NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:968
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Bab 11

Keesokan hari, Marlin terlihat begitu bersemangat pergi bekerja. Dia telah menyelesaikan rancangannya dan ingin menunjukkan pada anggota timnya.

“Senior... Senior... tunggu!” panggil Marlin, saat melihat Lusy dan beberapa orang timnya, hendak melakukan rapat terbatas.

“Ada apa?” tanya Lusy ketus.

“Ada yang ingin ku perlihatkan pada kalian semua,” ungkap Marlin.

Semua saling pandang, begitu pun Lusy yang juga penasaran, dengan reaksi Marlin yang begitu antusias.

“Masuklah ke ruang pertemuan,” seru Lusy.

Para senior itu berbalik dan ikut masuk ke dalam ruang pertemuan di lantai delapan belas, yang biasa digunakan untuk rapat terbatas antar anggota tim desain.

Marlin pun mengikuti mereka, dengan sebuah flashdisk yang berisi data copy dari komputer di mejanya.

“Cepat katakan ada apa? Kami tak ada waktu mendengar omong kosongmu,” seru Lusy sembari duduk di kursi audiens.

“Baiklah. Tunggu sebentar,” sahut Marlin cepat.

Dia yang masih berdiri pun bergegas menuju ke mesin proyektor, dan menancapkan alat penyimpan data portabel itu ke sana.

Dengan cekatan, gadis tersebut membuka bahan presentasinya, yang langsung memunculkan hasil rancangan desain miliknya.

Semuanya nampak terpukau dengan hasil kerja Marlin, dan yang tadi terlihat malas menanggapinya, kini justru antusias.

“Aku mencatat beberapa hal penting saat rapat tempo hari, dan mencoba membuat perbaikan yang diminta oleh tim perencanaan,” terang Marlin.

Dia dengan penuh percaya diri, mempresentasikan semuanya dengan rinci, bahkan hingga bahan apa saja yang dibutuhkan, dan kuantitasnya pun dia sudah perhitungkan dengan seksama.

Semuanya nampak kagum dengan kemampuan Marlin, yang ternyata mampu bersaing dengan mereka yang lulusan universitas. Sementara dia hanya lulusan sekolah menengah.

“Jika kita menggunakan konsep ini, maka tidak akan memerlukan banyak partisi, dan juga masalah pencahayaan akan langsung teratasi,” pungkas Marlin diakhir presentasinya.

Semua berbisik membenarkan apa yang dikatakan oleh Marlin, sementara Lusy justru diam sembari terus menatap gadis keriting itu.

Tiba-tiba, dia bangun dan berjalan ke arah Marlin.

“Apa kau kira, gambar jelek mu ini memiliki standar La’ Grande, hah?” ucap Lusy.

Sontak semua orang terkejut dengan perkataan sang senior. Tentu saja kecuali Marlin.

Dia tau bahwa Lusy pasti dengan arogan akan menolak hasil karyanya.

“Entah sesuai atau tidak, tapi tenggat pengerjaannya akan dimulai minggu depan, dan kalian belum menemukan rancangan yang sesuai bukan. Jadi apa salahnya untuk memasukkan milikku dalam daftar pilihan?” tantang Marlin.

Lusy semakin geram, namun berusaha terus tenang dan mengintimidasi gadis itu.

“Jika itu maumu, cukup serahkan rancanganmu pada kami. Tapi jangan terlalu percaya diri milikmu yang akan terpilih,” ucap Lusy.

“Kau pikir aku b*doh? Jika ku serahkan, maka bisa saja kau mengaku kalau itu milikmu. Aku sendiri yang akan menyampaikannya dalam rapat siang nanti. Kau hanya perlu memasukkannya dalam daftar,” tegas Marlin.

Dia pun mengambil falsdisk-nya dan pergi dari sana, meninggalkan Lusy yang lagi-lagi merasa dikalahkan oleh Marlin.

“Apa kalian juga setuju, hah? Ingat, kita ini lulusan terbaik. Mana bisa rancangan sekacau itu mengalahkan kredibilitas kita,” bentak Lusy pada rekan satu timnya.

“Tapi, Lusy. Dari semua rancangan yang sudah diperbaiki, hanya rancangan Marlin yang lebih efisien dan sesuai,” sahut yang lain.

