkan betapa berat auranya.
Pertarungan Dimulai....
"Tombak Badai Penghancur" Zhang Tian berteriak sambil melompat ke udara.
Tombaknya menyala dengan energi merah gelap, menciptakan gelombang energi berbentuk gelombang ombak besar yang meluncur ke arah Li Shen dengan kecepatan tinggi.
Li Shen bergerak dengan cepat, menghindar ke samping sebelum ombak energi menghantam lantai, menciptakan ledakan besar yang menghancurkan bagian aula lebih jauh.
"Pedang Ilahi Penghancur!" Li Shen balas menyerang.
Gelombang energi berbentuk pedang besar melesat ke arah Zhang Tian, namun Zhang Tian dengan gesit memutar tombaknya, membelah serangan itu menjadi dua.
"Kau kuat, tapi ini belum cukup!" seru Zhang Tian.
Zhang Tian meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, tombaknya menyerang bertubi-tubi. Setiap serangan menciptakan bayangan tombak yang tampak seperti ratusan serangan sekaligus.
"Bayangan Tombak Bertubi-tubi!"
Li Shen mengangkat pedangnya, memutar tubuh dengan cepat, menciptakan perisai energi yang memblokir sebagian besar serangan. Namun, beberapa serangan masih berhasil menembus dan membuat luka kecil di tubuhnya.
Pertarungan berlangsung sengit, dengan kedua belah pihak saling bertukar serangan dahsyat. Lantai aula semakin hancur, dinding penuh retakan, dan udara dipenuhi debu serta energi spiritual.
Li Shen memanfaatkan kekuatan fisiknya yang unggul, mendekati Zhang Tian dalam jarak dekat dan meluncurkan serangan-serangan mematikan. Namun, Zhang Tian terus bertahan dengan teknik tombaknya yang luar biasa.
"Tarian Tombak Api!" Zhang Tian berteriak.
Tombaknya berputar dengan kecepatan tinggi, menciptakan pusaran energi merah yang menyelimuti tubuhnya. Pusaran itu menyerang Li Shen dengan kekuatan dahsyat, mendorongnya mundur beberapa langkah.
Li Shen menggertakkan gigi, memusatkan energi spiritualnya ke pedangnya. Ia melangkah maju, aura kehancuran menyelimuti dirinya.
"Pedang Penghancur: Wujud Akhir!"
Li Shen meluncurkan serangan penuh kekuatan, pedangnya menebas dengan energi yang cukup untuk menghancurkan segala sesuatu di jalurnya.
"BOOOMM!!"
Serangan itu menghantam pusaran energi Zhang Tian, menciptakan ledakan besar yang mengguncang seluruh aula. Ketika debu mereda, Zhang Tian tampak terdorong mundur, tubuhnya penuh luka. Namun, ia masih berdiri.
"Kau kuat, tapi ini adalah akhir untukmu!" teriak Zhang Tian dengan suara parau.
Ia mengerahkan seluruh energinya ke tombaknya, menciptakan serangan terakhir.
"Tombak Penghancur!"
Tombaknya bersinar merah terang, meluncur ke arah Li Shen dengan kecepatan luar biasa.
Namun, Li Shen tetap tenang. Ia mengarahkan pedangnya ke tombak itu dan mengerahkan semua energinya ke satu serangan terakhir.
"Teknik Pedang Ilahi: Wujud Akhir!"
"DUAAARRRR!!"
Gelombang energi berbentuk pedang raksasa bertemu dengan tombak Zhang Tian, menciptakan ledakan yang mengguncang seluruh aula.
Ketika ledakan itu mereda, Zhang Tian tampak berdiri terpaku. Darah mengalir dari dadanya, tempat pedang Li Shen telah menusuk dengan tepat.
"K-Kau... monster..." bisik Zhang Tian sebelum tubuhnya roboh ke tanah, tak bernyawa.
