Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantor polisi dan sel sementara
"Pak!!, pak hendra!!." Teriak andrian,tak lama pak hendra segerah datang dengan bi surti yang senantiasa berada disampingnya.
Bi surti berteriak kencang ketika melihat pemandangan gila yang ia lihat dikamar sang majikan,ekspresi tak jauh berbeda juga pak hendra tampilkan ketika dirinya melihat keadaan yang terjadi di ruangan ini.
"Tangkap dia!, jangan biarkan dia kabur,setelah polisi datang,segera serahkan perempuan itu kepada polisi." perintah andrian begitu mutlak,pak hendra sepontan mengalihkan pandanganya pda eza,ekspresi terkejutnya kembali bi surti dan pk hendra tampakkan ketikan mereka mendengar penuturan andrian.
Setelah mengucapkab itu,andrian segerah pergi menyusul sang ayah dan sean yang sudah lebih dulu membawa sang adik untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
Keadaan begitu tunyam,apalagi ketika melihat eza yang masih juga belum mau membuka mulutnya tentang kejadian yang baru saja terjadi,entah kenapa gadis itu begitu terkejut sampai-sampai mulutnya terasa kaku akibat rasa terkejutnya sendiri,ataukah karena adanya hal lain.
"Eza, apa yang sebenarnya terjadi,bagaimana ini bisa terjadi hmmm?." Tanya pak hendra yang belum juga putus asa,ia terus bertanya kepada eza dan intonasi nada yang begitu lembut.
Pak hendra akan terus membujuk eza agar eza mau mengeluarkan suara,setelah eza mau menjelaskan kronologi nya dengan baik,pak hendra akan berusaha agar gadis ini tidak mendapatkan hukuman apa-apa setelah ia di serahkan pada pihak yang berwajib.
Bagaimana pun pak hendra dan bi surti yakin,jika eza tak mungkin melakukan hal keji itu,terutama kepada saudara kembarnya sendiri,mereka tahu betul bagaimana perasaan eza yang sebenarnya,karena mereka sudah mendampingi tumbuh kembang gadis ini sedari lama.
Tak lama terdengar suara sirine polisi yang begitu menggema dikediaman mewah ini,bi surti dan pak hendra semakin dilanda kepanikan yang luar biasa,apalagi ketika mereka sadar jika suara irine yang mereka dengar tak hanya bersumber dari satu mobil polisi saja.
"Apakah gadis bernama aleza?." Tanya slah satu polisi kepada pak hendra,mau tak mau pak hendra meati menganggukan kepalanya mengiyakan,mustahil baginya untuk berbohong disituasi genting seperti sekarang.
"Kami akan membawah nya untuk di introgasi,untuk lebih kedapannya lagi,kami akan menelitih lebih lanjut langsung dari tempat kejadian." Jelas polisi itu sambil memborgol lengan aleza dan membawa tubuh gadis itu masuk kedalam mobil polisi.
Bi surti menatap kepergian aleza dengan ekspresi penuh ketidak relaan,kenapa kehidupan gadis itu malah semakin ruyam.
"Pak,giman ini pak?,kasian eza." Lirih bi surti sambil menatap wajah pak hendra,pak hendra hanya mampi menghela nafasnya berat.
"Kita serahkan saja semua ini kepada yang di atas,moga-moga masih ada barang bukti yang ditinggal pelaku ditempat kejadian dan aleza bisa segera dibebaskan,kita berdoa saja yah." Balas pak hendra mencoba menenangkan kepanikan sang istri.
"Tapu eza pak,eza!!!, kasian eza kalau dia mesti nunggu selama itu sendirian dipenjara,ibuk nggak tega pak!." Balas bi surti sambil menggenggam tangan sang suami.
"Sabar ya buk,allah pasti bakalan tolong kalau emang eza ngak salah,pasti bakalan terjadi keajaiban,percaya sama bapak."
"Tapi bapak juga tau sendiri kan?, bagaimana bencinya mereka terhadap eza,mungkin aja mereka sengaja mengusut kasus ini agara mereka punya alasan buat bisa mendepak eza dari kediaman ini,kasian eza pak!!." Bi surti semakin menjadi-jadi.
Sebenarnya bi surti bisa sepanik ini bukan tanpa alesan,dirinya tidak memikirkan hal lain,tapi satu hal itulah yang bi surti pikirkan sehingga hatinya terus merasa tak tenang,karena bi surti tahu,bagaimana kejam dan dinginya keluarga mahendra kepada orang yang mereka anggap tak berguna atau hama.
