NovelToon NovelToon
Reborn For Revenge

Reborn For Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:56.7k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

⚠️Warning⚠️

Cerita mengandung beberapa adegan kekerasan


Viona Hazella Algara mendapatkan sebuah keajaiban yang tidak semua orang bisa dapatkan setelah kematiannya.

Dalam sisa waktu antara hidup dan mati Viona Hazella Algara berharap dia bisa di beri kesempatan untuk menembus semua kesalahan yang telah di perbuatnya.

Keluarga yang dicintainya hancur karena ulahnya sendiri. Viona bak di jadikan pion oleh seseorang yang ingin merebut harta kekayaan keluarganya. Dan baru menyadari saat semuanya sudah terjadi.

Tepat saat dia berada di ambang kematian, sebuah keajaiban terjadi dan dia terbawa kembali ke empat tahun yang lalu.

Kali ini, Viona tidak bisa dipermainkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya dan dia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.

Meskipun Viona memiliki cukup kelembutan dan kebaikan untuk keluarga dan teman-temannya, dia tidak memiliki belas kasihan untuk musuh-musuhnya. Siapa pun yang telah menyakitinya atau menipunya di kehidupa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

    Di kehidupan sebelumnya, atas usulan Ziya, Viona telah membuat grup obrolan, tetapi ketiga Kakaknya jarang ikut mengobrol di grup karena mereka melihat Ziya juga menjadi bagian dari anggota, hingga akhirnya grup itu pun bubar.

    Baru saja, Viona membuat grup obrolan yang baru, berisikan dirinya dan ke-tiga Kakaknya, tanpa ada Ziya didalamnya.

    

    [Viona: Hai, kakak-kakak ku tersayang... liat nih! Aku sengaja bikin grup khusus kita! Kalau ada sesuatu yang harus di bahas bareng-bareng. Jangan sungkan chat di sini ya!]

    Tak lama kemudian, seseorang membalas pesan dari Viona dan itu adalah Gio, kakak keduanya.

    [Kak Gio: Dek, kamu tiba-tiba bikin grup ini? Seriusan?]

    Ya, wajar saja jika Gio terkejut, pasalnya selama ini Viona hanya ingin dekat dengan Ziya bukan dengan ketiga kakak kandungnya sendiri. Jadi, mendapati Viona membuat grup yang hanya berisikan mereka berempat, tentu saja hal itu membuatnya terkejut.

    Viona mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Gio. [Viona: Kak Gio, kok malah main hp? Bukan seharusnya kakak sekarang lagi latihan ya?]

    [Gio: Kakak baru selesai acara, dek. Dan sekarang kakak lagi makan malam. Latihan tiap hari bikin kakak capek banget, apa kakak bisa peluk kamu?]

    [Viona: --]

    [Dirga: Dek, Kakak tf kamu 80 jt buat jajan selama liburan ya!]

    [Gio: Astaga! Kak Dirga, kakak kaya banget!]

    Sementara Viona segera memeriksa rekeningnya dan memang, dirinya baru saja mendapatkan uang sebanyak itu!

    [Rasya:--]

    [Dirga: Viona cuma bisa liburan di rumah dan kita Kakaknya lagi sibuk sama urusan kita, apalagi papa juga sibuk sama proyek barunya di kantor. Kakak harap ini bisa jadi uang kompensasi buat Viona]

    [Gio: Kak Dirga, aku juga adik kakak dan uang bulanan dari papa kurang. Apa kakak bisa tf aku juga?]

    [Viona: Aku baru aja cek dan makasih banyak, kak Dirga!]

    [Dirga: sama-sama, adek]

    [Gio: Kak, aku gimana?]

    [Rasya: Dek, kakak punya uang dan baru aja tf kamu 20 jt]

    [Viona: Wah, makasih banyak, kak Rasya]

    [Rasya: --]

    [Gio: Rasya! Dapet uang dari mana lu? Ngga melihara tuyul kan?]