Li Shen menarik napas panjang, mengangkat pedangnya yang berlumuran darah. Ia menatap dua tetua yang masih berdiri di sudut aula, tubuh mereka gemetar.
"Siapa berikutnya?" ujar Li Shen dengan suara dingin.
..........
Aula utama Klan Zhang yang telah porak-poranda kini semakin mencekam. Zhang Tian telah tewas di tangan Li Shen, dan dua tetua yang berdiri di sudut aula saling bertukar pandang, wajah mereka dipenuhi amarah dan rasa takut.
"Anak muda! Kau akan membayar dengan nyawamu atas apa yang kau lakukan pada kepala klan kami!" salah satu tetua berteriak, sembari menghunus tombak panjangnya yang berkilauan dengan energi merah.
Tetua lainnya mengikuti, mengarahkan tombaknya dengan tenang, namun aura yang terpancar darinya tak kalah menakutkan.
Li Shen yang berdiri dengan tubuh penuh luka hanya menyeringai. "Dua lawan satu? Itu tidak adil... untuk kalian."
Pertarungan Dimulai...
Kedua tetua menyerang bersamaan, tombak mereka menciptakan bayangan yang menutupi seluruh ruangan. Serangan itu begitu cepat dan bertenaga, membuat udara seolah terbelah.
"Bayangan Serangan Tombak!"
Li Shen melompat ke belakang, menghindari hujan serangan yang menghancurkan lantai di tempat ia berdiri. Namun, salah satu tetua muncul dari samping, tombaknya meluncur ke arah tubuh Li Shen dengan presisi mematikan.
"Bang!!"
Li Shen berhasil menangkis dengan pedangnya, tetapi benturan itu membuat lengannya terasa mati rasa. Sebelum ia sempat bernapas lega, tetua lainnya sudah menyerang dari atas, tombaknya berkilauan dengan energi merah yang pekat.
"Tombak Api!"
Serangan itu menghantam dengan kekuatan luar biasa, membuat Li Shen terlempar menabrak salah satu pilar aula yang langsung runtuh.
"Hah... kalian cukup kuat juga," ucap Li Shen sambil bangkit, darah mengalir dari sudut bibirnya. "Tapi aku belum selesai!"
Li Shen memusatkan energinya, aura kehancuran yang pekat kembali menyelimuti tubuhnya. Ia menggenggam pedangnya yang sudah retak, memutuskan untuk mengerahkan seluruh sisa kekuatannya.
"Teknik Pedang: Pedang Ganda!"
Dengan satu tebasan kuat, ia menciptakan dua gelombang energi berbentuk pedang besar yang melesat ke arah kedua tetua.
Tetua pertama menangkis dengan memutar tombaknya, menciptakan perisai energi merah. Namun, gelombang pedang itu terlalu kuat, mendorongnya mundur hingga ia menabrak dinding.
Tetua kedua mencoba menyerang balik dengan menusukkan tombaknya ke tengah serangan Li Shen. Namun, serangan itu hanya membuat gelombang energi Li Shen meledak, menghancurkan sebagian lantai aula.
Pertarungan terus berlangsung sengit. Serangan demi serangan menghancurkan pilar-pilar dan dinding aula. Atap bangunan mulai runtuh, dan debu memenuhi udara.
Tetua pertama mencoba menyerang dari belakang, namun Li Shen dengan cepat berbalik dan menangkis tombak itu dengan pedangnya yang hampir patah. Dengan kekuatan penuh, ia meluncurkan tendangan yang menghantam perut tetua tersebut, membuatnya terlempar ke reruntuhan.
"Huaarrghh!" Tetua kedua menyerang dari samping, tombaknya menembus udara dengan kekuatan penuh.
Li Shen memutar tubuhnya, menghindari serangan itu dengan nyaris, lalu menebas balik dengan pedangnya. Tebasan itu mengenai bahu tetua kedua, membuat darah menyembur deras.
Li Shen memusatkan energi terakhirnya ke pedang yang sudah hampir hancur. Dengan satu lompatan, ia mengarahkan serangan terakhir ke arah kedua tetua yang berdiri berdekatan.
"Teknik Pedang Ilahi: Wujud Kehancuran!"
Tebasan itu menciptakan gelombang energi besar yang langsung menghancurkan lantai tempat kedua tetua berdiri. Ledakan dahsyat terjadi, membuat bangunan utama klan runtuh sepenuhnya.
Ketika debu mereda, Li Shen berdiri di tengah reruntuhan, tubuhnya penuh luka, pakaian compang-camping, dan pedangnya hancur berkeping-keping. Di hadapannya, kedua tetua Klan Zhang tergeletak tak bernyawa.
Dengan napas berat, Li Shen berjalan keluar dari reruntuhan, darah menetes dari tubuhnya ke tanah. Ia menatap sisa-sisa kehancuran Klan Zhang dengan dingin.
"Dasar klan kecil... berani sekali menantangku," ucapnya dengan suara rendah namun penuh ancaman.
Senja mulai turun, langit berubah menjadi jingga, dan reruntuhan Klan Zhang kini hening, hanya menyisakan bayangan kehancuran. Li Shen berjalan perlahan di antara puing-puing, napasnya masih berat, tapi matanya tetap tajam, mencari sesuatu yang berguna.
Saat melangkah melewati aula utama yang sudah hancur, ia menemukan sebuah kotak kayu kecil yang terselip di antara reruntuhan. Membukanya dengan hati-hati, ia menemukan tumpukan uang koin emas yang cukup banyak.
"Setidaknya klan kecil ini punya tabungan," gumamnya sambil memasukkan uang itu ke kantong penyimpanannya.
Melanjutkan pencariannya, Li Shen menemukan sebuah botol kecil yang terbuat dari giok kuning. Saat ia membukanya, aroma energi spiritual yang segar langsung tercium.
"Pil pemulihan energi, sepertinya cukup langka," ucapnya sambil tersenyum tipis. Ia tahu pil ini akan sangat membantunya di perjalanan nanti.
Namun yang membuatnya terhenti adalah ketika ia menemukan sebuah pedang yang tersandar di sudut ruangan tersembunyi. Pedang itu terlihat berbeda—bilahnya berwarna perak kebiruan, dengan ukiran naga kecil yang terukir di gagangnya.
Li Shen mengangkat pedang itu, merasakan aura yang kuat tapi stabil mengalir dari senjata tersebut.
"Pedang? Klan Zhang terkenal dengan seni tombak mereka, tapi kenapa ada pedang sebagus ini di sini?" pikirnya sambil mengamati lebih dekat.
Ia mengayunkan pedang itu perlahan, dan suara angin yang dihasilkan membuatnya tersenyum.
"Hmph, pedang ini jauh lebih baik dari pedangku yang hancur. Sepertinya aku menemukan sesuatu yang berharga di sini," ucapnya sambil menyarungkan pedang itu ke pinggangnya.
Setelah memastikan tidak ada lagi yang bisa diambil, Li Shen duduk sejenak di dekat reruntuhan, mencoba memulihkan tenaganya. Dengan tubuh yang masih terluka, ia menelan salah satu pil kuning yang baru saja ia temukan.
Dalam beberapa saat, energi segar mulai mengalir di tubuhnya, meski luka-lukanya belum sepenuhnya sembuh.
"Waktunya pergi sebelum ada yang datang mencariku," gumamnya sambil berdiri dan menatap langit malam yang mulai gelap.
Dengan pedang baru di pinggangnya dan kantong yang penuh harta rampasan, Li Shen melangkah meninggalkan reruntuhan Klan Zhang. Meskipun tubuhnya penuh luka dan rasa lelah, langkahnya tetap mantap, siap menghadapi tantangan berikutnya.
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca