Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Keluarga Dev
Aleen, Divya dan ibunya sedang memasak didapur.
"Mama, jangan masukkan terlalu banyak garam. Cukup satu sendok teh saja"
"Benarkah? Bukan satu sendok makan. Disini hanya dikatakan satu sendok"
"Tidak mah. Kita hanya masak dalam jumlah kecil. Bukan masak untuk pesta. Kak Divya harus kocok telurnya perlahan"
"Apakah seperti ini?" tanya Divya memastikan pada Aleen.
"Itu terlalu pelan. Bagaimana kalau aku saja yang masak dan kalian membantuku saja?"
Aleen menyarankan pada mertua dan kakak iparnya.
Divya dan ibunya saling menatap satu sama lain sebelum memutuskan.
"Baiklah. Kami hanya akan membantumu saja"
Akhirnya Divya dan ibunya setuju, Aleen pun mulai mengambil alih dapur. Dia terlihat sangat cekatan dalam memasak. Satu persatu makanan pun mulai dihidangkan. Divya dan ibunya menatap Aleen dengan tatapan kagum.
Sementara itu Dev dan Ray baru saja tiba. Mereka langsung masuk ke rumah dengan panik.
"Dimana mama dan kak Divya?", tanya Dev pada pekerja dirumahnya.
"Nyonya ada didapur"
Dev dan Ray kembali melangkahkan kaki ke dapur.
"Mah, Aleen, Kak Divy!"
Dev berteriak memanggil mereka.
"Hahaha lihatlah Mama terlihat berantakan!"
"Kamu juga"
Dev terkejut melihat Ibu, Divya dan Aleena sedang memasak bersama di dapur.
"Apa yang sedang kalian lakukan?", tanya Dev dengan heran
"Dev, kamu sudah datang?"
Aleen menyambut Dev dengan senyum ceria.
"Apa kamu tidak papa?"
Dev menghampiri Aleen dan bertanya dengan lembut.
"Apa maksudnya itu?Kamu pikir apa yang akan kami lakukan pada istrimu? Kamu pikir kami akan memakannya, atau menganiayanya, hah?"
Divya menanggapi Dev dengan nada yang sinis.
"Tidak ada. Aku hanya berpikir kalau kamu akan mengajarinya sesuatu yang menyesatkan!"
Aleen tersenyum melihat interaksi Dev dan kakaknya.
"Apa yang sedang kalian masak"
Ray menghampiri ibu Dev dan melihat masakan yang telah mereka buat.
"Aleen yang memasak semuanya. Kami hanya membantu saja",jawab ibu Dev dengan lembut.
"Benarkah? Aku jadi lapar setelah melihat masakan ini. Mah, boleh aku ikut makan disini?"
"Tentu saja. Kamu pikir aku ini siapa, hah?"
Ibu Dev menanggapi sambil memukul pelan kening Ray.
Aleen menatap Dev heran karena tidak tahu hubungan diantara mereka.
"Ray ini sebenarnya sepupuku, tapi karena orang tuanya sudah meninggal, jadi mama dan papa merawatnya sejak kecil"
Dev menjelaskan pada sang istri untuk menghilangkan rasa penasarannya.
"Oh, begitu"
Aleen mengangguk mengerti dengan penjelasan Dev.
"Semuanya sudah selesai kan? Sebaiknya kita ke depan. Biarkan Bibi yang membereskan dapur"
Dev melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Aleen dan menuntunnya ke ruang makan.
"Dev benar. Ayo kita ke depan. Kalian harus cuci tangan dulu. Sebentar lagi papa kalian akan datang dan kita bisa makan bersama"
Semuanya setuju dengan saran ibu Dev dan mulai beranjak dari dapur.
Aleen berjalan sambil melihat-lihat bagian rumah. Dia mengernyit melihat foto keluarga yang terpasang disana.
"Itu... "
Aleen menunjuk foto keluarga Dev.
"Oh, itu papa dan kakak ipar. Yang perempuan itu adalah keponakanku. Dia sedang mengikuti acara disekolahnya, nanti akan ku kenalkan padamu".
"Itu papamu? Aditya Wirawan? Pengusaha sekaligus politisi yang disegani?"
Aleen sangat terkejut mengetahui identitas ayah mertuanya.
"Kenapa ekspresimu begitu? Bukannya kamu sudah tahu kalau nama belakangku adalah Wirawan? Tentu saja aku putra dari Aditya Wirawan"
Dev menanggapi dengan senyum yang manis.
