Cella adalah seorang koki terkenal dengan wawasan luas dan kecerdasan yang luar biasa. Namun, hidupnya yang gemilang terhenti ketika ia tertabrak bus saat menolong seorang nenek menyeberang jalan. Bukannya masuk surga, jiwa Cella justru terbangun di tubuh Fifi Zara Kiana Gibson, seorang istri dari CEO kaya, Darius Armand Gibson.
Darius mencintai Fifi sejak kecil, tetapi pernikahan mereka penuh kebekuan karena Fifi tak pernah mencintainya. Fifi terperangkap dalam cinta buta terhadap Kelvin, pria yang memanfaatkan dirinya untuk merebut harta Darius. Dalam hidup sebelumnya, Fifi berkhianat, anaknya diracun, dan Darius bunuh diri setelah kehilangan keluarganya. Semua harta berpindah ke Kelvin dan Dara, adik tiri Fifi, yang menjadi dalang kekacauan itu.
Kini, dengan jiwa Cella di dalam tubuh Fifi, ia bertekad untuk mengubah segalanya. Cella berjanji untuk melindungi Darius dan Dinda, anak perempuannya, sekaligus membalas kejahatan Kelvin dan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Fifi
Darius dengan wajah berkerut menahan rasa sakit, tubuhnya mulai lemas dan akhirnya ambruk ke lantai "Fifi... aku... aku baik-baik saja..."
Fifi terkejut mendekati Darius dengan mata yang penuh kecemasan, suaranya bergetar "Darius! Darius! Bangun! Jangan seperti ini!"
Dinda melihat ayahnya ambruk, ia terisak dan berlari menuju sang ayah "Papa! Jangan tinggalkan kami, papa! Bangun, papa!"
Fifi memeluk Dinda dengan panik, tangannya gemetar ketika ia mengarahkan pandangannya ke Darius "Anton! Tolong! Segera bantu kami!"
Anton segera datang bersama beberapa penjaga dan dengan cepat mengangkat tubuh Darius yang terkulai lemah. Fifi dengan suara penuh emosi, matanya berkaca-kaca "Cepat! Bawa dia ke kamar utama! Jangan biarkan dia tergeletak begitu saja!"
Setelah beberapa saat, mereka berhasil membawanya ke kamar utama. Fifi terengah-engah, dengan cemas "Darius... bangunlah... aku akan menelepon dokter, jangan tinggalkan aku sekarang"
Fifi segera menelepon dokter keluarga. Beberapa menit kemudian, dokter datang dengan cepat, membawa tas medisnya. Dokter memeriksa Darius dengan cekatan, mengukur tekanan darah, dan memeriksa nadi Darius "Dia terkena pukulan yang cukup keras, tekanan darahnya rendah. Saya akan berikan obat dan salep untuk meredakan rasa sakitnya. Anda harus berhati-hati, Fifi. Dia perlu istirahat"
Fifi terisak, dengan suara gemetar, sambil memegang tangan Darius "Dokter, tolong... dia tidak bisa seperti ini. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya bisa membuatnya sembuh?"
Dokter meletakkan resep di meja dan memberikan petunjuk "Berikan dia obat ini dengan dosis yang sesuai. Salep ini untuk membantu mengurangi rasa sakit pada tubuhnya. Pastikan dia tetap beristirahat. Jangan biarkan dia terlalu banyak bergerak."
Setelah dokter pergi, Fifi menatap Darius dengan penuh kekhawatiran, merasakan ketakutan yang mendalam di hatinya "Darius... aku tak tahu harus berbuat apa... Aku akan menjaga kamu, aku akan melakukan apa saja agar kamu cepat sembuh"
Fifi menatap Dinda yang masih terisak, mencoba menenangkan anaknya "Dinda, sayang, kamu harus istirahat di kamarmu. Biarkan Mama yang menjaga Papa. Kamu sudah cukup lelah hari ini, biarkan pengasuh yang menemanimu, ya?"
Dinda mengusap air matanya dengan tangan kecil, namun suaranya masih terisak "Mama... Papa... jangan biarkan apa yang terjadi pada Papa... Aku... aku takut."
Fifi memeluk Dinda dengan lembut, mencoba menenangkan anaknya "Mama juga takut, Dinda, tapi kita harus kuat. Papa akan baik-baik saja, kita harus percaya itu. Ayo, kamu pergi ke kamar dulu, Mama akan selalu ada di sini untuk Papa"
Dinda mengangguk dengan ragu, namun akhirnya berjalan menuju kamarnya sambil tetap memandang ke arah ayahnya dengan penuh kecemasan
Setelah Dinda pergi, Fifi kembali mendekati Darius yang terbaring lemah di ranjang. Fifi, berbisik sambil memegang tangan Darius "Aku tahu kamu kuat, Darius. Jangan tinggalkan aku. Aku akan menjagamu dengan semua kekuatanku"
Fifi kemudian memanggil asisten Darius untuk pergi ke apotek dan menebus obat yang telah diberikan oleh dokter. Setiap detik terasa begitu berat baginya. Fifi menatap Darius, menangis dalam diam "Kamu harus sembuh, Darius. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu"
Meski tubuh Darius lemah dan terkulai di ranjang, sesungguhnya ia masih sadar. Saat dokter memeriksa dan memberikan resep obat, Darius bisa mendengar setiap kata yang terucap, namun matanya tetap tertutup rapat. Ia hanya mampu mendengarkan suara Fifi yang cemas, suaranya bergetar saat meminta pertolongan. Darius ingin merespon, ingin membuka matanya untuk melihat sang istri, tetapi tubuhnya terasa begitu berat. Ia hanya bisa berbaring, merasakan kehangatan tangan Fifi yang menggenggam erat, dan dalam hati, ia bertekad untuk tetap bertahan demi keluarganya.
drama banget, anak udh berumah tangga dicampuri urusan nya..
di part ini kurang suka aq Thor, wibawa anak laki2 hilang Krn tokoh mamanya Darius..
kalo memang menyayangi anaknya kenapa gk dari dulu..
sekarang baru sibuk datang dan mukul orang seenaknya..