Keyra Putri Utami adalah nama yang di sematkan oleh kedua orang tuanya, sejak usianya delapan tahun dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan yang ikut menewaskan kedua orang tuanya.
Keyra di asuh oleh Paman dan Bibi yang begitu sayang kepadanya, yang menyebabkan kedua puteri Paman dan Bibi nya cemburu kepada Keyra.
Hutang sang Paman yang di lunasi oleh sahabat Pamannya kepada seorang juragan tanah, yang menyebabkan Keyra harus berakhir menikah dengan putera sahabat dari Pamannya sebagai penebus hutang keluarga.
Entah bagaimana nasib Keyra si Gadis Buta yang hanya mengenal satu warna saja dalam hidupnya yaitu Hitam, akankah seseorang mampu mengenalkan warna lain selain Hitam kepada Keyra?
Jika kebahagiaan itu harus di jemput, kenapa harus menunggu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putribulan21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wangi Tubuh Yang Sama
"Tuan Langga, anda sudah di tunggu di ruang meeting." Suara asistennya Fahri mengagetkan lamunannya.
"Hmmm"
Sang pemilik mata Elang itu hanya menjawab dengan gumaman yang di sertai anggukan kepala.
Lalu Fahri mengikutinya dari belakang, semua mata mengarah padanya sebelum akhirnya mereka menunduk sebagai tanda hormat.
Tak berapa lama, masuklah mereka ke ruang meeting. Semua orang yang berada di ruangan tersebut pun mengangguk memberi hormat, sambil menundukkan kepala.
Lalu meeting pun di mulai, semuanya sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk dari setiap usaha mereka.
Sebab Tuannya di kenal sebagai seorang yang tidak pernah puas dan selalu menuntut kesempurnaan, maka setiap pujian yang di lontarkan oleh sang Tuan adalah sesuatu yang sangat berharga yang patut di pertahankan.
Lelaki bermata Elang itu pun menutup meeting tersebut dengan sebuah gebrakan di atas meja, membuat semua peserta meeting merinding ketakutan.
Tekanan itu benar benar terasa hingga ke dasar hati, bahkan meruntuhkan harga diri demi sebuah kesempurnaan.
"Selidiki semua pihak yang terkait, aku tidak ingin mendengar ada kegagalan lagi, usahakan produk kita bisa mencapai target dengan kualitas terbaik, kalau hasilnya masih seperti ini silakan angkat kaki dari perusahaanku."
Terdengar kejam bahkan menakutkan, begitulah sikap Tuan mereka yang selalu memuja kesempurnaan. Tak sedikit yang mengidolakannya, bahkan mereka begitu memuja wajah indah yang bagaikan sebuah pahatan itu.
Ketika langkahnya tepat di lorong yang menuju ke ruang kantornya, seorang wanita yang memakai blazer hitam itu pun keluar setelah selesai penanda tanganan kontrak kerjanya.
Langkah riangnya benar benar terlihat dari gaya tubuhnya, ketika mereka saling berpapasan, wanita dengan blazer hitam itu pun memejamkan kedua matanya demi menyelami sebuah perasaan yang kian akrab dengan kesehariannya yakni rindu ketika penciumannya mencium parfum yang begitu di rindukannya.
Mas Dewa! Lirihnya dalam hati sambil menatap orang yang melintas dari hadapannya di hadapannya.
Lelaki bermata Elang itu pun menolehkan pandangannya ke arah wajah wanita dengan blazer hitam itu, seolah mendengar panggilan hati wanita dengan blazer hitam tersebut.
Pandangan mata mereka saling mengunci, entah mengapa sudut mata Elang itu menjadi berair kala tatapan mereka saling mengunci, mata Elang itu menyirat banyak luka juga perasaan rindu yang menyayat hati. Betapa hati ingin mengungkapkan segalanya kepada wanita dengan blazer hitam tersebut, namun lidahnya terlalu kelu untuk berkata.
Karena taruhan dari setiap perkataannya adalah sebuah nyawa, dia benar benar tak punya pilihan. Dengan langkah yang berat lelaki mata Elang itu pun segera membuang pandangannya, dan memilih berlalu meninggalkan wanita dengan blazer hitam itu yang berdiri mematung.
"Nona Keyra silakan jalan keluarnya di sebelah sana." Ungkap Fahri dengan penuh sopan.
"Ah ya, terimakasih banyak." Ucap Keyra sambil mengangguk dengan senyum yang manis.
Keyra pun berjalan dengan perasaan yang entah, mengapa dia merasakan keanehan ketika bertatapan dengan lelaki jangkung itu, ada debaran aneh yang tak biasa.
Tak berapa lama, Keyra pun tiba di tempat kontrakkannya Dinda. Dia segera merangkul Dimas ke dalam pelukannya, lalu melayangkan ciuman bertubi tubi kepada wajah mungil yang begitu di rindukannya.
"Ampun Mama aku geli!" Teriak bocah kecil yang menggemaskan tersebut.
"Dimas nakal tidak sama Tante Dinda?" Tanya Keyra setelah mereka membenarkan poisi duduk mereka.
"Tidak Mama, Dimas kan mau jagain Mama." Ucapan polos itu benar benar menyentuh hati terdalamnya.
Lantas Dinda bersiap untuk bekerja, setelah pamit Keyra pun segera membuat makan siang untuk dirinya juga Dimas, sebab Dinda akan makan siang di perusahaan saja.