“Kalian semua payah. Mana data kalian? Kumpulkan dan kita akan ajukan semuanya. Tanpa Marlin. Mengerti?” perintah Lusy.

Dasar jelek. Kau mau berlagak sok pintar dengan ku, hah, batin lusy menahan marah.

...🐟🐟🐟🐟🐟...

Istirahat makan siang tiba, dan seperti biasanya Marlin turun ke cafetaria dan bertemu dengan Julia.

“Bagaimana hari ini? Apa mereka masih menyusahkan mu?” tanya Julia.

“Jangan harap mereka bisa melakukan itu lagi,” sahut Marlin sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

“Wah... kau jadi semakin berani, Marlin. Aku mendukungmu,” sru Julia.

Keduanya terus berbincang, sembari menghabiskan makan siang masing-masing.

Tak berselang lama, sebuah dering ponselnya membuat Marlin meletakkan sendok yang tengah dipegang.

“Halo,” sapa Marlin.

“Ini aku, Jack. Lusy memintaku agar kau mencari bahan yang kau butuhkan tadi di luar, karena kabarnya digudang belum re-stock,” ucap Jack di seberang.

“Ehm... oke,” sahut Marlin santai, sembari menguyah makanannya.

“Pastikan juga cari yang berkualitas bagus tapi harga tidak terlalu tinggi,” lanjut Jack.

“Baiklah. Tentu saja,” ucap Marlin.

“Jika sudah kau dapatkan, segera ke ruang rapat di lantai dua puluh. Kau bilang ingin rancanganmu dipertimbangkan bukan,” pungkas Jack.

“Hem... kau tenang saja. Aku pasti akan datang,” jawab Marlin lugas.

Panggilan terputus, dan Marlin kembali menikmati makan siangnya.

“Ada apa?” tanya Julia penasaran

“ Ehm... tidak ada. Ayo lanjutkan makannya,” sahut Marlin.

Dia terlihat tak terlalu peduli dengan perkataan Jack tadi, dan Julia pun tak Mempertanyakannya lagi.

Kalian kira aku sebodoh apa, hah? Aku ini Marlin. Apa kalian tau kalau Marlin punya tombak tajam. Mana mungkin aku jatuh dilubang yang sama, batin Marlin seraya tersenyum samar.

Ekspresi tadi tertangkap netra Julia, dan membuat gadis berambut pendek itu nampak mengerutkan kening, dan bersikap waspada.

...🐟🐟🐟🐟🐟...

Jam istirahat berlalu, dan Marlin memutuskan untuk tak langsung kembali ke kantornya.

Dia membawa dua cup kopi dan sekotak roti yang baru keluar dari panggangan. Gadis itu pergi ke suatu tempat untuk melakukan sesuatu.

Setibanya disana, tampak sebuah truk kontainer tengah terparkir di depan pintu gudang, dan beberapa pekerja hilir mudik membongkar barang-barang.

“Hai, Tuan Howard. Apa Anda sudah sehat?” sapa Marlin ramah.

“Selamat siang, Nona Yang. Aku sangat sehat sekarang. Oh iya, ada apa Anda kemari? Apa ada yang ingin Anda cari lagi,” tanya Howard

“Kau seperti peramal saja. Apa gudang sedang re-stock?” tanya Marlin penasaran.

“Seperti yang kau lihat. Tapi, barang yang Anda cari baru akan datang dua hari lagi,” ucap Howard.

“Sayang sekali. Oh ya, aku sedang mencari pipa besi dan bahan polycarbonate. Apa disini ada?” tanya Marlin.

“Tunggu sebentar. Akan saya lihat dibuku besar,” sahut Howard.

Pria tua itu lalu masuk ke dalam dan melihat buku gudang. Sementara Marlin, berjalan ke arah bongkaran kontainer.

Matanya membulat penuh, dan terlihat menggerakkan bola matanya ke kiri dan kanan, seperti terperangah melihat sesuatu.

Tiba-tiba saja, ekspresinya berubah. Dia tersenyum dengan mengangkat sebelah sudut bibirnya, hingga keduanya terangkat sempurna.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!