Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Jam istirahat akhirnya tiba, namun entah lah bagi Anindya karena ia belum mengenal siapapun untuk diajak istirahat makan siang bersama. Lebih parahnya lagi ia berada satu ruangan dengan atasannya yang mana akan semakin sulit untuknya berkenalan dengan yang lain.
Terhitung 4 jam ia duduk di kursinya, namun tak ada pekerjaan apapun yang ia lakukan, hendak bertanya namun Arsen tampak begitu sibuk sehingga ia mengurungkan niatnya.
Anindya bangkit dari duduknya, ia mendekati Arsen lalu menundukkan kepalanya sopan.
"Asisten Lee sedang membelikan makan siang untuk kita, jadi selama itu duduk saja ditempat mu." Ucap Arsenio saat tahu bahwa wanita itu hendak berucap.
Anin mengatupkan bibirnya, ia benar-benar harus berhati-hati dalam berucap meski dalam hati. Arsen mungkin saja memiliki cenayangan sehingga bisa mengetahui isi hati orang lain.
"Iya, Pak." Balas Anin kemudian kembali duduk di meja kerjanya.
Hampir 30 menit menunggu, akhirnya pesanan yang Arsen minta datang dibawakan oleh asisten Lee. Pria yang umurnya mungkin tak jauh beda dari Arsen itu meletakkan makanan yang ia bawa dimeja.
"Silahkan dinikmati, Tuan." Ucap Asisten Lee dengan sopan.
"Hmm, terima kasih. Kau pergilah dan istirahat." Sahut Arsen tanpa menatap Lee.
"Baiklah, Tuan permisi." Pamit Asisten Lee kemudian segera pergi.
Anindya yang melihat asisten Lee pergi masih tetap diam, ia memainkan jarinya sambil sesekali mengklik asal di komputernya.
"Assa." Panggil Arsen membuat Anindya buru-buru bangkit dari duduknya.
Anin berjalan mendekati Arsen lalu seperti sebelumnya ia akan menunduk.
"Iya, Pak?" sahut Anindya tanpa menatap Arsen.
"Duduk dan suapi aku makan." Tutur Arsen mengarahkan matanya ke arah pangkuannya.
"Disana, Pak?" tanya Anindya ragu.
Arsen tak menjawab, ia langsung saja menarik wanita itu hingga terjatuh tepat diatas pangkuannya. Ia merasakan tubuh Anin yang gemetar, antara terkejut ataupun takut.
"Suapi aku, kita makan sama-sama." Ucap Arsen dengan tangan kanan yang masih sibuk menggulir halaman di komputernya.
Anindya mulai membuka makan siang yang ada di meja Arsen, ia meraih sendok nya lalu mulai menyuapi Arsen lebih dulu.
"Kau duluan." Ucap Arsen mengambil sendok lalu dirinya yang menyuapi Anindya.
Anin membuka mulutnya ragu-ragu, namun akhirnya ia memakan suapan dari Arsen perlahan dan berbalik dirinya yang kini menyuapi Arsen dengan telaten.
"Assa, aku haus." Ucap Arsen seketika membuat Anin meletakkan sendok di tangannya dan hendak meraih minum yang ada di meja Arsen.
"Bukan itu, aku haus ingin minum susu." Ujar Arsen mencegah Anin yang hendak mengambil segelas air di mejanya.
"Susu, baiklah saya akan pesankan melalui asisten Lee. Anda tunggu dis--" Ucapan Anin terhenti saat Arsen menangkup wajahnya.
"Saya tidak mau susu itu, saya mau susu kamu Assa." Potong Arsen seketika membuat Anin yang justru tersedak makanan nya.
Melihat itu Arsen langsung memberikan minum pada Anin dan tak lupa mengusap punggung wanitanya dengan lembut.
"Kenapa tidak pelan-pelan, Assa." Tegur Arsen seraya masih mengusap punggungnya.
"Maaf, Pak. Saya tadi hanya terkejut," sahut Anin mengelap sudut bibirnya dengan punggung tangan kanannya.
***
Jam pulang kantor, Anindya berjalan di belakang Arsen yang tampak gagah dan berwibawa sehingga tatapan karyawan terlihat begitu terpesona dan memuja ketampanan seorang Arsenio Lucifer.
Asistens Lee sudah menunggu di lobby untuk mengantar bos serta wanita yang alibinya adalah sekretaris nya.
"Selamat sore Tuan, selama sore Nona Assa." Sapa Asisten Lee seketika menghentikan langkah Arsen yang hendak masuk ke dalam mobil.
"Namanya Anindya." Tegur Arsen tak suka orang lain memanggil Anin sama seperti panggilannya.
"Ah maafkan saya, Nona Anindya." Ralat Asisten Lee menunduk sopan meski kepalanya mulai dipenuhi pertanyaan.
"Tidak apa-apa, Pak Lee." Balas Anindya ramah.
"Hentikan senyumanmu dan segera masuk, kau pikir kita bisa cepat sampai jika hanya diam sambil tersenyum begitu." Desis Arsen melirik Anindya dan Asisten Lee sinis.
Anindya mengangguk pelan kemudian segera masuk, ia sempat menoleh ke dalam kantor dan melihat banyak pasang mata penasaran yang melihatnya pulang bersama bos mereka yang sangat dipuja-puja itu.
Anindya mengangkat bahunya acuh, ia tidak mau peduli jika orang-orang menghina atau berpikir bahwa dirinya adalah simpanan Arsen karena ia sendiri tak tahu statusnya dengan Arsen. Ia hanyalah seorang tawanan yang dijanjikan banyak perubahan untuk kehidupannya.
LIKE, KOMEN DAN VOTE 🥰
To be continued