Berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus tak membuat Mario Ericsson Navio kewalahan. Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Bayi mereka ditinggalkan sendirian di ruang rawat istrinya hingga membuat putrinya yang baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena alergi dingin.
Tidak ada tabungan, tidak ada pilihan lain, Mario memutuskan pilihannya dengan menjual rumah tempat tinggal dia dan istrinya, lalu menggunakan uang hasil penjualan untuk memulai kehidupan baru bersama putri semata wayang dan kedua orang tuanya.
Tak disangka, perjalanannya dalam mengasuh putri semata wayangnya membuat Mario bertemu dengan Marsha, wanita yang memilih keluar dari rumah karena dipaksa menikah oleh papinya.
“ Putrimu sangat cantik, rugi sekali pabriknya menghilang tanpa jejak. Limited edition ini,” - Marsha.
“Kamu mau jadi pengganti pabrik yang hilang?”
Cinta tak terduga ! Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa ?
Melati merasa perutnya sedikit mulas sehingga dia izin untuk pergi ke toilet. Marsha turut ikut karena dia juga merasa ingin buang air kecil. Setelah keduanya pergi, Nensi seketika membicarakan hal yang membuat Kendrick sedikit terkejut.
“Maksud kamu apa, Nensi ? Kamu dan Marsha sudah lama berteman, tidak mungkin cucu dan menantuku seperti itu. “ hardik Kendrick tak terima.
“Opa Ken, Nensi mengatakan yang sebenarnya. Bahwa Marsha sendiri yang mengatakannya kepada Nensi. Nensi ada buktinya kok, jika Marsha sering keluyuran sehingga dia diusir oleh Om Gilbert..”
Nensi memperlihatkan sebuah foto dimana Marsha memasuki tempat haram bersama dengan Melati.
“Marsha itu berubah semenjak berteman dengan wanita tadi, opa. Jika opa tidak percaya, ya sudah. Nensi nggak papa kok. Setidaknya opa tahu kelakuan cucu kesayangan opa itu !”.
“ Oh ya..”
“Iya opa. Makanya opa harus memisahkan keduanya, jangan sampai Marsha masuk ke dalam lingkup kotor seperti itu..” ucap Nensi bangga karena dia berhasil membuat Kendrick percaya.
“Baiklah, opa akan menjauhi mereka..”
“Oh ya, opa. Nensi pulang duluan nggak papa ya ? Soalnya Nensi mau di suruh ibu untuk pulang,”. Pamit Nensi menyalami Kendrick. Saat berbalik, Nensi tak sengaja melihat keberadaan Dora dan ibunya. Dia mengangguk pelan dan pergi keluar dari restoran itu.
“ Jeng Nella, saya mau ke toilet sebentar ya. Kalian lanjutlah untuk makan terlebih dahulu,”
“Baik jeng Netta..”
Arneta segera ke kamar mandi, dia merasa sudah tidak dapat menahan buang air kecil. Entah keberuntungan apa, setelah Arneta menuntaskan hajatnya dia berpapasan dengan Melati yang baru keluar dari bilik kamar mandi dan Marsha yang menunggu Melati di depan cermin.
“Kamu !!”.
Melati terkejut melihat sosok Arneta didepannya. Tapi dia berusaha menormalkan rasa keterkejutannya. Sementara Marsha dia mengingat wanita yang membentak dirinya kala itu.
“Kamu ngapain disini ! Kamu ngikutin saya ya !!”.
“Seharusnya saya yang tanya, nyonya ngapain disini ?” ujar Melati tak mau kalah.
Arneta menatap Melati marah. Dia menunjuk-nunjuk wajah Melati dengan emosi yang meledak-ledak. “Pasti kamu kan yang membuat Kai tidak mau datang !”.
“ Tidak mau datang apa sih, nyonya ? Saya nggak tahu apa-apa !”.
“Jangan bohong kamu !”.
“Nyonya yang aneh, saya sudah berapa menit dikamar mandi dan anda langsung menuduh saya mengikuti anda begitu ?”.
“Alah alasan kamu saja !” Kening Marsha mengerut. Dia menghampiri temannya dan menatap Arneta. “ Kami disini sudah sepuluh menit dan anda baru tiba setelah beberapa menit kami disini. Harusnya kami yang nanya nyonya ini kenapa menuduh teman saya yang aneh-aneh.”
“Lalu siapa putra anda, kami tidak mengenalnya “
“Kamu tidak tahu siapa putra saya ?” Melati menatap Marsha dengan menggelengkan kepalanya. Dia akan membawa Marsha pergi, namun Marsha menolak dirinya harus tahu siapa putra wanita itu dan mengapa wanita itu menuduh temannya.
Marsha tak mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Dia sudah melupakan hal itu, bahkan wajah Arneta saja dia sudah lupa.
“Putra saya adalah asisten dari perusahaan M,”
“Asisten di perusahaan M ? Siapa ? Asisten Kai ?” beo Marsha.
“Iya putra saya bernama Kai dan gadis miskin ini menggoda putra saya !”.
