Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN TAKDIR
Sehari setelah kejadian itu, di dalam sebuah pesawat jet pribadi yang terbang melintasi langit, Jae Thompson duduk bersandar di kursinya. Kabin pesawat mewah itu diterangi oleh cahaya lembut lampu gantung kecil, sementara angin di luar terdengar samar melalui dinding kedap suara. Sebuah layar holografik besar menampilkan data-data satelit di salah satu sisi ruangan. Aroma kulit asli dari kursi bercampur dengan wangi teh hangat yang baru saja dituangkan.
Xiao Bai, Pimpinan UES cabang Cina, wanita berambut putih yang di ikat dengan postur tegas, duduk di hadapan Thompson sambil memegang secangkir teh. Matanya tajam, tak pernah lepas dari dokumen yang ada di tangannya.
"Hm... Dìqiú Wèishì, ya?" gumam Thompson pelan, memecah keheningan. Suaranya tenang namun sarat dengan rasa penasaran, matanya mengarah ke jendela besar di sisi kabin, memandangi hamparan awan di langit.
Xiao Bai menaruh cangkirnya di meja kecil di samping. "Ya," jawabnya datar. "Itulah julukan Li Wei di masa lalu. Aku tak menyangka dia akan berinkarnasi di zaman ini."
Thompson menyeringai tipis, ekspresinya berubah menjadi sinis. "Sial, aku ingin sekali melawannya. Tapi sayang, aku harus segera kembali." Ia berhenti sejenak, memutar kursinya menghadap Xiao Bai. "Oh ya, tombak yang diambil pria itu dari Viper, apa itu signature?"
Xiao Bai mengangkat alis. "Seharusnya kau yang lebih tahu, Thompson. Kau kan seorang Mishmar."
Thompson menggeleng pelan, menyilangkan kaki dengan santai. "Aku kira juga begitu. Tapi aku tak merasakan apa-apa, kecuali satu hal pria itu memiliki Innérzjä yang sangat mirip denganku."
Xiao Bai menatap Thompson dengan pandangan tajam, lalu mengangguk kecil. "Sudahlah. Kita serahkan saja urusan untuk mencari tahu identitasnya ke perusahaan Satelit Harp Teknologi. Tim kita sudah bekerja untuk melacak pria itu melalui tanda energi yang dia tinggalkan di lokasi pertempuran."
Thompson mendengus, lalu mengambil segelas minuman dari meja di depannya. "Ya, serahkan saja ke mereka. Tapi bagaimana dengan misiku selanjutnya? Apa rencananya?"
Xiao Bai mengambil dokumen lain dan menaruhnya di meja. "Sekarang lebih baik kau fokus ke misi ini. Setelah sampai di Indonesia, kau akan dijemput oleh kepala UES di sana. Kau akan bekerja sama dengannya untuk langkah selanjutnya."
Mendengar itu, ekspresi Thompson berubah kesal. "Huft," desahnya panjang. "Sial, jadi aku harus bertemu dengan wanita gila itu lagi."
Xiao Bai hanya tersenyum tipis. "Dia wanita yang keras, tapi tak ada yang bisa menandingi kekuatannya di negara itu. Kau tahu dia juga anggotaku yang berharga."
Thompson menggeleng, melempar pandangannya kembali ke jendela. Pesawat meluncur di atas hamparan luas samudra, memantulkan cahaya matahari. Di balik wajahnya yang tenang, pikirannya berputar-putar, memikirkan sosok pria dengan tombak yang kemarin ia temui.
******
Kembali ke Masa Kini
Yuanyun, yang telah mengobati luka-lukanya di gedung tua Mojokerto, kini termenung di sudut gelap bangunan itu. Dinding retak dan atap yang hampir roboh menjadi latar keheningan malam. Angin dingin berhembus melalui celah-celah, membawa aroma tanah basah dan debu. Meski tubuhnya telah pulih, pikirannya masih dipenuhi kecemasan yang terus menghantui.
"Meskipun aku memang berhasil menyelamatkan semua orang di candi itu dari dalam truk kontainer dan membuat Thompson ikut terluka lalu membuat mereka semua juga melarikan diri tapi anak itu...," gumamnya, tatapannya menerawang. "Anak itu juga memiliki Innérzjä yang sama denganku dan Thompson."
Ia menghela napas panjang, menatap tombak Yajiaoqiang yang bersandar di sebelahnya. “Aku harus segera menemui anak itu sebelum Thompson. Aku yakin Thompson pasti juga mengincarnya.”
Dalam beberapa hari berikutnya, Yuanyun berkeliling mencari informasi. Ia menyusuri gang-gang kota yang penuh sesak, bertanya kepada siapa saja yang mungkin tahu sesuatu. Hingga akhirnya, ia menemukan jawabannya:
Maya Aksarawati, seorang gadis kecil yang tinggal di panti asuhan Dharma di kota Kalynda. Informasi itu semakin meneguhkan tekadnya, dan dia-pun berangkat menaiki bus kota menuju Kalynda.
