Tepat dihari pernikahannya Ivana malah kabur melarikan diri, niat hati ingin memberitahukan hal tersebut pada kedua orangtuanya. Calantha justru dipaksa untuk menggantikan posisi Ivana sebagai mempelai pengantin wanitanya.
Rowan, pria sejuta pesona yang terpaksa menikahi Cala hanya untuk balas dendam karena Ivana telah menabrak istrinya hingga meninggal dunia.
Tapi bagaimana jadinya jika ternyata pernikahan yang berkedok balas dendam yang dilakukan oleh Rowan itu justru mengungkap satu persatu rahasia keluarga yang selama ini ditutup rapat-rapat?
Simak kelanjutan ceritanya...
⚠️jangan lupa buat terus kasih dukungan dengan like, komen dan vote🌹⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 03
Cala dan Bi Asih pergi kepasar tradisional dengan menaiki kendaraan umum, hal seperti itu sudah Cala lakukan sejak ia berusia remaja karena Papa Hestu dan Mama Sarah tak pernah memberikannya fasilitas seperti yang mereka berikan untuk Ivana.
"bang kiri bang" teriak Bi Asih pada sopir angkot
"iya bu.. "sahut pak sopir, ia lalu menepikan mobil angkotnya
Cala dan Bi Asih segera turun setelah angkot itu berhenti, Bi Asih segera memberikan ongkos pada pak sopir.
"makasih bu", ucap pak sopir
"sama-sama pak". Balas Bi Asih
Setelah itu, Bi Asih segera mengajak Cala untuk masuk kedalam pasar tradisional.
"Non, kita ketoko kelontong itu dulu yuk", ajak Bi Asih seraya tangannya menunjuk sebuah toko kelontong yang menjual bahan-bahan kue.
Cala menganggukkan kepalanya, lalu bergegas melangkahkan kakinya menuju toko tersebut.
"Kita mau beli apa dulu bi ?"tanya Cala
Bi Asih tak menjawab, ia langsung mengarahkan penjual untuk mengambilkan barang yang ia minta. Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah dibeli, Cala dan Bi Asih bergegas pulang kerumah karena mereka hampir terlambat dari waktu yang Mama Sarah berikan.
huuftt..
Cala menghela nafas pelan seraya menaruh barang belanjaannya diatas meja dapur.
"Non Cala gak kerja?" tanya Bi Asih seraya membongkar plastik belanjaannya.
"Cala hari ini libur bi". Jawab Cala
Mendengar itu, Bi Asih hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan tak lagi bertanya. Ia segera membantu Cala memasak camilan yang diminta oleh Mama Sarah.
.
"Cala...." Terdengar suara teriakan Mama Sarah memanggilnya, bertepatan dengan itu camilan yang ia buat bersama Bi Asih sudah matang dan siap disajikan.
"Ya mah?" Sahut Cala sedikit berteriak
Mama Sarah berjalan menghampiri Cala dan berdiri diambang pintu dapur.
"Mana camilan yang mama suruh buat?" tanya Mama Sarah dengan nada ketus
"Ini mah, sudah siap". Jawab Cala seraya memperlihatkan dua buah toples berisi kue kering hasil buatannya pada mama Sarah.
"Cepat bawa kedepan!" titah Mama Sarah, setelah itu ia berbalik badan dan melenggang pergi dari dapur.
Cala menganggukkan kepalanya dan lekas membawa camilan itu keruang tamu. Saat Cala menyajikan camilan itu diatas meja, salah seorang teman mama Sarah berbisik dan tak sengaja terdengar oleh Cala.
"Eh itu kan anak yang kamu adopsi Jeng Sarah dari panti asuhan kan jeng?" bisik teman mama Sarah bertanya pada teman nya yang lain
"Iya itu, katanya dulu jeng Sarah ngadopsi dia buat jadikan pancingan". Ungkap teman mama Sarah yang lain ikut menimpali dengan suara lirih
"Iya betul, ingat aku jeng. Dulu jeng Sarah juga ceritanya begitu". Ucapnya
Cala yang mendengar itu hanya bisa menelan ludahnya susah payah sembari menundukkan kepalanya. Ia baru mengetahui fakta ini selama hidup hampir 25 tahun lamanya.
Pantas saja, mama Sarah dan Papa Hestu memperlakukannya beda dengan Ivana.
"Sstt, sudah itu ada jeng Sarah mau kesini". Ujar teman mama Sarah yang melihatnya keluar dari kamar setelah mengambil tas yang baru saja ia beli.
