kunjungi ig author meylani_ lindak untuk melihat karya-karya author lainya
Aku menjaga kesucian ku untuk suami yang begitu aku cintai. Namun, ternyata ia tak pernah menginginkannya.
Sebuah dendam mengubah cinta menjadi benci.
"Aku menikahimu, bukan karena aku menginginkan mu. Tetapi hanya ingin balas dendam atas penghinaan ayahmu pada ku, sekarang status sosial kita berbeda, sekarang kau lah yang tak pantas untuk ku Ze"
Bagai tersambar petir Zhezha mendengar pernyataan Yoga, pria yang dinantinya selama lima tahun.
Aku akan tetap menunggu kamu, meski seribu tahun lamanya. Namun, ada batas bagi seorang istri untuk menunggu, dan aku akan menunggu sampai jatuhnya talaq 3. Batas dimana ketidak mungkinan lagi untuk memiliki kamu.
"Terima kasih Mas, telah mengeluarkan aku dari kutukan perawan tua itu. Mungkin kutukan itu memang benar, aku akan tetap jadi perawan, meski aku sudah resmi jadi istri mu. "
Bagaimana kisah Zhezha, akan Zhezha menemukan cinta lain selain Yo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata dia Tak Pernah Menginginkan Ku
Matahari bersinar begitu cerah pada pagi ini, tak seperti wajah Zhezha yang sedang muram seperti torehan luka yang ada di hatinya. Kabut kelam masih menyelimuti qolbu-nya saat itu.
Sebuah pertanyaan besar masih menggantung di hatinya tanpa ada jawaban yang pasti.
Kemarin ketika mereka bersanding di pelaminan, Yoga terlihat baik-baik saja, tapi kenapa dalam waktu singkat ia jadi berubah.Pertanyaan itulah yang menggantung di pikirannya.
Zhezha bertanya lagi dalam hatinya. ' Apa aku yang terlalu memaksa mas Yoga ya? tapi aku tak pernah memaksanya. Itu hanya sebuah perjanjian di antara kami, dan jika memang ia sudah tak mencintai ku. Kenapa dia harus datang dan melamarku, ' batin Zhezha.
Zhezha kembali melirik ke atas tempat tidur karena melihat pergerakan dari Yoga.
Yoga bangun dan langsung menuju kamar mandi. Setelah suami beranjak dari tempat tidur mereka. Zhezha kemudian menghampiri tempat tidur dan merapikannya.
Bunga-bunga masih segar, tertata indah di tempatnya, tak seperti Zhezha yang terlihat kayu degan mata yang begitu sendu.
Zhezha menghampiri sofa yang ada di kamar mereka sambil meletakkan nampan yang berisi sarapan mereka.
Kemudian ia menghampiri jendela dan melihat pemandangan yang indah di sekitaran hotel.
Sebenarnya ada banyak destinasi yang bisa mereka kunjungi di sekitar hotel. Selain itu, hotel tersebut juga memiliki fasilitas yang cukup lengkap, harusnya mereka bisa menghabiskan bulan madu mereka dan menikmati waktu bersama di tempat tersebut.Namun sayangnya Yoga tak punya banyak waktu.
Yoga keluar dari kamar mandi dengan handuk sepinggan. Kemudian ia menarik kopernya dan mengambil beberapa potong pakaian.
Zhezha membuang wajahnya ke arah lain, mencoba untuk tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh suaminya tersebut.
***
Yoga selesai mengenakan pakaian lengkapnya.
" Zhe, kamu sudah siap? " tanya Yoga tanpa melihat ke arah Zhezha, saat itu ia sedang memasang jam tangannya.
" Sudah siap?memangnya kita mau kemana Mas? " tanya Zhezha.
" Kita check out sekarang saja Zhe. Kamu mau langsung pergi, atau singgah ke rumah orang tua kamu terlebih dahulu? " tanyanya lagi.
" Tentu saja singgah Mas, aku mau pamit sekalian ambil beberapa pakaian ku, " sahutnya.
" Kamu sudah sarapan? " tanya Yoga kembali.
" Belum, aku menunggu kamu, " sahut Zhezha dengan jujur.
Yoga tak menyahut lagi. Setelah siap dengan urusannya, Yoga menghampiri sofa kemudian duduk di atas sofa tersebut.
" Ya sudah kita sarapan dulu, " ucapnya.
Zhezha menatap ke arah Yoga, tak ada sapaan romantis apalagi kecupan hangat untuk mengawal pagi mereka.
keduanya pun duduk dengan saling berhadap-hadapan.
Yoga seperti menikmati sarapan paginya, sementara Zhezha rasanya ia sudah kenyang karena kembali teringat akan perlakuan Yoga semalam terhadapnya.
Setelah sarapan mereka langsung menuju rumah kediaman keluarga Zhezha.
Zhezha masih menyimpan pertanyaan di hatinya. Mungkin suatu saat nanti pertanyaan tersebut, bisa terjawab dengan sendiri.
