Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Melihat Agnes yang hilang seribu bahasa untuk bersuara, membuat Feliks angkat bicara.
“Michael, Kau tidak pengerti pembicaraan Kami ? Terhitung lima minggu lagi sebelum Agnes menjadi Istri orang lain. Jadi, apa arti dari pernyataan Mu barusan ? Apa Kau ingin terang-terangan menjadi Pebinor?”
“Mereka belum Sah di mata hukum dan belum di berkati Tuhan. Aku masih memiliki peluang di sini, Ayah.”
“Hem... Ibu rasa perkataan Michael ada benarnya, Sayang. Di tambah ini pertunangan yang tidak ada landasan cinta atau keinginan kuat dari dua pihak untuk bersama. Jadi, tidak ada salahnya mencoba, bukan ?”
“Terimakasih Ibu, Aku akan berjuang sekeras mungkin.” Michael menunduk pelan, menghargai dukungan sang Ibu.
“Ayah akan mengikuti pendapat Ibu Mu. Toh kalau sejak awal Kalian di takdir kan untuk bersama, Kalian akan menemui jalan agar dapat bersatu. Jika menemui kendala, gunakan segala yang Kau punya. Kau diijinkan untuk memakai apapun dari keluarga Lecllair, Michael.”
“Uhukk.. Dari pada itu, bagaimana dengan pendapat Kak Agnes ? Dia adalah orang yang ditarik paksa didalam topik ini.” Tutur Brigida ikut deg-degan.
“Ini dia. Pendapat ini yang ingin Aku dengar.” Cetus Agnes di dalam batinnya. Kemudian menyuarakan pendapat untuk didengar “Ku rasa itu agak sulit. Lebih baik Tuan Michael Lecllair mendekati wanita lain saja.”
“Aku tidak mau!”
Jawaban Michael berhasil membuat Agnes menautkan alis. Apa-apaan sikap keras kepala di hadapan keluarga nya ini? Agnes jadi tidak bisa menyindirnya sesuka hati seperti di Perpustakaan karena ada di hadapan Feliks dan Theresia. Nafasnya sempat di tarik panjang-panjang beberapa kali untuk menebalkan kesabaran.
“Tuan Michael Lecllair, Aku sungguh tidak bisa menjamin bisa membalas perasaan Mu kelak.”
“Tidak ada tuntutan untuk membalas Ku, Agnes. Kau layak mendapatkan cinta tanpa harus merasa terbebani.”
“Pendapat Ku tidak berubah. Tuan Michael Lecllair, Kau bisa—“
“Woo.. Woo.. Wooo.. Ayah rasa Kalian bisa membicarakan ini sehabis makan siang. Agnes punya waktu dua jam lebih sebelum mengajar bukan ? Gunakan waktu itu untuk berbicara. Jangan rusak momen saat ini.”
“Benar kata Ayah Mu, Michael. Karena jika pembahasan ini berlanjut, ibu yakin Kalian akan berujung pada pertengkaran. Tidak baik memulai sesuatu dengan kepala yang panas.”
“Baik Ibu.”
“Baik Nyonya Theresia.”
Makan siang kembali dilanjutkan. Theresia dan Feliks kembali membuka topik yang lain, meninggalkan yang lalu menjadi urusan Michel dan Agnes.
Brigida masih diam di tempatnya dengan tatapan yang masih setia membola. Orang Dewasa sungguh mengerikan. Mereka membuka topik pembicaraan yang terletak di ujung jurang, dan kembali bersikap seolah tidak ada topik bermasalah yang terjadi beberapa detik lalu.
Agnes menyodorkan segelas air putih dan bersuara dengan volume kecil, mirip dengan bisikan. “ Minumlah. Terimakasih atas pertolongan yang tadi, dan percakapan yang terjadi beberapa saat yang lalu jangan di masukkan ke dalam hati dan pikiran. Itu bukan ranah Mu, dan belum saat nya Kamu berkecimpung dalam topik itu. Nikmati saja masa remaja Mu tanpa harus memikirkan sudut pandang orang dewasa. Itu sungguh menyesakkan, percayalah.”
Brigida menciptakan lengkungan senyum di wajah usai mendengar perkataan Agnes barusan. Kemudian Dia balas bersuara “Terimakasih atas saran nya. Akan ku nikmati masa Remaja Ku dengan hal-hal baik.”