Marsha membulatkan mulutnya syok mendengar ucapan Arneta sementara Melati sudah memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan yang terkepal. Dia takut Marsha akan berpikir bahwa dia adalah penggoda.
“Asisten Kai, putramu ? Tapi kalian nggak mirip sama sekali. Bahkan kulit asisten Kai sangat putih bersih sementara anda, kulitnya gersang dan dekil..” celetuk Marsha tak percaya.
“KAUUUU !!”
“Apa anda mengaku sebagai ibu dari asisten Kai ??”.
“Stttt !!” Marsha menempelkan jarinya di bibir Arneta yang siap mengoceh. “ Bentar dulu, kalau dilihat-lihat nggak ada kemiripan. Apa situ ngaku-ngaku ya.. “ terka Marsha yang mana membuat Arneta terdiam. Melati turut melihat perubahan sikap Arneta.
Kesal karena di pojok, Arneta pergi begitu saja. Melati memegang dadanya.
“Ayo pergi, jangan kelamaan disini ! Pulang nanti menginap di kosan aku ! Kamu masih punya hutang penjelasan !!” ketus Marsha menggandeng tangan Melati.
“Ba–baiklah..”
“Sial !! Benar-benar sial !! Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu. Kenapa dia seolah mengetahuinya ! Nggak mungkinkan ? Nggak ada yang tahu hal ini !” ucapnya geram. Kedua tangannya terkepal erat.
Disisi lain, Nella dan Dora sudah selesai dengan makanan mereka dan masih menunggu Arneta yang masih di toilet. Dora dia sibuk dengan ponselnya dan seperti biasa membagikan sebuah postingan di insta storynya tentang dia yang bertemu calon mertuanya.
Tampak gadis itu sangat senang karena mendapatkan dukungan dari ibu pria yang dia cintai. Wajah Dora mendadak kesal saat melihat follownya tidak digubris oleh Kai. Namun dia melihat salah satu followers yang di follback oleh Kai. Akun itu membuat Dora penasaran dan saat melihat foto dari postingan itu membuat Dora marah.
“Sial !! Wanita ini, kenapa Kai malah memfollbacknya sementara aku tidak !! Akhhh, wanita ini harus aku singkirkan !!”.
“ Ada apa ?” tanya Nella bingung.
“Maaa.. Kai tidak memfollback akunku tapi dia follback akun insta perempuan itu !! Kesal maaaa !!” rengek Dora manja.
Nella menatap ponsel putrinya, lalu dia mengusap rambut putrinya yang manja itu. “ Singkirkan dia, jangan biarkan dia menghalangi keinginanmu untuk mendapatkan pria itu !” Dora mengangguk kuat. Tatapannya kini beralih menatap Arneta yang sudah kembali dari toilet, Nella mengajak Arneta dan putrinya untuk pulang.
Tanpa Nella dan Dora sadari, di ruangan itu masih ada Kendrick. Keduanya pergi tanpa menoleh siapa pria yang bersama Marsha.
*
*
*
*
*
Sesampainya di kosan, Marsha membawa Melati masuk ke kamarnya sementara Kendrick dia akan kembali ke Jerman agar tidak dicurigai oleh Celine karena yang Celine tahu jika dirinya sedang melakukan perjalanan bisnis.
“Sekarang katakan padaku, ada hubungan apa kamu sama asisten Kai ? Kenapa ibu-ibu itu terlihat tidak menyukaimu,”.
“ Marsha….”
“Katakan saja, aku akan mendengarkannya sampai tuntas !”.
Melati menatap Marsha sejenak. Menghela nafas sebentar lalu menceritakan apa hubungan dirinya dengan asisten Kai. Marsha tampak mendengarkan dengan baik, dia tak ingin terlewati sedikitpun. Melihat perubahan raut wajah Melati membuat Marsha merasa kasihan.
“Jadi dia orang yang membuat abang Morgan terluka ? Jahat sekali !”.
“ Begitulah, Mars.. Tapi aku nggak bisa menjauh dari Kai, dia cinta pertama aku” kata Melati sedih.
“Apa karena itu dia memisahkan kalian berdua ?” tanya Marsha. Keduanya tampak memikirkan sesuatu. Jika benar karena hal itu, maka Melati adalah saksi kunci atas kejadian naas itu.
“Tapi, apa dia mengenalmu saat kejadian itu ?” Melati kembali mengingat kejadian itu, lalu kepalanya menggeleng. “ Aku tak tahu, yang jelas saat itu aku ada disana diantara para pelayan..”.
“Tapi kalo dia tidak mengenalmu, kenapa dia begitu jahat kepada kalian dan tidak merestui hubunganmu dengan Asisten Kai?”
“Karena aku miskin, Mars..” lirih Melati.
“Nggak, nggak mungkin. Pasti ada hal lain, Mel dan sepertinya semua itu tidak sesederhana yang kita pikirkan !”.
“Maksudmu, Marsh..?” tanya Melati benar-benar tak tahu.Marsha menatap Melati dengan tatapan tak biasa. “Sepertinya kamu melupakan sesuatu, Mel..”.