Joe William. Adalah seorang Tuan muda yang dipersiapkan untuk menjadi seorang calon penguasa di keluarga William.
Terlahir dari pasangan Jerry William dan Clara Drako, Joe ini memiliki garis keturunan Konglomerat dari keluarga sebelah Ayahnya, dan penguasa salah satu organisasi dunia bawah tanah dari kakek sebelah ibunya.
Ketika orang tuanya ingin mendidiknya dan ingin memanjakan Joe William dengan sutra dan emas, tiba-tiba seorang lelaki tua bernama Kakek Malik yang dulunya adalah orang yang membesarkan serta merawat sang ibu yaitu Clara, datang meminta Joe William yang ketika itu baru berumur satu tahun dengan niat ingin mendidik calon Pewaris tunggal ini.
Tidak ada alasan bagi Jerry William serta Clara untuk menolak.
Dengan berat hati, mereka pun merelakan putra semata wayangnya itu dibawa oleh Kakek Malik untuk di didik dan berjanji akan mengembalikan sang putra kelak jika sudah berusia tujuh belas tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertunjukan dari Joe William
"Ayah. Bisakah ayah ceritakan mengapa Kakek ku bisa terbunuh?" Tanya Joe setelah agak lama dia termenung.
"Ayah tidak tau persis seperti apa perjalanan mendiang kakek mu. Sebaiknya kau tanyakan saja kepada Kakek Drako mu. Mereka berdua adalah sahabat sejak kecil. Seperti kaki dan sendal. Kemana-mana beriringan." Kata Jerry.
Mendengar perkataan ayahnya itu, Joe pun langsung memandang ke arah Drako dengan ekspresi wajah meminta penjelasan.
"Baiklah, baiklah, baiklah. Kakek akan menceritakan kepada mu. Walaupun ini akan membuat luka lama di hati ini kembali berdarah." Kata Drako lalu memulai kisahnya.
"Kakek mu bernama Wilson William. Seorang Tuan muda yang sangat jenius. Kau bayangkan saja! Ketika dia berusia lebih muda dari dirimu, dia sudah menjadi seorang CEO di restoran dan Hotel mutiara di Metro City."
"Ketika dia berumur seusia dengan mu, dia telah menjadi pebisnis yang sangat diperhitungkan. Ini karena dia mampu mendapatkan izin untuk sebuah perusahaan pertambangan timah dan batubara. Tentunya masih atas nama kakek uyut mu yaitu William King."
"Sejak saat itu, nama kakek mu terus melambung tinggi.
Puncak dari kehebohan yang melanda Metro City adalah ketika dia berhasil memenangkan tender proyek untuk pembangunan sebuah hotel bintang enam di MegaTown. Ketika itu usianya baru 17 belas tahun." Kata Drako.
"Waaaah... Hebat sekali kakek ku itu." Kata Joe William dengan takjub.
"Lebih hebat lagi karena dia berhasil mengalahkan nama-nama besar lainnya seperti Leon Smith, Aaron Patrik, Ramendra, Jasson Walker serta banyak lagi yang lainnya."
"Karena berbagai persaingan yang selalu dimenangkan oleh mendiang kakek mu itu, membuat orang lain merasa iri. Hingga tercetuslah idea untuk membunuh kakek mu dan itu berhasil mereka lakukan setelah kembali dari rumah sakit."
"Saat itu ayah mu baru saja berumur satu hari."
Drako lalu tertunduk sejenak. Tanpa terasa air mata nya mengalir dan menetes satu persatu di lantai marmer ruangan itu.
"Boleh aku tau kek siapa orang yang membunuh kakek ku itu?" Tanya Joe yang mulai geram.
Tampak urat-urat bersembulan dari rahang sampai ke bawah leher nya yang kekar.
"Ada beberapa individu yang membentuk aliansi dan berkomplot untuk membunuh ayah mu. Yang pertama bernama Robin. Orang ini sudah dibunuh oleh Ayah mu."
"Yang ke dua, Ramendra. Orang ini telah di bunuh oleh Kakek uyut Malik mu."
"Yang ketiga adalah sebuah organisasi Arsend. Mereka ini juga sudah berhasil kami tumpas dan pentolannya bernama Ramsey berhasil di bunuh oleh ayah mu dalam pertarungan yang adil. Sementara satu lagi bernama Sendiego juga berhasil di bunuh oleh bawahan ayah mu bernama Herey."
"Namun ada kekuatan yang dahsyat di balik semua ini yang sampai saat ini masih menjadi misteri apakah mereka terlibat secara langsung atau terlibat dalam urusan dana." Kata Drako sambil memijit-mijit keningnya.
"Katakan siapa mereka kek!" Pinta Joe.
"Sebuah perusahaan raksasa yang aset serta saham-sahamnya bertebaran di berbagai negara. Perusahaan ini bernama Arold Holding Company. Dulu perusahaan ini di ketuai oleh Tuan Arold Miller. Dia ini adalah musuh bebuyutan Kakek uyut mu yaitu William King. Namun orang ini telah mati dua tahun yang lalu. Namun slogan perusahaan ini jelas. Yaitu, memusuhi perusahaan William."