    [Rasya: Ya ngga lah kak, aku baru aja menang main saham. Itu hobi baruku kalau ke pengen punya uang jajan tambahan]

    Rasya juga seorang yang jenius, jika dia ada di bidang keuangan, dia pasti akan menjadi orang yang pandai berbisnis. Namun, dia hanya terobsesi dengan astronomi dan perdagangan saham hanyalah hobi untuk mendapatkan uang jajan tambahan, meski kenyataannya Arga selalu rajin mengirim uang bulanan ke rekeningnya, Rasya selalu menggunakannya untuk keluar pergi ke luar negeri agar dia bisa mempelajari bidangnya di universitas terbaik didunia.

    Gio sempat merasa terpukul. Dia juga tidak mau kalah dalam hal memanjakan adik kecilnya. Jadi, dia juga mengirim sejumlah uang pada Viona

    Viona tak kuasa menahan senyumnya di bibirnya ketika mendapatkan perhatian seperti ini dari ke-tiga kakaknya.

    [Viona: Ih kalian tuh, walaupun aku belum kerja, tapi sebenernya aku bisa ngasilin duet sebanyak 200 JT!]

    [Rasya: Kamu dapet uang dari mana? Dan kakak ngga setuju kalau kamu kamu kerja!]

    [Dirga: Setuju! Viona, kamu ngga boleh kerja! Kalau kamu kerja nanti siapa yang ngabisin uang kakak? Dengerin ya, buang ide² kamu yang kepengen punya penghasilan sendiri!]

    [Viona: Kalian itu jangan terlalu manjain aku!]

    ***

New York| pukul 09.00 pagi

    Di sebuah ruangan VVIP rumah sakit terbesar di kota tersebut, terlihat Varell yang sedang duduk di kursi rodanya dengan memegang ponsel di satu tangannya dan tangannya yang lain menyentuh sandaran tangan kursi roda. Tatapan mata dingin tertuju pada layar ponselnya dan dia tetap tidak bergerak dalam waktu yang lama. Meskipun wajah tampannya terlihat datar, Aldy dan Ethan yang selalu berada di sisinya selama bertahun-tahun itu tahu bahwa bos mereka sedang tidak dalam suasana hati yang baik.

 Namun, mereka tidak tahu alasannya. Saat itu masih pagi dan belum terjadi apa pun yang berarti. Setelah merenung sejenak, mereka menyadari bahwa mungkin hanya ada satu alasan mengapa bos mereka seperti itu

    Ethan mengernyitkan dahinya, mendekati Aldy untuk berbisik. "Apa kita harus ngasih bos kamar lain? Mungkin aja dia bosen."

    "Bosen kenapa? Fasilitas di sini malah lebih lengkap dari pada kamar yang lain." Kata Aldy, menatap Ethan dengan tatapan bingung.

    "Bos punya lingkaran hitam di bawah matanya pagi ini. Dia mungkin ngga tidur nyenyak semalem. Kayaknya tempat tidur di ruangan ini kurang nyaman." Jawab Ethan dengan serius.

    Aldy menatapnya dengan tatapan seperti orang bodoh. "Menurut gue, apa bos lagi bad mood karena ruang rawatnya ngga nyaman?."

    Ethan mengangguk serius. "Kalau bukan itu emangnya apa?."

    "Lo pikir aja sendiri." Kata Aldy memutar matanya. Dia merendahkan suaranya dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke Ethan. "Orang yang bisa bikin bos keliatan gelisah dan sering ngelamun kayak gini, lo pasti tau kan?."

    Ethan mengangkat sebelah alisnya keatas berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua. "Maksud lo, Nona Viona?."

    "Yang jelas dia, siapa lagi. Selama ini bos cuma mikirin gadis itu." Aldy mengangguk pelan.

    "Kayaknya dokter udah dateng. Sekarang udah waktunya bos operasi." Ethan melirik jam dengan cemas. Dia tidak mampu menunda perawatan bosnya. Tapi siapa yang akan pergi dan berbicara dengannya?

Ethan menoleh dan menatap Aldy. "Mau main batu gunting kertas?"

    Aldy mengedikkan bahunya. "Terakhir kali gue taruhan sama main gituan, gue kalah. Lo aja sana gih!." Aldy tidak ingin memprovokasi bosnya saat suasana hatinya sedang buruk. Lebih baik dirinya membiarkan singa yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri.

Ethan bersikeras. "Ayo, kita main."

