Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Turun Gunung
Terlihat di salah satu lereng puncak gunung berkelebat bayangan hitam yang kecepatannya sulit untuk diikuti pandang mata. Bayangan ini bukan lain adalah Lin Tian yang sekarang sedang berlari cepat menuruni puncak gunung tempatnya berlatih selama tujuh tahun.
Ketika Lin Tian sudah berhasil keluar dari goa aneh itu, dirinya sengaja untuk kembali terlebih dahulu ke puncaknya berlatih. Sampai di depan goa 'rumahnya', baru terasa oleh Lin Tian jika perutnya sangat-sangat lapar, ia lalu masuk kedalam goa dan langsung memakan buah-buahan simpanannya dengan sangat lahap dan rakus.
Lin Tian memilih pulang terlebih dahulu karena berniat untuk menyiapkan bekalnya selama di perjalanan, juga mengambil sebuah kain lebar yang akan ia gunakan untuk menutupi kristal itu agar tidak terlalu mencolok. Dan pada keesokan paginya lah Lin Tian baru pergi meninggalkan puncak tersebut.
Saat ini terlihat Lin Tian sedang berlari sangat cepat kearah selatan membelah rimbunnya hutan di lereng itu, di punggungnya terlihat sebuah buntalan yang cukup besar berisi bekalnya selama perjalanan, sedangkan tangan kirinya memikul kristal temuannya itu. Dipinggangnya juga tergantung sebuah pedang rampasan beberapa tahun lalu yang sebenarnya sudah sangat tidak layak untuk dipakai, tapi karena tidak ada senjata lain, mau tak mau Lin Tian harus terus menggunakan pedang ini hingga ia mendapatkan pedangnya yang baru
.
Hari ini perasaan Lin Tian sedang baik, sangat baik malah. Karena selain dirinya sudah menjadi jauh lebih kuat, Lin Tian juga sudah sangat tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Nona mudanya. Dia sangat penasaran seperti apa Nona mudanya setelah sekian lama tidak bertemu, apakah semakin cantik dan anggun?? atau malah semakin cerewet dan keras kepala?? Apapun itu intinya sekarang ini Lin Tian merasa sangat bersemangat sampai tak sadar dirinya terus menyunggingkan senyum selama perjalanan.
"Tunggu saya sebentar lagi Nona...saya pasti akan segera menyusul anda." Guman Lin Tian dalam hati tanpa mengurangi sedikitpun senyumnya.
*******
Tak terasa sudah tiga hari lamanya Lin Tian melakukan perjalanan ke arah selatan untuk mencari Zhang Qiaofeng yang telah berpisah dengannya selama beberapa tahun. Siang ini dia sedang beristirahat di bawah pohon rindang untuk berteduh sekalian untuk mengisi perutnya yang kosong.
"Hmm...sepertinya sudah sebentar lagi". Gumam Lin Tian sambil memandang jauh kedepan. Memang selama tiga hari ini sebenarnya Lin Tian masih berada di wilayah Pegunungan Tembok Surga, tak pernah ia sangka sebelumnya bahwa pegunungan ini selain panjang juga amat lebar dan luas. Dan sekarang ini Lin Tian sudah hampir keluar dari lembah terakhir Pegunungan Tembok Surga.
"Huff....baiklah!! waktunya berangkat!".
Lin Tian melompat berdiri sambil kembali memikul keristal itu. Bekal makanan terakhirnya sudah habis dan sekarang jika dirinya lapar, Lin Tian harus rela keliling hutan untuk mencari makanan.
"Tap...wuusshh" Sekali Lin Tian menggerakkan kaki, dirinya sudah lenyap dari tempat itu. Memang setelah pemuda ini berdiam diri di puncak gunung selama tujuh tahun terakhir, baik tenaga dalam maupun ilmu meringankan tubuhnya sudah mengalami peningkatan yang sangat drastis. Yang masih kurang hanyalah pengalaman.
Tiga jam berlalu, akhirnya Lin Tian sudah benar-benar keluar dari wilayah Pegunungan Tembok Surga. Saat ini dirinya sedang berada di suatu hutan lebat yang ditumbuhi pohon-pohon raksasa.
