Cerita ke-tiga Aya, lanjutan dari kisah anaknya Verix sama Natusha. Entah kalian bakalan suka atau enggak.
Intinya selamat membaca ....
- - - -
“NENEK BENAR-BENAR SUDAH GILA!”
Teriak seorang perempuan berusia 22 tahun dengan amarah yang menggebu-gebu. Keduanya tangannya terkepal hingga gemetar.
“AKU INGIN MENIKAH DENGAN PRIA YANG TIDAK SEUMURAN DENGANKU!” lanjutnya sembari membanting beberapa buku yang dipegangnya ke lantai.
Sedangkan sang Nenek terlihat santai seraya meminum tehnya tanpa peduli pada cucu perempuannya sama sekali.
Ingin tahu alasan perempuan muda itu marah?
Ayo kita jelaskan satu-satu.
Serenity Belatcia, nama perempuan berusia 22 tahun yang sedang marah-marah itu.
Serenity marah, ia di paksa menikah oleh sang Nenek dengan lelaki berusia 27 tahun, yaitu Valter Edelwin.
Alasan sang Nenek cuma satu, yaitu ‘ingin melihat sang cucu bahagia dengan memiliki suami’.
Tapi bahagia apanya?
Justru Serenity tidak suka dengan pola p
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menabrak seseorang
Decakan terdengar dari arah parkiran, beberapa orang yang berlalu-lalang terlihat menatap seorang wanita yang sedang menendang salah satu ban mobil bagian depan sebelah kanan, wanita itu tak lain adalah Serenity sendiri.
Ia terlihat kesal karena ban mobilnya kempes, tidak terisi udara. Padahal semuanya baik-baik saja saat ia berangkat ke sini tadi.
“Sialan! Sialan! Sialan!” umpatnya, masih terus menendang ban mobil tersebut. Beberapa detik kemudian, ia menghentikan gerakan karena merasa sakit pada ujung jari kaki kanannya. “Mobil sialan ...!” sungut Serenity, berjongkok tanpa memikirkan beberapa orang yang memperhatikannya sama sekali.
Tap!
Tap!
Tap!
Serenity mengalihkan pandangan saat melihat sebuah kaki jenjang dengan sepatu hak berwarna hitam melewatinya. Ia lantas berdiri dan memperbaiki posisi dengan baik.
“Delmora!”
Si pemilik nama yang hendak membuka pintu mobil langsung menoleh ke si pemanggil. “Serenity? Kenapa kau masih berada di sini? Aku kira kau sudah pulang.” tutur Delmora, dengan kernyitan yang kentara terlihat.
“Ban mobilku kempes,”
“Lantas?”
“Tolong antarkan aku pulang ke mansion.”
“Hei! Memangnya arah mansionku dan mansionmu itu sama?”
Serenity menggeleng pelan. “Memangnya kau ingin pulang ke mansionmu?” wanita berbalik bertanya dengan hal berbeda.
“Iya, ada yang harus aku ambil di mansion.”
“Nah!” Serenity lekas berjalan menghampiri Delmora yang masih berdiri di tempat. Bibirnya nampak menyunggingkan senyum. “Kalau begitu, tolong antarkan aku lebih dulu ke mansion!”
Delmora berdecih mendengar perintah wanita itu. Baru saja ia ingin membuka suara, Serenity sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.
“Serenity, kau benar-benar wanita pertama yang membuatku sekesal ini.”
- -
“Sebentar lagi kita akan sampai di mansion! Tambahkan kecepatannya.” tutur Serenity dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Angin berhembus begitu kencang, dan memasuki jendela serta deretan-deretan pohon yang berada di pinggir jalan.
Sedangkan Delmora terlihat mencengkram setir mobilnya dengan kuat. Matanya terpejam beberapa detik.
Ia sudah sangat kesal.
Kesal!
Kesal!
Kesal!
Kesal dengan wanita di sampingnya ini!
“Hei! Aku bilang tambahkan kecepatannya!” kembali wanita itu mengulangi kalimat sebelumnya seraya menoleh ke arah Delmora.