Di dalam mobil Zhezha beberapa kali melirik ke arah Yoga yang terlihat biasa saja. Tak ada pembicaraan yang terjadi diantara keduanya, karena Zhezha sendiri merasa sungkan terhadap Yoga yang kini seperti orang asing di hadapannya.
***
Beberapa menit di perjalanan mereka pun tiba di kediaman orang tua Zhezha.
Kedatangan Zhezha disambut dengan bahagia dan oleh kedua orang tuanya, maklum saja selain bahagia melihat Zhezha yang telah menyandang status seorang istri, yang otomatis menggugurkan predikat sebagai perawan tua di lampung tersebut. Namun mereka juga sedih, kini putri satu-satunya akan meninggalkan rumah mereka dan kampung halamannya untuk mengikuti sang suami.
" Assalamu'alaikum, " ucap Zhezha ketika berada di pintu.
"Waalaikumsalam," sahut Yanto dan Meli secara serempak.
"Assalamu'alaikum, " Yoga memberi salam.
" Waalaikumsalam, "salam tersebut di sahut kedua orang tua Zhezha.
Keduanya pun masuk kedalam rumah dan duduk di hadapan kedua orang tua Zhezha.
Saat itu wajah pak Yanto terlihat begitu pucat.
" Ayah sakit ya? Kenapa terlihat pucat? " tanya Zhezha.
" Gak, Ayah hanya lelah Zhe, setelah berdiri menyambut tamu semalam, "sahut Yanto dengan napas terengah-engah.
Melihat Yanto yang kurang enak badan, Zhezha berbisik di telinga suaminya.
" Mas kita tunda saja ya, kepulangan kita. Ayah masih gak enak badan, "bisik Zhezha.
" Terserah Zhe, kamu mau tetap tinggal di sini, mengurusi ayahmu atau ikut aku, " sahut Yoga dengan nada bicara dan wajah yang terlihat datar
Mendengar hal itu, Zhezha semakin bingung, ia tertunduk beberapa saat untuk berpikir.
" Kamu ikut suami kamu saja Zhe, karena dia lebih berhak terhadap kamu.Lagi pula, ibu ada untuk merawat ayahmu, " sahut Meli.
Huk huk, Yanto batuk-batuk.
" Iya Zhe, ayah tak apa-apa. Pergilah, " sambung Yanto ketika melihat keraguan di wajah Zhezha.
Keputusan diambil cepat oleh Zhezha.
" Baiklah jika ayah dan ibu memberi izin, Zhezha pamit dulu, "ucap Zhezha sambil menghampiri kedua orang tuanya kemudian ia berlutut mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
" Bu Zhezha, pamit ya, " ucap Zhezha dengan haru.
" Iya Nak, hati-hati di jalan. Jaga diri kamu, " ucap Meli secara singkat.
Mereka berdua mengantarkan kepergian Yoga dan Zhezha sampai di depan pintu.
Sebelum berangkat Zhezha memeluk haru kedua orang tuanya, deraian air mata pun tak bisa lagi dibendung, sebenarnya berat baginya untuk meninggalkan Yanto yang sedang sakit-sakitan.
***
Perjalanan menuju kota sekitar enam jam. Selama di perjalanan suasana terasa sunyi. Karena keduanya memilih untuk diam.
Untuk menghilang rasa ngantuk selama di perjalanan Yoga memilih memutar musik pada playlistnya dari pada bicara pada Zhezha.
Enam jam berlalu dengan keheningan, Zhe zha sendiri sudah beberapa kali tertidur dan terbangun ketika di perjalanan.
Ketika kembali sadar, Zhezha membuka matanya, dan sedikit kaget ketika melihat keadaan jalan yang begitu penuh dengan hilir mudik pengendara motor dan mobil.
" Mas kita sudah sampai di kota? " tanya Zhezha sambil mengucek matanya.
" Iya, "sahut Yoga singkat.
Setelah itu tak ada pembicaraan lain. Beberapa menit kemudian, mobil Yoga masuk ke dalam basement sebuah gedung tinggi dan megah.
" Sudah sampai Zhe, "ucap Yoga ketika mobil berhenti dan terparkir rapi.
Yoga melepas seatbelt, begitupun Zhezha. Keduanya turun hampir bersamaan dari dalam mobil.
Setelah mengeluarkan koper mereka, Yoga berjalan menuju lift yang ada di basement diikuti oleh Zhezha. .
Keduanya pun masuk ke dalam lift. Yoga menyentuh angka 8 pada panel elevator tersebut.
" Mas, kita mau kemana? " tanya Zhezha dengan heran.
" Kita akan tinggal disini Zhe, " sahut Yoga.
Zhezha tersenyum sambil melihat sekitar lift.
" Ini apartemen milik mu ya Mas? "tanya zhezha.
" Iya, dan sebentar lagi juga akan jadi milik kamu, " jawab Yoga.
" Milik aku mas? tanya Zhezha ragu.
" Iya,bukannya kamu istri aku? Kamu juga akan memiliki setengah dari aset milik ku , " imbuhnya kembali.
Alangkah senangnya hati Zhezha, bukan karena apartemen yang akan jadi miliknya, ia senang karena perlakuan baik Yoga terhadapnya.
