Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 : Jelek?Ternyata dia sangat cantik
"Jangan gila Adam,kau ingin Lily seketika di bawa kembali ke rumah sakit karena mengetahui pernikahan kalian?"Suara mama Irene tertahan,mencoba tidak berteriak agar Lily tidak dengar.Dan karena Hal ini,Adam nampak puas melihat wajah mama Irene yang terlihat panik.
"Mama tenang saja,kami pandai bersandiwara,Lily tidak akan tahu selagi mama tidak membocorkan nya."Ujar Adam santai.
Adam meninggalkan kediaman Arisandy setelah membuat mama Irene kesal setengah mati.
***
Magnolia Residence.
Adam tiba di rumah saat waktu maghrib tiba.Dan di waktu itu,dia tidak akan mendapati Azalea yang selalu menyambut kepulangannya.
Selesai shalat,Adam menghampiri meja makan,biasanya,Azalea akan berada di sana dan membuatkan makan malam untuknya.Dan ternyata benar,makanan sudah ada di meja,tapi Azalea tidak terlihat di manapun.
"Dia ke mana?"Gumam Adam,netranya memindai sekeliling.
Mungkin dia di kamar.
Adam tentu tidak akan makan sendirian,jadi dia melangkah ke kamar Azalea dan mengetuknya.
Lima menit Adam berdiri di depan kamar Azalea tapi Azalea tak kunjung keluar.
Adam mulai khawatir.
Karena terlalu lama menunggu Azalea membuka pintu,Adam berinisiatif membukanya sendiri,dan beruntung,pintu itu tidak terkunci.
Keadaan kamar gelap.
"Apa dia tidak pulang?Selama ini dia selalu meminta ijinku dulu sebelum keluar rumah."Gumamnya lagi.
Adam mencari saklar lampu dan menyalakannya.
Adam bernafas lega ketika melihat wanita yang dia cari ternyata sedang tertidur di sofa panjang dekat jendela.
"Kenapa tidur di situ?Kamu sudah makan?"Adam menghampiri Azalea,mengajak wanita itu berbicara tapi Azalea tidak merespon.
Adam cemas.
"Kamu sakit?"Tangan Adam terulur memegangi dahi Azalea.
"Astaghfirullah,kamu demam tinggi Aza."Adam panik.
Adam memindahkan Azalea ke tempat tidur.
"Aza,,Aza,,"Adam menepuk bahu Azalea.
"Mmmm.."Azalea membuka mata.
"Kita ke rumah sakit sekarang."Ujar Adam,namun saat akan melangkah mempersiapkan semuanya,,,
"Mas,,"Azalea memanggil Adam.
"Kenapa?"
"Aku tidak mau ke rumah sakit."
"Tapi kamu demam tinggi Aza."
"Kamu kan dokter mas,setidak tidaknya mas bisa merawat ku di rumah."Ujar Azalea terdengar lemah.
"Tidak bisa Aza."Adam tidak lagi memperdulikan Azalea yang terus merengek,seketika dia mengangkat tubuh sang istri dan membawanya ke rumah sakit.
***
Brawijaya Hospital.
"Jangan menyentuhnya."Ucap Adam pada dokter yang akan memeriksa Azalea.
Kening dokter itu berkerut.
"Tapi dok, bagaimana cara saya memeriksa istri anda jika tidak menyentuhnya?"Dokter laki laki itu terlihat bingung.
"Berikan stetoskop mu,biar aku yang periksa."Terpaksa,dokter Krisna,nama dokter jaga tersebut memberikan stetoskop pada dokter Adam.
"Dia demam tinggi,secepatnya pasangkan infus dan berikan obat penurun demam."
"Baik dok."Dokter Krisna berlalu pergi namun panggilan dokter Adam menghentikan langkahnya.
"Ada apa dok?"
"Tolong dokter Kris,aku minta perawat perempuan."
"Baik dok."
Infus telah di pasang,begitupun dengan obat,tapi badan Azalea masih sama,terasa sangat panas.
Adam mulai frustasi.
"Bagaimana?"Adam menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium Azalea pada dokter Krisna.
"Sel darah putih terutama Neutrofil nya sedikit meningkat dok,kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan itu,Istri dokter harus kami rawat agar bisa memantau keadaannya.
Jadilah Azalea di masukkan ke dalam ruangan VIP sesuai permintaan dokter Adam.
Tengah malam,Azalea kembali demam tinggi.Ia sampai mengigau karena tidak bisa menahan suhu tubuhnya yang mencapai empat puluh koma sembilan derajat Celcius.
Adam panik,meski ia seorang dokter,tapi jika keluarga sendiri yang sedang sakit seperti sekarang,otaknya seakan tidak bisa berfikir,terlebih lagi,Adam bukanlah dokter spesialis penyakit dalam,yang mengetahui apa yang akan di lakukan dan obat apa yang akan di berikan.
Adam tidak tidur semalaman,duduk dengan perasaan gelisah sambil mengompres Azalea.
Jam setengah enam pagi,Azalea membuka mata,orang pertama yang ia lihat dan sedang tertidur sambil duduk dengan kepala yang menindih salah satu tangannya adalah Adam.
Perlahan,Azalea menarik tangannya,berusaha sepelan mungkin agar Adam tidak terbangun.
Selesai bertayamum,Azalea melaksanakan shalat subuh yang terbilang cukup terlambat ia kerjakan.
"Mas,,,"Azalea membangunkan Adam.
"Mmmm..."Adam mengangkat kepalanya dan melihat Azalea yang sudah dalam posisi duduk.
"Bagaimana?Kamu masih demam?"Adam menempelkan punggung tangannya ke dahi Azalea.
"Alhamdulillah,demamnya sudah turun."Adam yang bertanya ia pula yang menjawab.
"Mas sudah shalat?"Tanya Azalea.
"Sudah,kamu mau makan?"
Azalea mengangguk.
Adam mengambilkan semangkuk bubur untuk Azalea.
"Buka mulutmu,biar aku yang suap."Pinta Adam.
"Aku bisa sendiri mas."
"Kamu tidak boleh membantah,buka mulutmu."
"Tapi aku..."
"Buka cadarmu,tidak usah memakainya jika sedang bersamaku."
"Boleh kah aku membukanya?"
Adam mengangguk, Sebenarnya,ia pun juga deg degan,ini pertama kalinya ia akan melihat wajah Azalea dengan jelas.Malam itu,saat Adam tidur di kamar Azalea,ia hanya bisa melihat sepintas di kegelapan,yang bisa ia pastikan,Azalea memang cantik.
Azalea terlihat susah payah melepas pengikat cadarnya,karena salah satu tangannya terpasang infus.
"Sini biar aku bantu."
Azalea tidak bisa menolak saat Adam mendekat padanya.
Tangan Adam gemetar begitu melepas pengikat cadar Azalea.
Deg....Jantung Adam berdebar sangat kencang dan saling memburu ketika perlahan ia mulai melihat wajah Azalea dengan jelas.
Tatapan mereka bertemu,hingga Azalea yang memutusnya,namun tidak dengan Adam,matanya tidak bisa berhenti memandangi wajah Azalea.Hidung mancung,bibir tipis yang memerah tanpa polesan lipstik,meski saat ini terlihat sedikit pucat,wajah putih bersinar,alis tebal dan mata langka yang sangat indah,sungguh ciptaan Allah yang sangat sempurna.
Adam sampai kesusahan menelan ludah nya sendiri.
Inikah wajah cantik yang selalu tersenyum menyambut kedatangannya?inikah bibir indah yang tidak pernah membantah perkataannya?Sungguh Adam terkesima.
"Bagaimana jika ternyata Azalea sangat jelek?" Itu kalimat Abi beberapa jam sebelum ijab kabul di lakukan.Dan kalimat itu kembali berputar di kepala Adam.
"Hari itu,apa Abi sedang mengejekku?Aku seperti tertampar oleh perkataan nya."Adam tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya.
Azalea penasaran,apa yang membuat Adam tersenyum.
"Kenapa mas tersenyum?Apa wajahku tidak seperti yang mas pikirkan?Apa aku mengecewakanmu mas?"Dengan polosnya,Azalea memberikan serentetan pertanyaan yang justru membuat Adam tertawa.
"Boleh aku jujur?"
"Pertama kali Abi menyuruhmu membuka cadar,aku sangat ingin melihat wajahmu,sangat ingin,tapi,,,aku tidak sepercaya diri itu,aku tidak siap.Lalu beberapa saat sebelum resepsi,aku tidak sengaja mendengar perias pengantin membicarakan mu,kata mereka,kamu adalah wanita paling cantik yang pernah mereka rias,bahkan tidak butuh banyak polesan untuk membuatmu terlihat cantik.Dan yang terakhir,saat aku sedang ada simposium di luar kota,Aqila terus menggangguku dengan mengirimkan foto dirimu yang sedang tidur,mungkin lebih tepatnya kalau aku katakan,adikku itu sedang menggodaku.Dia mengambil gambar mu di dalam gelap hingga tidak banyak yang bisa aku liat."Adam kembali tertawa.
"Dasar si Qila."Lanjutnya.
Azalea pun tersenyum manis memperlihatkan kedua lesung pipinya.
Melihat Azalea yang tersenyum seperti itu,membuat tawa Adam terhenti seketika.
"Lesung pipi?" Adam teringat dengan seseorang yang ia liat dulu.Kembali terbawa suasana dengan cinta pertamanya,namun ia segera menepis semua ingatan itu.
"Beruntung kamu menutup wajahmu,karena jika aku melihatmu tersenyum untuk orang lain,mungkin aku akan marah,sepertinya aku tidak akan terima mereka menikmatinya."Adam berbicara serius,menatap tajam Azalea yang menarik kembali senyumnya, beralih menunduk dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.
Jantung Adam memompa dengan cepat,ingatan tiga belas tahun lalu kembali meski Adam berusaha menghilangkannya.
"Tidak mungkin,,takdir tidak akan sebercanda itu padaku kan?"Gumam Adam mencoba meyakinkan diri.
"Aku pasti sudah gila,bagaimana bisa otakku memikirkan itu?" Adam masih melamun hingga suara Azalea membuyarkan lamunannya.
"Mas,kapan kamu akan menyuapiku?Aku lapar."
...****************...