banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Zahra kini sudah sampai disalah satu restoran bernuansa klasik campur modern bukan hanya nuansanya tapi juga makanan didalamnya tersedia mulai dari makanan kampung sampai dengan makanan modern.
Dengan langkah elegan Zahra menuju sebuah ruangan bercat putih kemudian duduk di kursi kebesarannya.
Yah saat ini Zahra berada di restorannya sendiri yang dirinya rintis sejak masih kuliah dari restoran yang begitu kecil dan lihatlah sekarang banyak pengunjung dan juga begitu ramai sebab masakan disini begitu lengkap dan juga nuansanya yang membuat para pelanggan tertarik. Tak lupa juga makanan disini lezat dan bergizi .
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan dari luar ruangan, kemudian pintu terbuka memperlihat Dita, orang kepercayaan Zahra selama ini.
"Bagaimana bulan ini dit ? Nggak ada masalah kan ?". Tanya Zahra ketika Dita sudah duduk dihadapannya.
"Nggak ada mbak, Alhamdulillah malahan bertambah pelanggannya. Mbak bisa lihat sendiri tadi sebelum kesini aku sudah kirimkan ke email mbak Zahra". Terang Dita.
Zahra segera membuka tablet yang memang khusus untuk pekerjaannya
"Alhamdulillah, semoga selalu begini yah dit dan juga makin bertambah". Dengan cepat Dita mengamini ucapan bos nya itu.
"Oh iya mbak, ada perusahaan yang menawarkan kerja sama dengan kita dan mbak tau nggak kalau perusahaan ini terkenal loh". Kata Dita seraya tersenyum.
Zahra yang mendengar itu segera bertanya "siapa memangnya ?".
"Perusahan dari tuan William dan juga tuan Hans" ucap Dita begitu antusias diringi tepuk tangan kecil.
Zahra hanya terdiam karena dari dua perusahaan itu salah satunya milik sang suami.
"Um gitu".
"Loh mbak Zahra nggak senang ?". Tanya Dita heran melihat reaksi bos nya itu.
"Senanglah. Ya sudah, seperti bisa kamu wakilkan saja yah kalau misalnya mereka ajak bertemu". Dita hanya mengangguk karena sudah menjadi kebiasaan Zahra tak ingin menampakkan dirinya ketika para klien mengajak nya bertemu.
*
*
*
Sedari tadi William hanya terdiam, mengetukkan pulpen diatas mejanya bahkan matanya menatap lurus ke depan seakan mempunyai banyak beban, sampai kehadiran sekretaris sekaligus sahabatnya itu tak ia hiraukan.
"Haaaa, kepa lagi nih bos ku melamun sampai segitunya. Berkas saja tak diperiksanya". Ucap Rendy yang menatap William.
Bahkan beberapa panggilan darinya tak membuat William sadar dari lamunan panjang.
Brakkkk
Saat itulah William menatap tajam sang asisten yang hanya cengir memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"S*alan". Umpat William.
'hadeh untung bos ku' gumam Rendy dalam hati mengelus dada.
"Kenapa lagi sih Will ? Masih mikirin intan ? Atau mikirin istri cantik mu yang seperti Barbie itu ?". Tanya Rendy yang sudah duduk di sofa.
"Barbie ?". Kata William menaikkan alis sebelah
"Loh memang kamu nggak sadar bro kalau istrimu itu cantik, body aduhai bahkan kayak Barbie?". William terdiam mendengar kata Barbie keluar dari mulut sahabatnya itu.
"Kalau aku jadi kamu sih pasti seneng yah, apalagi dapatnya di Zahra, dibandingkan intan mah lewat. Matamu rabun atau buta sih, cewek cantik kayak istri kamu tuh behh incaran para lelaki diluaran sana. Jadi saran ku sih jaga dia baik-baik, salah dikit bakal nangis cina kamu tuh".
Selama ini memang William tak pernah memperhatikan wajah sang istri. Karena sudah diliputi rasa benci yang begitu dalam, dan kenapa ini ? Kenapa dirinya tak suka jika ada laki-laki yang memuji istrinya itu walaupun sahabatnya sendiri padahal dia sendiri tak mempunyai perasaan pada Zahra. Jangan perasaan suka saja tidak malahan hanya rasa benci yang timbul.
"CK, menurut ku intan lebih dari segalanya bagiku, walaupun menurutmu wanita ular, kampungan, m*rahan dan menjijikkan itu jauh lebih cantik". Kata William dengan malas.
"Wanita ular, kampungan, m*rahan, menjijikkan ?". Bingung Rendy menelaah kata-kata sahabatnya. Siapa yang dia maksud.
"Maksud mu apaan sih, wahai William Alexander kita disini bahas istrimu kenapa jadi ngelantur nggak jelas gini".
Haaaaaa
William menghela nafas kasar "yang aku maksud itu yah Zahra, dia itu perempuan ular, kampungan, m*rahan dan begitu menjijikkan". Sontak Rendy membulatkan matanya menatap tak percaya kearah William.
