Jangan lupa follow Instagram author ya : @elaretaa
Hidup Kiara digunakan hanya untuk bekerja dan bekerja menghasilkan uang untuk orangtuanya yang begitu kejam pada Kiara, tidak ada tempat mengadu hingga sang sahabat memintanya untuk bertemu dan saling melepas rindu karena lama tidak bertemu.
Niat awal yang ingin bertamu itu justru membuat hidup Kiara berubah, karena salah paham yang terjadi dimana Kiara tidur bersama Rafa Kakak dari sahabatnya dan membuat keluarga sang sahabat meminta agar Kiara dan Rafa menikah padahal Kiara tidak mengenal pria tersebut dan Kiara juga tidak tau bagaimana ia bisa berada di kamar Rafa dan tidur dengannya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa yang akan terjadi pada Kiara?
Kenapa Kiara bisa ada di ranjang tersebut bersama Rafa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Rafa
Sore harinya, Rafa sudah pulang dan saat ini tengah membersihkan tubuhnya. Sedangkan, Kiara berada di dalam kamar dan menunggu Rafa keluar dari dalam kamar mandi untuk membahas mengenai Kiara yang ingin bekerja.
Tak butuh waktu lama, Rafa sudah keluar dengan pakaian santai yang semakin menambah aura ketampanan Rafa.
"Aku dengar kamu keluar tadi?" tanya Rafa.
"Iya, Kak. A-aku juga udah bilang Kak Rafa kan kalau aku keluar," ucap Kiara.
"Terus apa jawabku?" tanya Rafa.
"Maaf Kak, aku perginya saat Kak Rafa belum balas pesanku," ucap Kiara.
Kiara semakin menunduk takut, bahkan niat awalnya yang ingin membahas mengenai pekerjaan yang ditawarkan padanya pun seketika hilang karena rasa takut.
"Lain kali, tunggu dulu. Kecuali dalam keadaan darurat, memangnya kemana tadi?" tanya Rafa.
"Kak," panggil Kiara.
"Hem," jawab Rafa yang duduk di sofa dan membuka laptopnya.
"Kalau aku kerja gimana?" tanya Kiara.
Rafa yang mendengar hal itupun pantas mengalihkan pandanganya pada Kiara, "Aku gak akan miskin walau kamu gak kerja bahkan kamu masih bisa hidup nyaman, jadi buat apa kamu kerja," ucap Rafa.
"A-aku tau, Kak. Tapi, aku dari dulu udah terbiasa kerja dan sekarang gak kerja jadi kurang nyaman aja Kak," ucap Kiara.
"Jadi kamu tadi keluar untuk cari kerjaan?" tanya Rafa.
"I-iya, Kak. Tadi juga ada yang nawarin aku kerja dan sekarang aku bilang ke Kak Rafa," ucap Kiara.
"Huh, kerja apa?" tanya Rafa.
"Se-sebenarnya tadi ada yang nawarin aku kerja jadi tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan Kak soalnya perusahaannya lagi butuh pegawai," ucap Kiara yang tentu saja mengejutkan bagi Rafa.
"Gak, aku gak setuju. Kamu gak boleh kerja, kamu cukup di rumah aja gak usah kemana-mana," ucap Rafa.
"Ta-tapi, Kak. Aku gak enak kalau di rumah terus," ucap Kiara.
"Lama kelamaan juga bakal terbiasa," ucap Rafa
"Tapi, Kak. Aku juga pengen kerja," ucap Kiara.
"Kalau gitu cari kerjaan yang lain," ucap Rafa.
"Ga-gabisa Kak, aku cuma lulusan SMP dan gak mungkin ada pekerjaan lain," ucap Kiara.
"Huh, kalau gitu cari yang lain. Aku gak bakal izinin kamu kerja seperti itu," ucap Rafa.
"Tapi, Kak. Aku dari dulu emang udah kerja kayak gitu, aku gak masalah kok. Aku bahkan sering bersih-bersih jalanan atau perusahaan," ucap Kiara.
"Ya itu kan dulu, sekarang kamu sudah menikah. Kamu tanggung jawabku dan aku gak bakal biarkan kamu kerja kasar kayak gitu," ucap Rafa.
"Kak Rafa malu ya kalau aku kerja kayak gitu, aku beneran gapapa, aku biasa kerja kasar," ucap Kiara.
"Aku mau pembahasan ini yang terakhir ya, aku tetap gak izinin kamu kerja," ucap Rafa.
"Tapi, Kak. Aku harus mandiri, aku harus kerja, aku harus siap apapun yang terjadi dengan kita nantinya," ucap Kiara.
Rafa yang awalnya fokus pada laptopnya langsung menatap Kiara ayang duduk di atas ranjang, Rafa pun berdiri dan mendekati Kiara.
"Apa maksudmu?" tanya Rafa.
"Kita menikah karena terpaksa, tidak ada rasa cinta antara kita. Jadi, gak menutup kemungkinan kalau kita nantinya akan berpisah Kak, karena itu aku juga harus mandiri dan bekerja buat menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang ada nanti, Kak," ucap Kiara.
Setelah mendengar hal itu, raut wajah Rafa berubah menjadi menakutkan hingga Kiara yang melihatnya begitu takut.
"Apa kamu menyimpulkan semuanya sendiri, aku hanya akan menikah sekali seumur hidup, entah kamu suka atau tidak," ucap Rafa.
"Jadi, aku boleh kerja?" tanya Kiara.
"Kamu tidak mengerti ucapanku?" tanya Rafa dan Kiara menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak mengizinkanmu bekerja," ucap Rafa.
"Tapi, Kak. Aku gak bisa kali gak kerja Kak, kali kita pisah nanti aku gimana," ucap Kiara.
Rafa yang kembali mendengar ucapan Kiara pun mulai tersulut emosi, "Sudah kubilang kalau aku hanya kan menikah sekali seumur hidup, jadi jangan pernah katakan apapun tentang itu," ucap Rafa.
"Aku hanya mengingatkan Kak Rafa tentang hubungan kita," ucap Kiara.
"Huh, atau kamu yang memang ingin pisah dan menikah dengan pria lain, siapa bajing*n itu?" Rafa benar-benar emosi bahkan suaranya mulai meninggi.
"Kalau kamu mau kerja terserah, aku gak peduli. Kerja aja sana!" bentak Rafa.
Kiara yang mendengar kemarahan Rafa pun begitu takut bahkan Mama Natasha yang berada di luar pun terkejut mendengar bentakan Rafa lalu tanpa bas basi Mama Natasha masuk ke dalam kamar dan melihat Rafa yang masih berada di hadapan Kiara.
"Rafa, kamu kenapa marah-marah gitu?" tanya Mama Natasha yang khawatir dengan keadaan Kiara.
"Mama urus menantu Mama ini," ucap Rafa lalu keluar dari kamarnya.
"Sayang," panggil Mama Natasha.
"Mama, ma-maafin Kia. Kia gak tau kalau Kak Rafa bakal marah kayak tadi," ucap Kiara yang kentara sekali jika ia ketakutan saat ini.
Kiara bersikeras untuk bekerja karena Kiara pikir jika Rafa akan menceraikannya karena bagaimanapun hubungan mereka keterpaksaan, Kiara ingin bekerja agar ia bisa mandiri saat nanti diceraikan Rafa apalagi dengan pendidikan Kiara yang hanya lulusan SMP akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan nantinya jika ia belum punya pekerjaan saat ini.
"Udah ya, kamu istirahat aja. Jangan pikirkan soal Rafa, dia emang kayak gitu orangtuanya," ucap Mama Natasha dan diangguki Kiara.
Mama Natasha pun keluar dari kamar Rafa lalu Mama Natasha menghampiri Rafa yang berada di halaman rumah, "Kenapa kamu marah-marah kayak gitu?" tanya Mama Natasha yang duduk disamping Rafa.
"Dia keras kepala," ucap Rafa.
"Itu artinya kamu harus semakin sabar sama istri kamu bukannya marah kayak tadi," ucap Mama Natasha.
"Rafa udah sabar, Rafa udah kasih penjelasan sama dia. Tapi, dia keras kepala," ucap Rafa.
"Kamu tau gak, kalau pas Mama ke rumahnya Tante Billa, istri kamu dihina habis-habisan sama Bude Siti," ucap Mama Natasha dan Rafa pun menoleh pada Mama Natasha.
"Kenapa Mama gak bilang ke Rafa?" tanya Rafa.
"Mama gak bilang karena Kiara sendiri yang bilang ke Mama buat gak ceritain masalah ini, istri kamu itu dihina dan dia diam aja, dia bahkan gak marah ke orang yang udah ngehina dia. Rafa, istri kamu itu punya trauma dan luka yang begitu besar, Mama justru berharap kamu secara perlahan sembuhkan trauma dan luka dia. Kamu gak akan tau bagaimana rasanya jadi istri yang kamu yng harus berjuang dalam hidupnya, kamu tau cara yang tepat adalah kamu ikutin alur yang ad di hubungan kalian, kalau udah menyimpang dan gak sesuai baru kamu bertindak, itu tugas kepala rumahtangga," ucap Mama Natasha.
.
.
.
Bersambung.....