Padahal apa yang mereka melakukan terkadang tidak pernah sesuai dengan fakta yang ada,namun kebencian bener-benar meruba segalahnya.
"Sttt ah,nggak boleh sha'udzon kaya begitu,nggak baik." Serah pak hendra.
"Terus kamu mikirnya eza emang beneran salah gitu?,nggak mungkin pak,anak sebaik dan sependiam eza mana bisa melakukan hal sekeji itu."
"Bukan begitu maksud bapak,ya intinya kita berdoa saja yang terbaik buat eza,kita do'akan yang terbaik juga buat alexa,moga-moga dia masih bisa terselamatkan dan bisa memberikan kesaksian yang sebenarnya pada polisi."
"Alexa udah nggak bakalan bisa di selamatkan lagi pak." Lirih bi sutri.
"Buk,kenapa ibu jadi begini sih?,kita itu hanya manusia biasa yang cuman bisa berdoa dan berikhtiar,tapi untuk saat ini,yang bisa kita lakukan hanyalah berdo'a kita pasrahkan ini kepada yang di atas,kita berdo'a semuanya yang terbaik,mengerti?!." Jelas pak hendra.
Brakkk....
"Saya bertanya sekali lagi kepadamu,apakah benar kamu hendak membunuh ananda alexa queen mahendra." Tanya kepala polisi sambil menatap wajah aleza begitu tajam,kini aleza tengah berada diruangan interogasi,di sini dirinya di interogasi oleh dua orang polisi,mereka terlihat sudah begitu frustasi karena sedari dati eza tak kunjung juga menjawab pertanyaan mereka.
Aleza hanya mampu terdiam dengan tatapan kosong yang selalu ia arahkan ke depan,bahkan disaat para polisi itu membuat kebisingan dan membentak eza berkali-kali,eza sama sekali tidak bergeming.
"Akhhhh,sial,kita sudah membuang satu jam penuh untuk meladeni gadis gila ini." Geram sakha seorang polisi.
"Stt pak,bagaimana pun gadis dihadapan kita ini adalah putri keluarga mahendra." Ujar polisi yang lain mencoba mengingatkan.
"CK,dia hanyalah seorang putri buangan yang tidak di inginkan,lihatlah,bahkan kini dia dilaporkan oleh keluarganya sendiri.
"aakhhhh,perlukah kita membuat laporan palsu." Lanjut polisi itu sebelum dirinya pergi keluar dari dalam ruangan introgasi itu dengan perasaan kesal.
"P-pak,kepala polisi." panggil polisi yang lain.
"Kau tunggu disini,polisi yang lain akan segerah menuntun mu ke sel sementara,selama kau belum mau membuaka mulutnya,maka kau akan tertinggal di sel sementara sampai hari persidangan tiba!." Jelas polisi yang lain sambil ikut menyusul kepala polisi mereka yang merajuk,lagi-lagi eza tak membalas,ia hanya menganggukan kepalanya tanpa ekspresi.
Tak lama dari perginya polisi tadi,seorang polisi lain mendatangi eza,dia terlihat membawa sebuah borgol ditangannya,eza menatap tangganya sendiir yang kini tengah diborgol oleh polisi tersebut.
Perlahan tubuh eza mulai di pksa untuk mengkuti langkah polisi didepannya ke suatu tempat,eza tertunduk lesu,terutama ketika eza melihat tatapan-tarapan polisi yang tak sengaja berpapasan dengannya,mengapa tatapan semua polisi itu berbeda terhadapnya?.
"Diamlah disini dan jangan banyak tingkah bertingkahlah sampai hari persidangan tiba!." Kata polisi yang tadi menyeret eza sampai kesebuah sel,sel ini hanya di isi oleh eza seseorang?, Tapi kenapa?.
"Tunggu!." Teriak eza sambil menahan tangan sang polisi,polisi itu mengangkat sebelah alisnya menunggu perkataan selanjutnya yang akan eza lontarkan.
"B-Bagaimana keadaan alexa sekarang?." tanya ana dengan intonasi nada yang begitu pelan.
"Alexa?,alexa queennela mahendra?,korban yang telah kau bunuh?,kau bertanya korbanmu sendiri kepadaku?, ctkk!, benar-benar perempuan gila,tak heran kenapa keluarga mu sendiri mengiringmu ke sini." Balas polisi itu sambil memandang eza rendah.