    Aldy mencibir. "Ya udah, ayo kita bermain. Apa lo takut dan berharap gue kalah lagi?."

    Mereka bermain satu kali dan Aldy-lah yang kalah lagi.

    'Kenapa harus aku lagi yang menderita? Siksaan macam apa ini?.' Batin Aldy. Setelah pasrah, dia menggosok kedua tangannya dan berjalan mendekati Varell. Berdehem dan menyesuaikan ekspresinya, sebelum akhirnya membungkuk. "Tuan muda, sudah waktunya untuk pergi ke ruang operasi. Dokter--"

     "Keluar!."

    "Baik, tuan muda." Aldy dengan cepat-cepat pergi.

    Varell terdiam dengan mata Phoenix nya yang menatap ke layar hitam pekat ponselnya, menunggu pesan chat atau pun panggilan dari Viona. Bibir tipisnya mengerucut menjadi garis lurus dan dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya mengapa Viona tidak menghubunginya lagi.

    Jam-jam seperti ini, mungkin Viona tidak sedang terlalu sibuk, jadi apa yang membuat gadis itu tidak menghubunginya? Apakah mungkin Viona tidak peduli padanya? Pemikiran seperti itu, membuat Varell merinding dan tatapan matanya menjadi dingin.

    Sementara itu, Aldy masih tenggelam dalam pikiran melankolisnya ketika tiba-tiba dia merasakan hawa dingin di udara.

    Setelah menunggu beberapa saat, Varell akhirnya menyerah. Tampaknya gadis itu tidak akan menghubunginya lagi.

    Kekecewaan terpancar di matanya, dan ia hendak menyerahkan ponselnya kepada Ethan, tetapi tiba-tiba ponselnya berdering. Suara dering yang jelas memenuhi udara, dan ketika ia melihat nama kontak bertulisan "Gadis kecilku" di layar, ke-dua mata Varell berbinar. Ia segera meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu.

    "Halo?."

    Viona masih duduk terdiam di atas tempat tidurnya dan menempelkan benda pipihnya itu di samping telinganya, baru saja hendak buka suara, ia terkejut ketika telah lebih dulu mendengar suara dalam dan memikat yang tak lama terdengar setelah berdering.

    Namun, Viona tidak terlalu memikirkannya dan berdehem sebelum akhirnya buka suara. "Pagi Varell, aku mau nanya... apa yang dokter bilang tentang kaki kamu?."

    "Apa kamu khawatir?." Suara Varell terdengar melembut.

    

    "Eh?." Viona menarik bantal lumba-lumbanya dan memeluknya. "Ya jelas dong, aku khawatir sama keadaan kamu."

    Viona tidak hanya merasa khawatir, tetapi dia juga merasa bersalah. Jika terjadi sesuatu lagi pada kaki Varell di kehidupan ini, Viona pasti tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

    

    Mendengar jawaban Viona yang positif itu, kerutan di dahi Varell mengendur. Nada suaranya menjadi terdengar lebih ringan. "Kamu tenang aja ya! Kata dokter ini masih bisa di obati dan ngga ada yang perlu cemasin."

    Viona akhirnya dalam menghela napas lega. "Ya udah, kamu harus selalu dengerin apa kata dokter dan ikutin semua prosedur pengobatan! Aku denger... pasca pemulihan juga penting banget, kamu--" Viona kemudian melanjutkan kata-katanya sesuai dengan apa yang tadi dia baca di internet tentang luka kaki yang sama seperti diderita Varell.

    Viona sudah seperti dokter yang sedang menceramahi pasiennya.

    Sementara itu, Varell mendengarkan celotehan Viona dan tak henti-hentinya tersenyum, ia merasakan sensasi yang hangat di hatinya, alih-alih merasa kesal karena Viona sudah cerewet padanya.

    Sebelumnya, Viona belum pernah berbicara sepanjang ini padanya, terutama hal-hal yang menyangkut kepedulian dan perhatian.

    Setelah beberapa saat, Viona akhirnya menyadari bahwa dirinya sudah berbicara cukup lama dan merasa sedikit malu. Jadi, dia menghentikan pembicaraannya. "Kalau gitu, aku akan biarin kamu pergi karena mungkin kamu sibuk sama pengobatan kamu."