"Perusahaan ini juga sangat memusuhi Uyut mu Leon Smith, lalu mengusir perusahaan Walker dari Macau serta memaksa perusahaan Patrik untuk angkat kaki dari Hongkong. Hanya perusahaan Future of Company yang tidak bisa di geser oleh mereka. Ini karena perusahaan milik ayah mu ini sangat kuat sekali." Kata Drako menjelaskan.
"Arold Holding Company. Ku hancurkan mereka itu kek!" Kata Joe.
"Hahahaha... Kau masih terlalu muda anak ku. Kau harus masih banyak belajar. Kau tau bahwa kau adalah satu-satunya sang pewaris tunggal dengan aset nyaris mencecah triliun dollar. Bekali dirimu sebelum terjun ke dunia bisnis yang sangat kejam ini." Kata Drako.
"Joe. Sekarang kakek ingin tau salah satu dari yang kau pelajari dari kakek uyut Malik mu itu. Ayo tunjukkan kepada ku!" Kata Drako memancing.
Joe tidak langsung menjawab melainkan memandang ke arah Jerry.
Jerry yang di tatap oleh putra nya itu hanya mengangguk saja.
Tau bahwa dia mendapat restu dari ayahnya, Joe pun langsung berdiri dan mengambil selembar tisu.
Mereka kini memperhatikan setiap pergerakan yang dilakukan oleh anak itu tanpa berkata sedikit pun.
Kini setelah Joe memegang tisu itu, dia lalu melemparkannya ke atas lalu entah bagaimana,
Wus...
Wus...
Wus...
Pergerakan yang sangat cepat untuk diikuti dengan mata telanjang.
Kini tisu itu menjadi serpihan potongan kecil lalu jatuh perlahan ke lantai.
Prok... Prok... Prok...!
Terdengar tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu.
"Hahaha. Lihat itu Jerry! Kau bahkan tidak ada setengah nya." Kata Drako.
"Aku bahkan tidak sempat mempelajari tehnik itu." Kata Jerry pula.
"Tehnik itu membutuhkan fokus, tenaga serta pergerakan yang sangat cepat. Pertama adalah fokus untuk mengalirkan aura tenaga dalam ke arah jari. Dengan begitu jari tangan baru bisa setajam pisau. Tentunya dibarengi dengan pergerakan yang sangat cepat pula." Kata Tuan Syam.
"Sebenarnya tehnik ini telah lama tidak ku lihat. Dulu aku melihat seperti ini di dataran Tibet. Tidak ku sangka ternyata paman Malik ini adalah perantau yang handal." Puji Tuan Syam lagi.
"Ayah, Kakek.., kata Kakek uyut, ini belum seberapa. Dia masih berhutang dua tahun lagi. Dengan begitu, dia menyuruh ku untuk pergi ke Kuala Nipah menemui sahabat sekaligus musuh nya bernama Tengku Mahmud. Aku harus belajar di sana untuk menyempurnakan pemakaian jarum perak ku." Kata Joe.
"Kuala Nipah? Aku seperti pernah mendengar nama tempat ini." Kata Drako.
"Ya memang ada Ayah." Kata Jerry.
"Di mana itu?" Tanya Drako pula.
"Paman Jeff tau tempatnya." Jawab Jerry.
"Kebetulan sekali. Lalu kapan kau akan ke sana?" Tanya Drako kepada Joe.
"Aku masih bingung kek. Jika aku kesana, bagaimana dengan sekolah ku?" Kata Joe pula dengan masih ragu.
"Tanpa sekolah pun kekayaan mu tidak akan habis sampai empat belas keturunan." Kata Drako.
"Kau jangan begitu Drako. Goblok mu itu tak sembuh-sembuh. Apa kau mau perusahaan yang sudah di rintis oleh pendahulunya hancur di tangan anak itu?" Bantah Tuan Syam membuat Drako berulang kali menampar mulutnya sendiri.
"Joe. Ayah akan mengurus paspor pelajar untuk mu. Kelak kau bisa melanjutkan studi mu di sana. Hal ini juga sangat baik. Aku tidak perlu bersusah payah untuk menyembunyikan identitas mu."
"Mengapa begitu Ayah?" Tanya Joe.
"Anak ku, sebagai seorang pebisnis, sama seperti mendiang kakek mu. Ayah juga memiliki musuh dimana-mana yang menginginkan keluarga kita ini hancur. Oleh karena itu, ayah tidak ingin kau menjadi korban dari persaingan ini. Mengerti?" Tanya Jerry.
"Joe mengerti Ayah. Tapi...,"
"Tidak ada tapi-tapian. Kau masih muda. Belum tau apa itu berani dan apa itu takut. Darah mu juga masih panas. Ayah takut dengan ilmu mu yang sejengkal itu, kau malah mencoba untuk mengukur dalamnya lautan. Ke Kuala Nipah adalah solusi terbaik bagimu." Kata sang ayah pula.
"Joe Patuh dengan perintah dan keputusan ayah." Kata anak itu sambil membungkuk hormat.
"Bagus. Tidak ada kemewahan di sini. Kau harus sama seperti Joe yang ketika di rawat dan di didik oleh kakek uyut mu. Mengerti?"
"Mengerti Ayah." Jawab anak itu.
Klo ini unik semakin dewasa semakin waras😁