Eza tersentak,ia tak menyangkah jika jawaban seperti inilah yang akan ia terima,tatapannya terlepas dari sang polisi,tubuhnya mundur secara perlahan,tak lama dari mengatakan hal itu,polisi dengan bekas luka diwajahnya itu pergi dari hadapan eza dengan sebuah nikotin di mulutnya.
Brugh...
Tubuh eza meluruh jatuh ke lantai,ia menatap kedua tangannya,eza tidak membunuhnya!!, kenapa dia berkata jika eza lah yang membunuh saudara kembarnya sendiri,tunggu membunuh?,bukan kah itu artinya alexa sudah....
"Tidak!!!....,hiks,alexa pasti tidak akan meninggal,d-dia pasti masih hidup hikss....,kenapa hikss....,kenapa!!!." Aleza menangis dengan begitu pilu disel penjara sendirian,suara tangisnnya begitu terdengar menggema di penjuru ruangan,namun tak ada satu pun polisi yang mengalihkan pandangannya atau sekedar melirik singkat ke arah gadis yang kini tengah terpuruk itu sebentar pun.
Eza terlihat begitu hancur kalah mengetahui jika saudara kembarnya sudah meninggal,seharusnya,saat itu eza langsung membunuh pria itu,pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang eza lihat saat itu,yah mereka adalah orang yang sama!!.
"Bodoh!!, Bodoh!!, kenapa saat itu kau tidak bergerak hah?, bodoh!!!!!." teriak eza sambil memukul kepalanya sendiri,tanganya mencengkeram baju yang melekat ditubuhnya dengan begitu erat,lihatlah bajunya sampai sobek akibat tarikan itu,dan lihatlah juga rambutnya yang begitu acak-acakan.
Eza menatap ke depan dengan pandangan kosong,tatapannya terarah ke suatu tempat,namun tatapan yang ia arahkan seperti tidak memiliki makna apapun.
Ceklekk
Kunci selnya tiba-tina dibuka oleh seorang polisi perempuan,namun hal itu sama sekali tidak membuat gadis yang kini tengah merenung itu sadar,membuat polisi perempuan itu terpksa menggebrak sel besinya yang otomatis segera menimbulkan suara yang nyaring.
"Heyyyy!!, sadarlah!!!!." teriak polisi perempuan itu sambil membantu tubuh eza berdiri.
"Ada seseorang yang hendak menemui mu didepan." Kata polisi itu sambil kembali memborgol kedua tangan eza.
Eza segerah mengalihkan pandanganya,siapa yang ingin menemuinya?,apakah itu bi surti dan pak hendra?,namun harapannya hancur seketika dirinya melihat sosok pemuda tampan yanh kini tengah terduduk dengan tatapan tajam yang terarah kepadanya,eza masih bisa melihat sisa-sisa air mata yang tersisa pada mata pemuda itu.
Eza terduduk pada sebuah kursi yang tersedia,pemuda itu terkekeh pelan ketika melihat kondisi eza sekarang.
"Hehh,bagaimana perasaan mu setelah membunuh saudara mu sendiri hah?!!!!, bagaimana perasaan mu?!!!, ck!,kau pasti bahagia,orang yang selama ini jadi penghalang tujuhan mu telah mati." Teriak sean dengan emosi yang tak terkendali.
"Kau itu perempuan gila!!!, perempuan gila yang tidak punya hati nurani dan otak!!!, kau adalah iblis tak bermoral!!!!." teriak sean sambil mengatahkan pulpen yang berada didekatnya ke arah eza.
Srakk....
Wajah eza mengucurkan sedikit darah,meskipun darah yang keluar tidak terlalu banyak,namun rasa sakit itu entah kenapa begitu membuat hati eza berdenyut.
Semua polisi yang berada di sekitar dengan sigap segerah menahan tubuh sean agar pemuda itu tidak semakin hilang kendali,
"Kau tidak berfikir panjang?, apakah kau tidak berfikir jika gadis itu sudah banyak menderita karena penyakitnya?,tidakkah kau berfikir bagaimana perasaanya ketia dia tahu bawa dirinya dibunuh oleh saudarinya sendiri?,tidaklah kau berfikir hah?!!!!,apa yang kau pikirkan selama ini,dia sudah cukup malang dengan penyakitnya selama ini,tapi kau,kau-....." Eza tertunduk lesu,tangannya saling bertautan satu sama lain.