    "Aku ngga sibuk." Jawab Varellino.

    Sementara, Aldy hanya memutar matanya malas, tentu saja dia tahu bahwa Varell berbohong karena ingin mengobrol lama dengan Viona.

    Untungnya, Viona tidak percaya dengan perkataan Varell.

    Gadis itu tahu bahwa meskipun pisau bedah menancap di leher Varell, pria itu akan tetap memprioritaskan nya. Agar tidak mengganggu jam pengobatan Varell, Viona segera mengakhiri panggilan telepon mereka.

    Setelah panggilan tersebut dimatikan, Varell dengan perlahan meletakan ponselnya, merasa agak enggan. Hatinya belum tenang, ia masih sangat merindukan Viona dan kerinduan itu telah membanjiri hatinya seperti badai yang ganas. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Viona.

    "Tuan, ayo kita pergi ke ruang operasi." Ethan berjalan mendekat.

    Varell mengangkat sedikit pandangannya dan mengangguk sebelum akhirnya menyimpan ponselnya. Setelah jeda sejenak, ia buka suara dengan perlahan. "Aldy, cari penerbangan pulang ke Indonesia dalam waktu tiga hari."

    Mendengar hal itu, Aldy tentunya terkejut. Pulang ke Indonesia? Bukankah sudah disepakati kalau mereka akan pulang setelah seminggu lagi? Dokter dengan jelas menyatakan bahwa setelah operasi hari ini, Varell masih perlu observasi selama beberapa hari. Paling cepat seminggu!

    "Tapi, tuan muda. Bukannya tiga hari itu terlalu cepat untuk pulang?." Tanya Aldy, terlihat ragu-ragu.

    Meski pun dia takut pada bosnya, tetapi Aldy lebih mengkhawatirkan kesehatan bosnya itu

    "Ini tubuh gue sendiri, gue sendiri yang tau!." Nada bicara Varell terdengar acuh tak acuh.

    Tampaknya suasana hati Varell sedang baik setelah mengobrol dengan Viona ditelpon.

    Aldy ingin membujuk agar Varell mau lebih lama tinggal untuk berobat, tetapi Varell terlihat telah yakin dengan keinginannya. "Pergi dan periksa tiket pesawatnya sekarang! Dan kalau udah, jangan lupa kabari gadis kecil ku." Tiba-tiba, Varell memikirkan hal lain dan kembali buka suara. "Lupain aja, gue sendiri yang akan kasih tau dia."

   

     Aldy mengangguk kecil. "Baik, Tuan muda."

1
Saythename_27
Luar biasa. Keren.

dan maaf, Kak, untuk rating sebelumnya.
aku ngelag jadi salah pencet.

sekali lagi maaf, Kak 🙏🙏
Saythename_27
Buruk
IndraAsya
👣👣👣
Abz
lnjut
Kharisma
penasaran IQ dia berapa eh bukan EQ nya
kok gak peka banget
Rossy Annabelle
next,, 💪
Abz
lanjut yg banyak thor
@haerani-d
dih! kita buktikan melalui cctv, daku percaya bi Ida g bersalah.
itu pasti kerjaan si anteknya ulat bulu /Smug/
Abz
lanjut
Abz
lnjut
@haerani-d
woi! maliiiing...!
hehehe, maling bibir /Curse/
kenapa bang, penasaran ya rasanya /Smirk/
lanjut kak, terimakasih /Kiss/
@haerani-d
hehehe ada yang gagal paham /Smirk/
awas salah mijit vio, nanti otot-ototnya pada setres kan kasian karena kang mijit amatiran /Bye-Bye/
Abz
lnjut
Abz
😂😂😂😂😂😂
Diyah Pamungkas Sari
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ngabrut! 🤣🤣🤣
Abz
lanjut
@haerani-d
sukurin tuh pelayan kurang adab, dihempaskan aja /Sneer/
haddehh kalian ini kapan sih saling terbuka, biar tidak miskom hanya saling berasumsi Mulu, daku jadi gregetan /Slight/
Rossy Annabelle
next,,,seru nih ceritanya
Anonymous
semangat kak/Rose/
Abz
felix klo tau si V itu vio gimana ya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!