"WHAT THE F*CK!!!!". pekiknya. "Aku rasa kamu memang buta tidak bisa membedakan wanita yang suci. Bro, kamu tau kan aku ini Playboy. Tentu aku bisa membedakan mana yang m*rahan dan tidak. Zahra wanita berkelas bro". Ucapnya yah selalu membela Zahra.
"Ah terserahlah, menurutku dia wanita m*rahan, sudah keluar sana jangan ganggu aku". Tunjuk William dengan mengibaskan tangannya.
Rendy hanya geleng-geleng kepala melihat bos nya yang buta hati dan matanya itu.
"Heeee kita itu ada pertemuan setelah makan siang, di restoran kenangan".
"Kamu saja yang wakili, aku malas. Rasanya mood ku begitu buruk hari ini". Rendy menghela nafas, sebab hanya masalah sepele membuat mood seorang William Alexander hancur. Biasanya dia tidak pernah begini tapi Hari ini sungguh jauh berbeda.
"Apa belum ada tanda-tanda akan pencarian kekasihmu itu ?". Tanya Rendy serius.
"Belum ada, orang suruhan ku sudah tersebar tapi satupun tak ada yang bisa menemukan intan, rasanya aku mau gila". Ucap William menggaruk kepalanya kasar.
"Nggak cari keluar negeri ?". Tanya Rendy memastikan.
William tersentak dengan pertanyaan Rendy, kenapa dirinya tidak kepikiran sampai kesana. Tapi apa mungkin intan kesana. Karena sejauh ini dirinya mengira jika intan diculik.
"Nggak, aku yakin intan itu diculik dan disembunyikan disuatu tempat dan aku yakin juga jika Zahra s*alan itu dalang dibalik semua ini". Tangannya terkepal kuat.
"Untuk apa Zahra menjadi dalang penculikan kekasihmu bro, sekurang kerajaan itu kah Zahra sampai menculik kakaknya sendiri". Rendy heran entah dari mana pikiran William sehingga menyimpulkan jika Zahra terlibat.
"Tidak ada yang tau hati manusia ren, bisa saja dia iri sebab intan memiliki aku yang tampan dan juga kaya raya ini". Rendy hanya mengedipkan bahu, entah harus bagaimana lagi dirinya berbicara menjelaskan kepada William. Jika hatinya saja sudah percaya akan hal yang belum tentu dilakukan Zahra.
'kasihan sekali Zahra'. Batinnya.
*
*
*
Zahra tiba dirumahnya setelah berbelanja kebutuhan nya dan juga kebutuhan untuk makannya selama tinggal dirumah ini, badannya terasa berkeringat dan lengket sebab harus kepasar memilih yang benar-benar segar.
"Hadehhh, kok capek gini yah. Padahal dulu sebelum nikah nggak. Kayaknya aku bertambah tua deh. Atau karena nggak pernah olahraga lagi makanya capek gini".
Zahra segera menyimpan bahan-bahan masakan dikulkas kemudian segera menuju ke kamarnya karena ingin segera bersihkan dirinya.
Saat masuk kamar Zahra tak menutup sepenuhnya pintu kamar, toh menurutnya tidak ada juga orang dirumah ini. Apalagi William biasanya akan pulang sore atau tidak malam dan tidak mungkin juga dia akan ke kamarnya apalagi kamar pembantu seperti ini.
Tapi teryata Zahra salah, William kini telah memasuki gerbang perumahannya.
"Apa Zahra sudah pulang pak ?". Tanya William berhenti didepan post penjaga.
"Sudah tuan, kayaknya sekitar lima belas menitan". Jawab penjaga yang hanya diangguki oleh william kemudian melajukan mobilnya masuk ke parkiran mobil.
"Ah segarnya habis mandi, kan gini enak". Gumam Zahra yang hanya memakai celana d*lam merah renda dan juga br* senada dengan warna celana d*lam nya.
Entah kebiasaan Zahra sedari dulu, setiap selesai mandi pasti hanya memakai dalaman saja. Bahkan mengeringkan rambut, berdandan tetap memakai dalaman jika semua aktivitas nya selesai maka baru dirinya memakai pakaian.
Zahra tipikal orang yang selalu berkeringat, disaat orang lain kedinginan saat hujan tapi dirinya entah kenapa tetap berkeringat.
Maka dari itu ketika selesai mandi maka kebiasaannya hanya memakai d*laman saja. Apalagi dalam kamar tersebut tidak menyediakan AC hanya kipas angin itupun tidak terlalu kencang.
Sambil bersenandung, Zahra mengeringkan rambutnya. Bahkan kehadiran William yang berdiri didepan kamarnya bahkan melihat semua aktivitas Zahra apalagi yang hanya memakai d*laman saja membuat yang dibawah menegang bahkan badan William panas dingin serasa meriang.
Bersambung...