“Ck! Baiklah-baiklah!”
Dengan kesal Delmora menambah kecepatan mobil, namun baru hampir satu menit mobil itu berjalan dengan kecepatan penuh, seorang lelaki tiba-tiba keluar dari pepohonan yang berderet, dan berlari ke arah jalan, tanpa tahu ada mobil yang melaju.
“DE—DELMORA! HENTIKAN LAJU MOBILNYA SEKARANG!”
Serenity maupun Delmora melotot seketika, baru saja Delmora ingin mengerem laju mobilnya, lelaki itu sudah lebih dulu tertabrak.
BRAK!!
Serenity dan Delmora terkejut. Mobil mereka berhenti beberapa meter dari korban. Dengan terburu-buru keduanya keluar dari mobil, guna melihat keadaan lelaki tersebut.
“Sialan! Apa yang baru terjadi?” Serenity berteriak, sedangkan Delmora terlihat begitu pucat. Nafasnya sesak saat melihat darah yang mengalir dari kepala si korban yang sudah tidak sadarkan diri.
Delmora, phobia akan darah.
Phobia darah disebut juga dengan Hemofobia. Hemofobia merupakan jenis fobia yang ditandai dengan rasa takut yang berlebihan atau tidak proporsional terhadap darah. Orang yang mengalami Hemofobia sering kali merasa takut, cemas, atau panik ketika melihat darah.
Tubuh Delmora terlihat gemetar, kakinya terasa lemas, sepertinya Delmora tidak bisa menahan bobot tubuhnya lagi.
“Huh, syukurlah, dia masih bernafas.” guma Serenity, setelah selesai mengecek keadaan lelaki tersebut. Ia lantas berdiri seraya berbalik menatap Delmora. “Delmora, ayo kita bawa dia ke mansionku sa—” Serenity menghentikan kalimat saat melihat Delmora yang sudah terduduk di jalan.
“De—Delmora ...?” Serenity lekas menghampiri Delmora. “A—apa? Maksudku, kenapa wajahmu pucat sekali.” tanya Serenity, terlihat khawatir.
Walaupun mereka tidak begitu dekat, mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
“A—aku tidak suka melihat darah.” cicitnya, gemetar.
Serenity langsung mengerti. Ia tahu bahwa Delmora takut akan darah. “Kalau begitu kau masuk saja ke dalam mobil. Biar aku yang mengurusnya.” titah Serenity, membantu Delmora berdiri dan membantunya untuk berjalan ke mobil.
Setelah itu, Serenity langsung berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu bagian belakang. Lalu, segera ia berlari menghampiri si korban yang masih terkapar.
“Ugh ....”
Serenity melenguh pelan dengan wajah yang sedikit memerah, wanita berusia 22 tahun itu terlihat berusaha mengangkat tubuh si korban yang lebih berat darinya.
“Ke—kenapa lelaki ini berat sekali ....” cicit Serenity, terus berusaha membawa tubuh korban dengan sekuat tenaga.
Namun, karena sudah tidak bisa menahan lagi, Serenity langsung melepaskan tubuh lelaki itu dan menyeretnya dengan cara menarik kedua tangan kekar lelaki tersebut.
Ceklek!
Dengan sekuat tenaga Serenity memasukkan tubuh itu ke dalam mobil milik Delmora.
Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya tubuh si lelaki sudah berada di dalam sana.
Brak!
Serenity menutup pintu dengan terburu-buru, sebelum berlari sedikit ke arah depan mobil dan membuka pintu untuk menyetir.
Empat roda dari mobil bermerek BMW berwarna putih itu melaju cepat, meninggalkan tempat kejadian untuk pergi ke mansion Serenity.
Bisa saja ia membawa si korban ke rumah sakit, tapi itu akan memakan waktu cukup lama.
Jadi, Serenity bawa saja mereka ke mansion.
Dan Serenity akan melenpon Dokter pribadi keluarga mereka nantinya.
Bersambung!