Lin Tian berniat untuk mencari sebuah desa atau kota terdekat, namun tiba-tiba indra pendengarannya menangkap sebuah jeritan panjang dari kedalaman hutan tersebut. Tanpa menunda lagi, ia lalu sedikit membelokkan arah berlarinya menuju kearah jeritan tadi.
"Aaarrrggghhh!! Siapapun tolong kamiii....!!" Terdengar teriakan itu semakin keras.
Beberapa menit kemudian Lin Tian akhirnya sampai di tempat itu, kiranya teriakan tadi berasal dari serombongan orang yang sedang dikeroyok oleh kawanan bandit gunung.
Rombongan ini terdiri dari tiga kereta kuda yang membawa perhiasan, serta satu kereta penumpang. Akan tetapi kereta penumpang itu sudah hancur dan terlihat tak jauh dari situ tiga orang wanita yang saling berpelukan sambil menangis ketakutan.
"Huaaaaa...ibuu...." Teriak histeris dari seoarang wanita yang paling muda, umurnya kurang lebih mungkin baru sepuluh tahun.
"Tenanglah nak....yakinlah kita akan baik-baik saja." Ucap wanita yang dipanggil ibu itu disela isak tangisnya. Sebenarnya dia sendiri pun juga tidak yakin akan kebenaran ucapannya barusan.
Sedangkan wanita ketiga yang terlihat berumur dua puluh tahunan hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikitpun.
"Hahahah....ketua, kita untung besar hari ini!! Sepertinya nanti malam kita semua akan bisa tidur nyenyak karena ditemani tiga orang dewi surga ini. Bwahahaha....!!" Salah satu dari bandit gunung itu berkata sambil tertawa diikuti oleh teman-temannya.
"Hm...bagus!! lagipula aku juga sudah bosan dengan barang lama yang ada di perkemahan itu." Ucapan ini keluar dari seorang pria gendut yang berkulit hitam, wajahnya dihiasi dengan brewok yang sangat lebat, matanya lebar dan di hidungnya terdapat sebuah bekas luka melintang, menambah kengerian wajahnya yang dari awal sudah tidak sedap dipandang itu.
Para pengawal yang mengelilingi tiga wanita itu hanya tersisi delapan orang, sedangkan para bandit itu terlihat masih berjumlah belasan orang. Di sana-sini terlihat mayat-mayat manusia yang melihat dari pakainnya, mereka sepertinya adalah bagian dari para pengawal tiga orang wanita tersebut.
"Keuhh....Lindungi Nyonya dan Nona dengan taruhan nyawa kita!!" Teriak salah satu pengawal yang tubuhnya sudah dipenuhi luka-luka. Bahkan tangan kirinya saja sudah terlepas dari tempatnya, hanya menyisakan darah yang terus menetes diantara lilitan perbannya.
Lin Tian yang sedang melihat di balik semak-semak memuncak kemarahannya melihat perlakuan para bandit itu. Ketika pemuda ini melihat tiga wanita itu, dirinya teringat akan Zhang Qiaofeng dan seandainya Nona mudanya yang berada dalam keadaan seperti itu, tentu saja dia akan marah besar.
Kemudian karena dirinya merupakan seorang pengawal pribadi, Lin Tian juga bisa memahami perasaan para pengawal itu yang berjuang mati-matian untuk melindungi nyonya dan nonanya.
Melihat keadaan yang semakin gawat, tanpa basa-basi lagi Lin Tian melompat keluar dari persembunyiannya dan langsung menendang salah satu tengkuk bandit yang sedang mengurung rombongan itu.
"Kraaakkk"
Terdengar suara tulang patah dari leher orang itu. Akibat dari tendangan Lin Tian sungguh luar biasa, tulang leher pria itu langsung patah dan dagu dari pria yang ditendangnya tadi sampai menekuk dan membentur dadanya sendiri. Pria itu langsung jatuh tersungkur dan tewas seketika.
Para bandit yang lainnya tentu terkejut dengan kedatangan Lin Tian yang tiba-tiba. Salah satu dari mereka kemudian membentak, "Heh orang gunung!! apa masalahmu sampai membunuh teman kami hah!!??"
Lelaki ini menyebut Lin Tian 'Orang gunung' karena melihat dari pakaian yang dikenakan Lin Tian terbuat dari bulu beruang tebal, ia berpikir jika pakaian itu sama seperti pakaian orang-orang suku pedalaman yang masih tinggal mengasingkan diri di daerah pegunungan.
