Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 11
🍁🍁🍁
"Wanita ini kenapa sampai seperti ini?" tanya dokter itu.
"Saya juga kurang tau, tapi tadi saya melihat tubuhnya terlihat lemas dan kondisi wajahnya terlihat pucat."
"Baiklah saya akan memeriksa kondisi wanita ini."
Dokter Itupun memeriksa kondisi Nayra. Ia agak sedikit membuka kancing atas Nayra untuk memeriksa detak jantung pasien. Untung saja dokternya perempuan membuat Andrian tak terlalu cemas ketika dokter itu membuka sebagian kancing Nayra.
Setelah memeriksa kondisi jantung Nayra. Dokter Itu kembali memeriksa perut Nayra. Dokter Itupun kembali mengangkat sedikit baju Nayra membuat Andrian langsung memalingkan wajahnya. Tak tau mengapa ia tak ingin melihat tubuh Nayra seperti itu padahal dulu Andrian sering sekali melihat tubuh wanita lebih dari itu, tapi tak tau mengapa bila tubuh Nayra tak mau ia lihat.
Setelah beberapa lama akhirnya dokter Itupun selesai memeriksa Nayra.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia baik-baik saja Pak, hanya saja dia terlalu memakan-makanan yang begitu pedas membuat lambungnya menjadi sakit. Selebih itu tidak ada hal apa-apa yang aneh."
"Syukurlah kalau gitu, tapi kenapa dia belum sadar dari pingsannya?"
"Sebentar lagi dia akan bangun, setelah bangun tolong berikan dia obat ini," dokter itu menyerahkan botol kecil yang berisikan obat untuk Nayra.
"Baik! Saya akan memberikannya obat setelah sadar."
"Kalau boleh tau wanita ini..."
Belum saja dokter itu menyelesaikan pembicaraannya, Andrian langsung saja menyanggahnya karena ia tau apa pikiran dokter itu terhadap Nayra dengan dirinya.
"Bukan! Dia hanya asisten saya saja, jadi tak ada apa-apa di antara kami."
"Kalau gitu saya permisi dulu Pak!" Dokter itupun pergi dari sana dan kembali ke ruangannya.
Sedangkan Andrian setia berada di sana menunggu Nayra bangun dari pingsannya. Ia duduk di sebelah Nayra sambil memperhatikan Nayra dari dekat.
"Kenapa wajahnya begitu familiar, seperti aku sudah melihatnya tapi di mana?"
Memang Andrian masih tak menyadari bahwa Nayra lah wanita yang ada di malam itu. Ia tak mengenal Nayra karena wajah Nayra waktu itu terlihat samar-samar jadi Andrian susah untuk mengingat wanita di malam itu.
"Dia tidur seperti ini menjadi terlihat cantik dan elegan. Tapi kenapa kalau dia bangun terlihat seperti orang kesal melihatku."
Memang Nayra setiap berbicara atau berhadapan dengan Andrian selalu terlihat kesal atau terlihat ingin marah, walaupun Nayra menutupinya dengan terlihat tersenyum tapi Andrian sudah sadar dengan sikap Nayra dari awal pertemuan.
Tak lama kemudian Nayra tersadar setelah hampir satu jam pingsan.
"A-aku di mana?" tanya Nayra sambil memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia begitu asing melihat tempatnya saat ini, di tambah lagi ia melihat wajah Andrian ada dihadapannya saat ini.
"Shutt!" Andrian menempelkan jari telunjuknya di bibir merah Nayra.
"Kamu jangan banyak bicara, lebih baik kamu minum obat dulu baru bertanya-tanya."
Andrian menyodorkan Nayra satu butir obat dan satu gelas air putih untuk Nayra. Nayra pun hanya mengikuti perintah Andrian tanpa bertanya-tanya lagi.
Setelah meminum obatnya baru Nayra kembali bertanya banyak hal pada Andrian.
"Saya di mana ini Pak?"
"Kamu berada di kamar pribadiku."
"Hah! Bapak membawa saya ke rumah Bapak?" tanya Nayra begitu kaget dengan mata membulat sempurna.
"Jangan melotot seperti itu, matamu akan keluar bila tidak berkedip."
"Bapak mengapa membawa saya ke rumah Bapak, dan meletakkan saya di kamar Bapak?" tanya Nayra masih belum mengerti maksud perkataan Andrian.