Kedua teman mama Sarah itu seketika langsung menutup mulut mereka dan tak lagi bersuara, Cala segera beranjak dari sana setelah Mama Sarah mengusirnya pergi.
.
Braakk..
Cala membanting kuat nampan yang ia bawa keatas meja membuat Bi Asih yang tengah memotongi sayuran untuk memasak makan malam seketika berjingkat kaget.
"Non.." pekik Bi Asih, ia melihat Cala berlari masuk kedalam kamar dan langsung menutup pintu kamarnya dengan keras membuat Bi Asih kembali terjingkat kaget.
"Ya ampun non..." Lirih Bi Asih seraya mengelus pelan dadanya
.
Didalam kamar Calantha langsung membanting tubuhnya diatas ranjang dengan posisi tengkurap, ia menenggelamkan wajahnya dibantal. Tangisnya pecah ketika mengingat percakapan kedua teman mama Sarah tadi.
"Aarrgghh, kenapa... Kenapa mama sama papa tega sembunyikan hal ini dari aku? Kenapa?!!" Cala menangis meraung-raung memenuhi seisi kamarnya, terdengar sangat memilukan.
"Pantas saja mereka memperlakukan aku dan Ivana berbeda, ternyata aku bukan anak kandung mereka.. Ya Tuhan, kenapa sesakit ini ?!!"
Tok ...
Tok..
Tok..
Terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Non Cala ini bibi non, buka pintunya". Ternyata Bi Asih yang mengetuk pintunya, ia khawatir saat melihat kondisi Cala tadi yang berlari masuk kedalam kamar sambil menahan tangisnya.
"Cala lagi gak pengen diganggu bi, bisa Bi Asih tinggalin Cala sendiri?" Sahut Cala dengan sedikit berteriak, suaranya terdengar serak.
"Tapi non, sebentar lagi waktu makan malam". Kata Bi Asih
"Gapapa bi, nanti Cala keluar sebentar lagi", ujar Cala
Mendengar itu, Bi Asih tak lagi membantah. Ia berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Setelah dirasa Bi Asih sudah pergi, Cala langsung beranjak dari ranjang dan segera membersihkan diri. Ia tidak ingin membuat papa Hestu dan yang lainnya menunggu lama dimeja makan jika ia tak segera keluar.
Sejenak Cala menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan, ia hapus jejak air mata yang masih membasahi pipinya yang mulus.
"Aku gak boleh lemah, aku harus tanyakan hal ini sama papa dan mama. Semangat Cala!" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri
Selesai membersihkan diri, Cala bergegas melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Baru saja ia menutup pintu kamarnya, sebuah tamparan mendapat dipipi kirinya.
Plaakkk ..
Tamparan itu terdengar nyaring ditelinganya, bahkan wajahnya sampai tertoleh kesamping.
"Kamu sengaja kan mau bikin mama malu dihadapan teman-teman mama tadi, jawab hah?" bentak mama Sarah dengan suara yang begitu menggelegar
Cala mengusap pipinya yang terkena tamparan mama Sarah, terasa sangat panas dan perih. Bisa dipastikan jika pipi mulusnya itu kini terlukis bekas tangan mama Sarah.
Cala menoleh menatap Mama Sarah dengan tatapan nanar.
"Maksud mama apa? Cala gak paham mak- aarghh..."
Belum Cala menyelesaikan ucapannya, Mama Sarah sudah lebih dulu menjambak rambutnya hingga kepalanya mendongak.
"Gak paham maksud kamu?! Teman mama mengecap kamu sebagai anak buangan yang bawa sial". Teriak Mama Sarah membentak Cala
"Aahh sakit mah". Rintih Cala seraya memegangi pergelangan tangan mama Sarah yang menjambak rambutnya.
"Dasar anak gak tau diuntung, sudah mending mama izinkan papa adopsi kamu dari panti asuhan".
"Mama!" Dari arah belakang mama Sarah, Papa Hestu berseru memperingati istrinya. Ia lalu berjalan mendekati Cala dan Mama Sarah.
"Apa yang mama lakukan ?" tanya Papa Hestu seraya melepaskan jambakan itu dari rambut Cala
"Anak gak tau diuntung ini sudah buat mama malu pah, teman-teman mama bilang kalo dia bakal jadi anak pembawa sial!" ucap Mama Sarah menggebu-gebu
Mendengar itu, Papa Hestu menghela nafas panjang.
"Mah, tapi mama gak-"
"Jadi benar yang dikatakan mama, kalo Cala anak adopsi pah?"
.
.
.
To be continue...
Jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen yaa ... Terima kasih ♥️🌹