"Hei!! Kenapa kau diam saja?? apa kau-" Kembali orang itu membentak. Namun sebelum perkataannya selesai, nyawanya sudah melayang akibat tendangan Lin Tian yang langsung menghancurkan tulang tengkorak pria tersebut dan mengakibatkan otaknya ikut bergeser dari tempat semula.
Seketika para bandit itu langsung mencabut senjata masing-massing dan menatap Lin. Tian dengan waspada.
"Siapa kau bocah!!??"
Lin Tian tetap tidak mau buka mulut dan langsung mennerjang. mereka. Para bandit itu tentu saja tidak sudi untuk dijadikan sasaran empuk, mereka ikut menerjang pula menghalau serangan Lin Tian.
Sungguh hebat sepak terjang Lin Tian kali ini, padahal dirinya hanya menyerang menggunakan kakinya karena tangan kirinya sedang memikul kristal itu, sedangkan tangan kanannya masih kosong namun sengaja ia tidak mencabut pedang karena merasa musuhnya kali ini terlalu lemah untuk menghadapi pedangnya. Walaupun begitu, sekali kakinya bergerak, terdengar suara kesakitan dari bandit yang menjadi sasarannya.
"Buukk!! bukk-buukkk!!"
Bandit itu terus terlempar satu persatu akibat tendangan Lin Tian. Ketika tubuh mereka menyentuh tanah, keadaan mereka sudah tak bernyawa dengan muka sanagt pucat akibat kedinginan.
Memang Lin Tian kali ini mengerahkan tenaga 'Yin' dalam setiap tendangannya, sehingga membuat siapapun yang tercium kakinya akan merasakan hawa dingin luar biasa.
Sebentar saja semua. bandit itiu sudah roboh dan hanya menyisakan sang ketua dan satu anak buah. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka lalu lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
*******
"Terimakasih banyak Tuan Muda."
Ucap serempak ketiga wanita itu yang masih terisak sambil berlutut di hadapan Lin Tian diikuti oleh kedelapan pengawalnya.
"Tidak perlu berlebihan, bangunlah kalian." Ucap Lin Tian datar.
Mungkin karena terlalu lama tinggal di puncak gunung seorang diri membuat kemampuan komunikasi Lin Tian menjadi berkurang dan juga merubah sifatnya menjadi seikit dingin.
Mereka lalu bangkit berdiri. disusul sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut wanita tertua, "Tuan muda, perkenalkan nama saya Xiao Mei, dia ini Xiao Lian, dan dia Xiao Niu. Kami semua berasal dari keluarga Xiao yang hendak pergi ke kota Batu tak jauh dari sini.. Jika boleh tau, siapa dan hendak kemanakah Tuan muda ini?"
"Namaku Lin Tian, aku sebenarya belum punya tujuan akan pergi kemana. Apakah Nyonya tau dimana letak desa atau kota terdekat dari sini??"
"Tentu saja saya tau Tuan, kota terdekat dari sini adalah kota yang hendak kami tuju saat inii, jaraknya kurang lebih hanya tinggal dua kilometer kearah tmur dari sini. Apakah anda berkenan untuk pergi bersama Tuan?"
Lin Tian nampak berpikir sejeenak, lalu kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak terimakasih, aku bisa pergi sendiri. Kalau begitu sampai jumpa:" Ucap Lin Tian sembari membalikkan tubuh, namun langkahnya terhenti akibat seruan dari belakangnya.
"Tunggu Tuan muda, setidaknya ambilah ini sebagai tanda terimakasih kami." Seru Xiao Lian, gadis ini berkata sambil menyodorkan sekantong uang perak dan emas kepada Lin Tian.
Lin Tian sebenarnya tidak ingin menerima imbalan itu, tetapi mengingat bahwa dirinya juga tidak memiliki uang sepeser pun, akhirnya ia mengulurkan tangan dan mengambil sekantong uang itu.
"Terimakasih." Hanya itulah yang diucapkan Lin Tian sebelum dirinya berkelebat lenyap dari tempat tersebut.
"Semoga kita bisa bertemu lagi." Gumam Xiao Mei dalam hati yang diam-diam merasa kagum atas kepandaian yang dimiliki Lin Tian.
|•BERSAMBUNG•|