Ketika Keyra sibuk mengaduk masakannya sambil mengawasi Dimas, tiba tiba pintu kontrakkannya di ketuk oleh ibu pemilik kontrakkan tersebut.
"Siang mbak Keyra."
"Siang bu."
Lalu mereka pun mengobrol perihal harga sebuah kamar kontrakkan, setelah sepakat dengan harga Keyra pun segera membayar agar dia bisa segera pindah ke kamar sebelah samping kontrakkan Dinda.
"Bu, saya butuh seorang pengasuh apa ada yang ibu rekomendasikan?" Tanya Keyra.
"Ada mbak, dia baru aja resign dari pekerjaannya dia memang seorang pengasuh." Ucap Ibu pemilik kontrakkan.
"Kalau boleh tahu, kenapa dia resign ya bu?"
"Karena majikannya selalu main tangan kalau anaknya nangis, di kira anaknya di apa apain sama pengasuhnya, karena selalu di kasarin jadi mbak Ayu itu resign."
Mendengar hal tersebut, Keyra pun langsung ingin bertemu dengan seorang pengasuh bernama Ayu tersebut.
Lalu Ibu pemilik kontrakkan itu segera menghubungi Ayu lewat ponselnya, sehingga tak berapa lama datanglah Ayu sang pengasuh.
Rupanya Dimas senang bermain dengan Ayu, dia bahkan langsung nempel dengan wanita yang akrab di panggil mbak Ayu tersebut.
Akhirnya Ayu bersedia mengasuh Dimas, selama Keyra bekerja di kantor tempat Dinda bekerja. Karena mulai besok dia harus sudah mulai bekerja, dan Keyra harus bersiap dari sekarang untuk menyusun ulang jadwalnya di setiap hari.
Tak membutuhkan waktu yang lama, Keyra pun pindah ke kamar sebelah karena kamar tersebut baru saja di tinggal penghuninya kembali ke kampung dan tak akan kembali ke kota.
Kamar dengan ukuran kecil itu memiliki dapur yang menyatu dengan ruang makan, juga tempat tidur. Kamar mandi kecil di sudut ruangan dengan satu meja yang dekat dengan jendela.
Namun Keyra tetap bersyukur karena Dinda mau menampungnya terlebih dulu, segera dia membersihkan ruangan tersebut. Keyra begitu bersemangat menyambut hari hari baru tanpa kejaran Juragan Marwan juga tanpa sepupu sepupu laknatnya.
**
Keesokan harinya, Keyra sudah siap dengan setelan kerjanya. Dia melangkah pasti menuju kantor yang tak jauh dari tempatnya mengontrak.
Sesampainya di kantor, Keyra di panggil oleh atasannya yang bernama mbak Lusi, lalu Keyra pun menghadap mbak Lusi.
"Keyra kamu di suruh menghadap dulu ke ruangan Presdir." Ucap mbak Lusi setelah urusannya selesai dengan Keyra.
Entah mengapa jantung Keyra menjadi berdegup kencang, teringat tatapan mereka yang saling mengunci seolah menggambarkan banyak luka dan kerinduan.
Satu demi satu langkahnya menuju ruangan Presdir itu terlihat enggan, namun Keyra tidak mungkin mengabaikan panggilannya bukan?
Saat sampai di lantai paling atas, asisten sekaligus sekretarisnya Fahri sudah menunggu. "Silakan Nona Keyra, Tuan Langga sudah menunggu anda di dalam." Ucap Fahri sambil membukakan pintu untuk Keyra.
Keyra pun masuk ke dalam ruangan Tuan Langga, tampak dia sedang duduk di kursi kebesarannya dengan laptop di depannya. Benar benar terlihat gagah dan mempesona, di depannya terdapat tulisan Presdir D. Airlangga dengan huruf kapital.
Keyra pun melangkah menuju Tuan Langga, si lelaki dengan mata Elang yang memiliki aroma wangi yang sama dengan suaminya. Dan itu benar benar mengganggu fokus Keyra, hingga tanpa sadar Keyra terantuk meja yang ada di hadapannya namun sebelum tubuhnya menyentuh lantai, sebuah tangan kekar segera merangkulnya hingga kepala Keyra menubruk dada bidangnya.
Wangi tubuh benar benar sama, bahkan rasa pelukan adalah pelukan Dewa, tangan kokoh juga debaran jantungnya adalah milik Dewa suaminya. Membuat Keyra menjadi emosional, bahkan cairan itu tak bisa lagi di bendungnya.
Ini pelukan Mas Dewa, dan debaran jantung ini adalah debaran jantung Mas Dewa, juga wangi tubuhnya adalah milik Mas Dewa, siapa sebenarnya lelaki jangkung ini? Kenapa semuanya sama? Keyra hampir saja pingsan ketika hembusan nafasnya yang hangat menyapu wajah cantiknya.
Namun sebuah deheman keras segera menyadarkan mereka berdua, lalu dua duanya menjadi salah tingkah
"Ekkkhhemmmmm, maaf Tuan Langga ini berkas yang anda minta." Fahri masuk ke ruangan kantor Tuannya, lalu memberikan berkas yang dia minta sebelumnya.
Masih terlihat gurat gurat perasaan gugup itu di antara tingkah mereka, yang membuat Fahri menjadi gemas sendiri.