"Bodoh! Mana mungkin aku membawamu ke rumahku."
"Jadi kita berada di mana saat ini?"
"Ini kamar pribadiku di kantor."
Nayra menjadi bernafas lega ketika mengetahui dirinya masih berada di kantor. Ia begitu panik ketika berpikir Andrian membawa dirinya ke rumahnya.
Nayra yang sadar ketika dirinya begitu dekat dengan Andrian langsung menjauhkan tubuhnya untuk menjaga jarak dengan Andrian.
"Maaf Pak, apakah boleh saya pulang untuk saat ini?"
"Saya yang mengantarkan kamu pulang!"
"T-tidak usah Pak! Saya bisa pulang sendiri."
"Saya tidak menerima penolakan."
"Tapi Pak_"
Belum saja melanjutkan perkataannya Andrian terlihat menatapnya dengan tajam membuat Nayra merasa deg-degan. Bila Andrian mengantarkannya pulang ia takut rahasianya selama ini akan ketahuan.
Sedangkan Andrian terlihat lebih dekat dengan Nayra. Tubuhnya semakin lama semakin dekat dengan Nayra, membuat Nayra langsung menutup matanya. Ia kira Andrian akan berbuat sesuatu terhadapnya.
Lama menutup mata tapi tak ada kejadian apapun yang Nayra rasakan sedikitpun. Perlahan-lahan Nayra mencoba membuka mata untuk melihat apa yang terjadi, dan ternyata Andrian hanya ingin mengambil ponselnya yang terletak di samping dia tidur. Nayra begitu merasa malu karena ia kira Andrian akan melakukan sesuatu terhadapnya.
"Kamu kenapa menutup mata seperti itu hm...?"
"I-itu..."
"Apakah kamu kira saya akan berbuat macam-macam terhadap mu?"
"B-bukan s-seperti itu, t-tapi..."
"Tapi apa? Saya tak begitu tertarik dengan tubuhmu yang terlihat begitu kurus. Seperti kekurangan gizi."
"Kurus-kurus gini kamu sudah menjamah tubuhku," gerutu Nayra dalam hati. Ingin ia berteriak lalu menangis untuk mengungkapkan kekesalannya terhadap Andrian, tapi itu tak bisa Nayra lakukan untuk saat ini.
"Kenapa kamu diam saja?"
"Ah! I-itu... tidak ada apa-apa kok Pak."
"Kalau gitu mari saya antarkan kamu pulang."
"Pak, saya bisa pulang sendiri jadi Anda tak perlu repot-repot untuk mengantarkan saya seperti ini. Anda juga pasti banyak perkejaan jadi lebih baik Anda mengerjakannya pekerjaan Anda dibandingkan dengan mengatakan saya pulang."
"Saya tak suka dibantah, jadi kamu turuti saja perintah saya kalau tidak..."
"B-baiklah Pak!" Nayra tau kelanjutan apa yang akan Andrian katakan. Pasti ia akan mengatakan kalau gajinya akan di potong beberapa persen.
"Kamu bisa jalan sendiri atau saya harus mengendong mu lagi?" tanya Andrian yang melihat Nayra begitu kesusahan dalam berjalan.
"Tidak usah Pak, saya bisa jalan sendiri."
Sesampai di depan perusahaan mereka tak sengaja bertemu dengan Tiara.
"Loh kok kamu sama Pak Andrian dituntun seperti itu? Memangnya kamu kenapa?" tanya Tiara yang memang belum tau tentang kondisi Nayra.
"Dia habis pingsan tadi," jawab Andrian.
"Pasti gara-gara bakso tadi kan? Udah aku bilang jangan terlalu banyak campurin sambalnya."
Nayra langsung melirik Tiara dengan tajam, ia tak mau bila Andrian tau alasannya sakit perut karena apa.
"Pantas saja kata dokter tadi karena kamu makan makanan yang begitu pedas. Besok lakukan lagi ya biar saya tambah repot," sindir Andrian dan Nayra hanya bisa cengengesan saja.
"Tapi kamu nggak pa-pa kan?" tanya Tiara khawatir.
"Aku nggak pa-pa kok, cuma agar rada lemas aja tubuh."
"Terus kamu mau ke mana sama Pak Andrian."
"Saya mau mengantarkannya pulang."
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa