Bagaimana rasanya mencintai seorang pembunuh?
Bermula dari cerita masa kecil (1-7 bab) kedatangan Ray dengan ibu nya menjadi keluarga tiri Yara di mana Yara sangat akrab dengan mereka
Kerna suatu masalah Ray kabur dari rumah meninggalkan Yara yang selalu menantinya
10 tahun kemudian Yara bertemu dengan seorang pembunuh yang ternyata senior di sekolah nya, Yara mengancam nya lalu berakhir di sekap di tengah hutan yang berbahaya di mana Yara tidak bisa lari dan hidup berdua dengan pembunuh yang ternyata adalah Ray sang kaka tiri yang selama ini Yara cari
#Kriminal
#Romantis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Usainya kelas, Yara langsung pulang tidak singgah kemanapun. Hari pertama nya benar benar buruk kerna banyak kakak kelas yang melabrak nya hanya kerna melihat Yara berbicara dengan Ray tadi.
“Hais malunya, ku kira dia tadi kak Ray! Hanya kerna namanya sama kenapa aku berpikir seperti itu, lihat lah sekarang baru pertama masuk sudah mendapat banyak musuh, oh Tuhan tolong beritahu mereka aku tidak bermaksud untuk.. ah apapun itu terserah! aku capek,” frustasi Yara, menggaruk kepalanya hingga rambutnya berantakan.
“Malam ini enak nya makan apa ya? mandi dulu deh baru keluar cari makan malam.”
Setelah mandi Yara pergi ke luar berjalan kaki menembus gang menuju halte bus yang jaraknya cukup jauh dari kost Yara.
Setelah bus berhenti Yara turun, berkeliling keliling dengan berjalan kaki Yara merasa bahwa dirinya ke sasar kerna tempat ia berada sekarang sangat sepi dan minim cahaya.
Bergegas Yara membongkar tasnya untuk mencari HP agar bisa mendapat petunjuk dari goggle map. “Lah HP ku mana?” panik Yara tidak menemukan HP-nya, Yara baru ingat HP-nya masih di charger tadi “Bodoh nya kau Yara” Kesal Yara merutuki kecerobohannya sendiri.
“Sekarang bagaimana caranya aku kembali?” Dengan hati hati Yara melihat kanan kiri berharap tidak ada hantu di sekitar.
Di kejauhan dekat pepohonan Yara melihat seseorang tengah melakukan sesuatu, kerna hanya bermodalkan cahaya bulan Yara tidak tau apa yang ia lakukan. Berjalan Yara mendekati orang tersebut untuk bertanya jalan menuju halte.
Sedikit lagi, hanya berjarak dua meter Yara akan sampai di dekat pria yang membelakanginya.
Seketika langkah Yara terhenti, napasnya terasa berat bahkan kakinya gemetaran, tak ada suara, Yara hanya terdiam membeku dengan air mata yang mengalir sangking ngerinya pemandangan yang ia lihat sekarang benar benar sadis.
“Tuhan tolong selamatkan aku dari pembunuh itu, bagaimana ini kaki ku tidak bisa di gerakan isi perut ku rasanya ingin keluar semua,” ucap Yara dalam hati.
Tiba tiba tubuh pria berpakaian serba hitam itu berbalik menyadari keberadaan Yara. Yara semakin menegang sebab dirinya ketahuan.
“Kau melihat semua nya?” tanya pria itu menunjuk mayat wanita yang sudah tergeletak di penuhi darah dengan perut yang robek.
“Melihat apa? a-aku buta,” ucap Yara tiba tiba, entah akal dari mana ia dapat padahal jelas sekali tubuh nya gemetaran. Reaksi apa itu kalau benar mata Yara buta?
Tiba tiba pria itu tertawa. “Alasan konyol apa itu? kau pikir aku bodoh hah!” Kini sang pria benar benar dekat dengan Yara, bahkan mereka saling berhadapan.
Pembunuh itu membungkukkan tubuh nya agar mata nya bertemu dengan mata Yara yang enggan menatapnya. “Lihat lah aku lebih tinggi dari mu,” ujar nya tiba tiba.
Yara bingung kenapa pembunuh ini tiba tiba membahas tentang tinggi badan? Persetan dengan hal itu, sekarang Yara berusaha menggerakkan kakinya yang seperti ada lem yang menahan di tanah.
“Tolong jangan bunuh aku, aku berjanji akan menutup mulut,” pinta Yara memohon.
Pembunuh itu mengeluarkan pisaunya. “Aku hanya mempercayai mayat untuk menutup mulut.”
BRUK
Tiba tiba Yara pingsan jatuh ke tanah kerna sangking takutnya Yara langsung tidak sadarkan diri. Padahal dia belum dia apa apain.
Pembunuh itu mengangkut tubuh Yara. “Kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik my step sister.”
Tbc.