“Anak pintar.”
...*** ...
Setelah makan siang berakhir, Michael tidak langsung menghampiri Agnes. Dia biarkan Agnes menghabiskan waktu di perpustakaan selama satu jam karena berkutat dengan Ipad untuk menuntaskan beberapa pekerjaan. Ada baiknya membiarkan makanan yang masuk terolah dengan lancar untuk mencegah mules yang bisa saja terjadi saat Mereka mendarat pada topik penting.
Tok tok tok
Michael mengetuk pintu perpustakaan yang langsung menarik atensi Agnes.
“Apa Kita bisa bicara sekarang ?” Tuturnya berjalan mendekat.
“Tentu, Tuan Lecllair” Jawab Agnes dan langsung mematikan layar Ipad usai menyimpan dokumen.
Michael memoles senyum di wajah, karena setidaknya Agnes tidak kaku atau terlihat canggung. “Mau Ice Cream ?” Tawar Michael sambil memberikan satu pada Agnes.
“?” Agnes menerima dalam diam, namun matanya tersirat tanda tanya.
Michael ikut mendaratkan tubuhnya di atas kursi, tepat di sebelah Agnes dan angkat suara “Ibu bilang lebih baik memulai percakapan dengan kepala yang tidak panas. Jadi ada baiknya sambil makan ice cream kan?”
“Hahaha, boleh juga pemikiran Mu, Tuan Lecllair.” Ucap Agnes terkekeh pelan dan sudah membuka tutupan Ice cream.
Michael menatap Agnes, kemudian bersuara. Tidak perlu basa-basi, Michael langsung pada inti percakapan yang berkaitan dengan makan siang tadi.
“Aku akan tetap melakukan apapun untuk mendapatkan Mu.”
“Tuan Lecllair—“
“Panggil Michael saja.”
Agnes mengangguk pelan kemudian bersuara, “Baiklah Tuan Michael. Jujur saja, tidak bisa. Aku tidak suka Kau melewati batas yang tidak seharusnya.”
“Tapi ijinkan Aku untuk mendekati Mu. Tak apa jika terus Kau tolak, asalkan ijinkan Aku untuk melakukan apapun untuk Mu.”
“Itu susah, Tuan Michael. Aku dalam fase tidak menerima orang baru. Untuk saat ini, Aku hanya ingin fokus pada kebebasan. Aku sedang berburu kebebasan yang ku damba sejak dulu, karena Aku pantas untuk mendapatkan hal yang Ku inginkan. Tolong jangan melewati batas, dan cari saja wanita lain. Anda memiliki latar belakang keluarga yang luar biasa hampir sempurna, Anda dikaruniai wajah yang tampan, tubuh yang bagus dan karakter yang tidak di temukan pada kebanyakan Pria saat ini. Banyak wanita yang sangat cocok untuk Mu diluar sana.”
Michael menelan ice cream yang bertengger di dalam mulut. Mengalihkan atensi pada Agnes yang dengan sangat yakin menatap Michael tanpa perasaan apapun.
“Kenapa Kau mendorong Ku sejauh ini ?”
“Karena memang seharusnya begitu. Aku... Tidak pantas untuk Mu.” Kemudian Agnes lanjut bertutur di dalam batin “Aku di peluk masa lalu yang sangat kotor dan menjijikkan! Aku hanya akan mengotori keluarga Mu.”
“Atas dasar apa Kau menarik kesimpulan bahwa Kau tidak pantas untuk Ku ?”
“...” Agnes terdiam. Hazel eyes nya terlihat menerawang, kembali mendapat kilasan masa lalu yang mengerikan dan sangat kotor.
Michael tau Agnes sedang tenggelam dalam lautan pikiran. Dan pasti memiliki hubungan dengan perkataan yang terlontar beberapa saat sebelumnya. Maka Michael pun kembali bersuara.
“Aku menginginkan Mu, Agnes. Tolong, ijinkan Aku untuk mendekati Mu.”
Tangan berotot dan gagah milik Michael bertengger di kursi. Tidak ada sedikitpun niat untuk menyentuh Agnes, bahkan sehelai rambut pun. Dia menghormati batasan yang Agnes bagun.