"Aku tidak pernah melihat wajahmu muncul di TV ataupun majalah bersama keluargamu. Jadi aku tidak mengira kalau kamu putra pak Aditya. Pantas saja aku merasa tidak asing saat melihat kak Divya tadi"
Aleen menjelaskan alasan keterkejutannya pada Dev.
"Aku menetap diluar negeri untuk urusan bisnisku dan aku tidak terlalu suka diliput media. Jadi aku sangat jarang muncul bersama keluargaku, meskipun begitu aku beberapa kali masuk dalam majalah bisnis dan cukup terkenal dikalangan pebisnis. Apa kamu juga tidak pernah memperhatikanku?"
Dev menjelaskan sedikit tentang dirinya pada Aleen.
"Maafkan aku. Aku sama sekali tidak tahu masalah itu"
Aleen tersenyum menyesal karena tidak tahu tentang Dev.
"Sangat disayangkan. Istriku sendiri tidak tahu kalau dia punya suami yang hebat dan cukup disegani di dunia bisnis".
Dev mengerucutkan bibir dengan nada kecewa pada Aleen...
"Aku tidak tahu kalau kamu sangat suka memuji diri sendiri"
"Karena aku tidak mungkin mendapatkan pujian dari istriku yang belum tahu tentangku, jadi lebih baik aku memuji diriku sendiri"
"Bagaimana dengan perusahaan? Kenapa kamu memutuskan kembali kemari?"
"Oh itu. Karena perusahaan diluar negeri sudah stabil jadi aku memutuskan kembali kemari dan mengambil alih perusahaan disini, tapi aku tetap mengawasi perusahaan yang diluar negeri"
Dev menjelaskan alasan pindahnya pada Aleen.
"Aku tahu kalau perusahaan ini adalah cabang dari perusahaan diluar negeri, tapi aku tidak tahu kalau perusahaan ini milikmu"
"Kamu bertahun-tahun bekerja diperusahaan, tapi tidak tahu pemilik dari perusahaan itu. Sungguh tidak perhatian"
"Iya maafkan aku. Mulai sekarang, aku akan lebih perhatian lagi"
Aleen berjanji dengan nada bicara yang manja.
"Sudahlah. Ayo kita keruang makan dan menunggu papa disana"
Aleen mengangguk setuju pada Dev dan semuanya menunggu kedatangan ayah dan kakak ipar Dev diruang makan sambil berbincang.
"Kami pulang!"
Ayah Dev dan kakak iparnya tiba bersamaan
"Wah, ternyata semuanya sedang berkumpul. Bahkan ada tamu istimewa disini"
Ayah Dev bicara dengan sikap yang tenang dan berwibawa. Terlihat kalau sikap dingin dan tenang Dev diturunkan dari sang ayah.
"Pah, Kak. Kenalkan ini istriku, Aleena"
Dev berdiri dan memperkenalkan Aleen oada ayahnya.
"Halo Aleen, selamat datang dikeluarga kami. Papa harap kita bisa seperti keluarga yang sebenarnya"
"Terima kasih, Pah. Aku senang bisa jadi bagian dari keluarga ini"
"Pah, ayo duduk. Makan malamnya sudah siap. Aleen yang masak semuanya loh Pah"
Ibu Dev menghampiri sang suami dan mengambil tas kerjanya. Lalu dia mempersilahkan sang suami untuk makan.
"Wah, benarkah. Sepertinya enak. Papa tidak sabar untuk mencicipinya. Ayo kita makan"
Keluarga Dev pun memulai makan malam hangat mereka. Sesekali mereka berbincang ringan membicarakan keluarga.
"Aku sangat kenyang. Semua masakanmu sangat enak"
Divya memuji masakan Aleen setelah mereka selesai makan.
"Kak Divy benar. Masakan kak Aleen sangat enak, tidak bisa dibandingkan dengan masakan kak Divy"
Ray bicara dengan sikap yang tenang dan acuh tak acuh.
"Ray, jaga mulutmu ya. Kamu sengaja ingin menjatuhkanku?!"
Divya menggertak sambil menatap Ray dengan sorot mata yang tajam.
"Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya sekedar memuji saja"
Ray kembali menanggapi dengan sikap tenang.
"Ray, hentikan"
"Baik, Kak Jimmy"
Ray pun diam setelah suami Divya bicara.
"Malam ini kalian tidur disini saja. Besok kalian bisa berangkat ke kantor dari sini", ujar Ibu Dev menyarankan
Aleen dan Dev saling menatap satu sama lain sebelum mereka menanggapi.
"Baiklah, Mah".