'Ternyata aku salah menduga, mungkin mas Yoga lelah karena itulah dia sedikit acuh padaku. ' batin Zhezha.
Ting pintu lift terbuka.
Zhezha melangkah dengan bahagia.Mendengar penuturan Yoga barusan, Zhezha kembali bersemangat. Ada harapan baru bagi rumah tangganya.
***
Keduanya sampai di tempat tinggal mereka. Sambil mendorong pintu Yoga menarik koper-kopernya.
Zhezha takjub melihat dekorasi dan beberapa furnitur rumah mereka tersebut yang didesain dengan konsep minimalis. Namun, terlihat begitu indah dan elegan.
Zhezha tersenyum bahagia sambil menghapus air mata harunya.
" Zhe! " Panggil Yoga.
" Iya Mas, " sahut zhezha sambil menghampiri Yoga yang sibuk mengeluarkan barang-barang dari kopernya.
" Di rumah ini ada dua kamar, kamu pilih yang mana? " tanya Yoga sambil memilah dan memilih antara barang dirinya dan Zhezha.
Zhezha melihat kamar yang ada di sampingnya.
" Yang ini saja, " ucap Zhezha sambil menepuk pintu kamar tersebut.
Yoga menoleh sekilas.
" Yah sudah kalau begitu masukan barang-barang kamu ke kamar itu! " perintah Yoga ia pun menuju satu kamar yang lainya.
Zhezha kembali di buat kaget melihat Yoga yang berjalan memasuki pintu kamar lainnya.
" Maksud kamu kita pisah ranjang Mas? " tanya Zhezha dengan hati yang getir, coba untuk menahan air matanya.
Yoga menoleh kemudian menghampiri Zhezha.
" Iya Zhe, "jawabnya datar.
" Hiks, tapi kenapa Mas? "tanya Zhezha dengan setengah menangis.
"Zhe, sebenarnya aku menikahi kamu ,bukan karena aku menginginkan kamu."
Bagai tersambar petir Zhezha mendengar penuturan Yoga tersebut. Zhezha terdiam, karena begitu syok.
" Aku menikahimu hanya untuk membalas dendam karena ayahmu pernah menghina aku. Sekarang aku sudah buktikan pada ayahmu, jika aku pantas mendapatkanmu.Dan mungkin saat ini, kau yang justru tak pantas untuk ku! "Cecar Yoga.
Bagai tersambar di siang hari, Zhezha memperlebar pupil matanya karena begitu syok setelah dihujani Yoga dengan kata-kata kasarnya.
Air matapun tak terbendung lagi, mengalir dengan derasnya. Tak ada suara isak tangis yang terdengar dari Zhezha yang tubuhnya diam terpaku tersebut. Hanya linangan air mata yang jatuh berderai membasahi wajahnya.
Bersambung.
banyak pelajaran yg bisa qta ambil dr cerita ini, salah satu nya..janganlah qta menghina orang yg berada d bawah qta,,krn qta g tau kedepan nya akan seperti apa krn roda akan selalu berputar!!!
smoga Wisnu jd pengobat luka yg begitu dalam bwt Zhezha...
Yoga sungguh kamu keterlaluan, d saat Zhezha baru pulang dr RS kamu torehkan lg luka yg begitu dalam..smoga kamu cepat menyadari nya, dn d saat kamu sadar..Zhezha udh jauh dr jangkauan mu 😬
klo dendam ma bapa nya, anak nya jangan d bawa2 dooong..belum tentu anak nya punya tabiat sma kaya orangtua nya
kamu wanita kuat Zhee kamu pasti bisa melewati smua cobaan ini,,biarkan Yoga bersikap seperti itu..nanti jg ada masa nya dia akan menyesali smua perbuatan nya yg udh nyakitin kamu 🥺
kamu dgn mudah nya melampiaskan dendam mu terhadap pa Yanto dgn menyakiti Zhezha,,ingat Gaa dendam g hrs d balas dgn kejahatan tp tunjukanlah dgn keberhasilan qta!!!
lihat lah anak mu pa Yanto, dia mulai menjalani dendam nya Yoga terhadap mu pa Yanto..gara2 anda yg terlalu sombong dn serakah Zhezha d perlakukan tdk semesti nya sbagai seorang istri oleh suami nya 😠
ingat pa Yantooo roda itu selalu berputar, g selama nya orang akan terus d atas..bukti nya skarang pa Yanto smua kekayaan nya udh habis d jualin bwt berobat...tp pa Yanto masih aj sombong!!!
sampe Zhezha d lamar ma beberapa pria g sedikit pun Yoga ngasih kabar keadaan nya d kota,,,,apakah Yoga sengaja utk menguji kesetiaan Zhezha ga ngasih kabar hingga 5 tahun lama nya?
tp hidup memang harus d perjuangkan klo qta pengen jd orang yg sukses,,tp pertanyaan nya..mampukah qta menerjang keras nya dunia dgn sgala rintangan nya?
hanya Tuhan yg tau akan kemampuan qta...😔
Tetap semangat berkarya & sehat selalu..