Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Kamu Peramal ya?
"Nia, kenapa baru datang? Pak Bowo ngamuk-ngamuk tuh!" Karin menarik tangan Nia dan minta rekan kerja dan juga sahabatnya itu untuk mengikutinya ke ruangan kepala divisi mereka.
"Ya ampun, cobaan apalagi ini?" gumam Nia.
"Dih Nia, biasanya nyolot! kenapa sekarang jadi meratapi nasib gitu?" tanya Karin heran.
"Ini sulit di jelaskan anak muda"
"Iya iya yang sudah tua. Ayo buruan gadis jompo!"
Agnia hanya mendengus pelan. Bisa-bisanya Karin mengatakan dia gadis jompo. Tapi memang hari ini, Nia lelah sekali. Mungkin karena dia belum tidur semalaman. Dan paginya harus kerja lagi.
Begitu sampai di ruangan pria bernama Bowo. Sebenarnya bukan hanya Nia dan Karin yang ada di sana. Di dalam ruangan itu sudah lebih dulu ada Angel dan beberapa karyawan yang lain yang punya tanggung jawab yang sama dengan Nia dan Karin.
"Sudah datang semua?" tanya pria dengan perut di luar ukuran normal para pria pada umumnya itu.
Tak ada satupun yang menjawab. Sebenernya itu seperti sebuah pertanyaan jebakan. Kalau di jawab nanti akan dimarahi, dan kalau tidak di jawab juga di marahi. Jadi, semuanya memilih diam.
Wajah dan mata Bowo melihat satu-persatu karyawan yang ada di divisinya itu.
"Siapa yang sudah menjanjikan akan bisa mengundang Susan Debora menjadi bintang iklan produk baru kita?" tanya Bowo.
Semua yang ada di ruangan itu saling pandang, saling lihat. Sepertinya tidak ada yang pernah mengatakan hal itu.
"Kenapa diam?" bentak Bowo.
Nia dan Karin yang berdiri bersebelahan malah saling toel.
"Kamu bilang sana, gak ada yang pernah bilang kayak gitu!" bisik Karin pada Nia.
"Kok aku? kamu aja. Aku lagi gak mood di omelin" jawab Nia.
"Ih, aku juga gak mood lah kalau di omelin mah!"
"Nia, Karin!" Panggil Bowo yang langsung membuat Nia dan Karin menoleh bersamaan ke arah Bowo.
"Aku tidak mau tahu ya, kalian berdua dalam 3 hari harus bisa mendapatkan persetujuan Susan Debora, dia lagi naik daun, lagi viral. Kalau dia bisa jadi bintang iklan produk baru perusahaan kita, perusahaan kita akan semakin exist"
"Tapi pak..."
Karin coba menyela. Sudah tahu artis pendatang baru itu sedang ramai-ramainya saat ini. Pasti sulit lah minta dia jadi bintang iklan. Mau bikin janji bertemu saja susah. Mungkin artis itu bahkan sudah full jadwalnya sampai tahun depan.
Tapi begitu di sela oleh Karin. Mata Bowo langsung membelalak lebar seolah mau lepas.
"Apa?" Pekik Bowo yang membuat nyali Karun menciut seketika, "kalau dalam waktu tiga hari tidak bisa bikin janji dengan Susan Debora, kalian berdua aku laporkan ke HRD. Biar di pecat!"
Mata Nia membulat.
"Pak gak bisa gitu dong..."
"Apa kamu mau protes? bukannya kamu juga suka telat datang, hah... mau protes?"
Nia pun memilih diam. Dia memang sering terlambat, itu karena jarak dari rumahnya ke perusahaan ini cukup jauh.
"Kalian semua keluar!"
Angel dan yang lain yang kembali ke ruangannya tampak lega. Tapi Nia dan Karin, keduanya lemas tak berdaya. Mereka sama-sama meletakkan kepala mereka di atas meja. Seperti leher mereka itu sudah tidak sanggup lagi di gunakan untuk menopang ukuran kepala mereka yang sebenarnya masih di bilang normal cenderung kecil itu.
"Tiga hari? yang benar saja!" gerutu Karin yang tak tahu harus mulai dari mana menyelesaikan pekerjaannya itu.
"Semangat kalian berdua ya" kata Angel.
"Mau pulang, mau tidur saja" Nia sudah benar-benar menyerah rasanya.