Agnes menghela nafas pelan. Michael Lecllair sangat keras kepala. Satu pemikiran pun mendarat didalam benak. Agnes menurunkan kedua tangannya kemudian mendarat di atas pangkuan, dan membalas atensi Michael yang penuh akan keseriusan. Tidak ada bau-bau kebohongan yang menyebar.
“Mau mendengarkan pendapatku, Tuan Michael ?”
“Tentu. Kau bebas untuk bersuara tentang apapun.”
Atensi Mereka kembali beradu. Mata Hazel milik Agnes dan Mata Ocean milik Michael seolah tengah beradu milik siapa yang lebih indah.
Michael menaikkan kantung mata bawah dan membuat Netra nya tertutup sebagian. Tatapan nya teduh memandang Hazel eyes milik Agnes. Dia sadar bahwa Dia menyukai Bola mata dengan warna Hazel. Entah Dia menyukai Hazel eyes karena warnanya, atau karena Agnes lah yang memiliki warna itu saat ini.
Singkat, hanya 0,1 detik Agnes merasakan jantungnya berdetak cepat. Walau sesingkat itu, Ocean eyes dihadapannya ini sungguh sangat berbahaya. Bagaimana jika dia berhasil menenggelamkan Agnes ke dalam lautan yang dalam dan menyesakkan dada ? Apa Agnes siap untuk merasakan hal itu ?
“Seluruh hidup Ku saat ini bertumpu pada Tuhan. Aku percaya bahwa semua nya akan Tuhan seleksi untukku. Dia sangat mengenal manusia ciptaannya, jadi mau bertaruh Tuan Michael ?”
“Tentang apa ?”
“Kuijinkan Kau mendekati Ku. Jika memang Tuhan berkehendak, Anda pasti bisa bertahan dan Aku pasti akan membuka hati. Jika tidak, Anda akan menjauh dan Aku akan menerima fakta bahwa memang ini jalan yang Tuhan tetapkan untukku. Bagaimana ? Kau keberatan ?”
“Tidak sama sekali. Terimakasih telah memberi ijin.” Kini Michael menggerakkan tangannya dan mengangkat beberapa helai rambut Agnes, kemudian mencium nya dengan lembut. “Aku tidak memiliki Iman yang kuat seperti Mu. Aku akan kembali memperkuat Iman, agar Aku pantas dan layak berdiri di sisi Mu. Lantas, apa Kau bisa membantu Ku ?”
Agnes menggeleng pelan, kemudian angkat suara “Aku tidak bisa membantu. Aku juga masih dalam proses memperkuat Iman Ku. Jadi, mau belajar bersama ?”
“Tentu. Dengan senang hati Aku menyetujui hal ini.” Tutur Michael dan menyunggingkan senyum di wajah tampannya.
Bunyi Jarum jam yang terus berdetak memenuhi ruang perpustakaan. Dia menjadi alunan musik bagi Michael yang masih memegang helaian rambut Agnes dan memandanginya dengan tatapan teduh. Sedangkan Agnes tersenyum. Mengira-ngira berapa lama Dia akan bertahan dan tidak tenggelam dalam Ocean eyes yang Michael miliki. Walaupun jujur, rasa takut mulai menguasai benak Agnes tentang masa lalu mengerikan nan kotor itu akan diketahui oleh Michael cepat atau lambat.
Setelah percakapan itu, Agnes kembali mengajar Brigida tanpa kekurangan apapun. Semuanya berjalan seperti biasanya. Saat pulang, Michael sudah menunggu Agnes di lantai bawah dengan kunci mobil di tangan.
“Aku akan mengantar Mu.”
“Baiklah. Terimakasih.”
Kepergian Michael dan Agnes membuat Feliks, Theresia dan Brigida dibanjiri kebahagiaan. Turut merasa senang Michael berhasil mendapatkan kesempatan untuk mendekati Agnes.
Sedangkan disisi lain, di saat yang bersamaan, Laras tengah duduk didalam toilet Apartemen dengan Mata yang membola. Satu tangan menutup mulut dan satu lainnya memegang alat test pack atau tespek. Tertera dua garis di alat yang Dia pegang itu.
...*** ...
Jangan lupa like dan komen ya. Thank you so much Darling~♡