"Muka kamu pucat Nia. Kamu sakit?" Tanya Angel mendekati Nia dan meletakkan tangannya di kening Nia memeriksa suhu tubuh temannya itu.
"Gak papa Angel, coba saja ada keajaiban. Hari ini pulang cepat. Aku mau tidur sepuasnya..."
"Terus Susan Debora gimana?" tanya Karin.
"Ya kali aja bisa ketemu dia dalam mimpi kan? buat janji deh tuh enak"
Karin mendengus pasrah. Dia benar-benar tidak punya kenalan untuk bisa mempertemukan dirinya dengan Susan Debora itu.
Ponsel Nia berdering, Nia dengan malas mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo..."
[Sayang, bagaimana pekerjaan mu? semuanya lancar?]
"Jangan tanya, aku harap hari ini libur. Aku lelah, mau tidur" Nia mengatakan itu sebenarnya tidak benar-benar serius, memangnya dia bisa membuat perusahaan ini libur.
[Baiklah, libur saja kalau begitu]
"Agkhh, itu tidak mungkin"
[Kalau libur, datanglah ke apartemen ya]
"Hah, memang bisa begitu?" tanya Nia yang langsung mengangkat kepalanya.
[Siapa tahu?]
Tadinya Nia sudah semangat. Tapi, mendadak jadi lemas lagi mendengar ucapan Richard yang terakhir.
[Apa ada kesulitan?]
"Aku mengantuk"
[Baiklah, tutup teleponnya]
Tut Tut Tut
Nia melihat layar ponselnya.
"Hah, apa-apaan dia?" gerutu Nia. Rasanya dia makin bete saja.
"Siapa?" tanya Angel.
"Bukan siapa-siapa. Salah sambung!" jawab Nia yang kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
"Ayolah, kalian berdua semangat. Nanti aku temani kalau mau cari Susan Debora" kata Angel menyemangati kedua temannya itu.
"Memang kamu tahu dimana dia?" tanya Nia.
Angel dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Enggak" jawabnya sambil nyengir.
Tapi saat mereka sedang bicara seperti itu. Tiba-tiba saja salah satu karyawan yang tadi keluar, masuk ke ruangan itu dengan buru-buru.
"Semuanya, pengumuman. Karena perusahaan utama lagi naik banget pesanannya. Kita bisa pulang cepat untuk hari ini!" kata wanita itu dengan sangat senang dan bersemangat.
Nia sampai bengong.
"Hah"
"Hah hah, hah hoh! pulang cepat Nia!" kata Angel.
"Ini serius?" tanya Nia tak percaya.
Nia masih coba mencerna apa yang terjadi. Kenapa dia merasa ada sesuatu yang tidak mengena.
"Ya sudahlah, ayo pulang. Kita harus banyak istirahat, besok kita mau ngejar-ngejar artis yang lagi tenar Nia. Yok pulang!" ajak Karin.
"Ayo Nia" ajak Angel.
Nia masih terduduk diam di kursinya. Tapi, setelah semua orang pergi. Akhirnya dia juga ikut pergi dari sana.
Beberapa lama kemudian, Nia sampai di depan pintu apartemen Richard. Nia membunyikan bel pintu.
Dan pintu apartemen itu langsung terbuka.
"Sayang!"
Richard langsung menarik tangan Nia. Menutup pintu apartemen itu. Dan, langsung mencium Nia seperti biasanya saat dia baru bertemu dengan Nia.
"Empttt"
Nia mendorong dada Richard, dia merasa pria di depannya terlalu kuat menciumnya sampai dia merasa tercekik.
"Belajarlah mengambil nafas saat kita berciuman sayang!" kata Richard santai.
"Memangnya harus ya berciuman sampai seperti itu?" tanya Nia yang berjalan masuk ke apartemen itu dan melihat sekeliling.
Apartemen itu cukup bagus, dan barang-barang juga sudah tertata rapi. Tapi Nia ingat ucapan Richard tentang pulang cepat tadi.
"Oh ya, darimana kamu tahu kantor ku akan benar-benar pulang cepat hari ini. Kamu peramal ya?" tanya Nia.
Richard hanya tersenyum.
'Itu kantor ku, tinggal berikan perintah. Semua akan terjadi sesuai keinginanku' batin Richard.
Richard mendekati Nia.
"Mungkin kebetulan saja, katanya kamu lelah. Mau aku temani tidur?" tanya Richard memeluk pinggang Nia lagi dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Nia.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw